BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batobo adalah Sebutan untuk kegiatan
bergotong royong dalam mengerjakan sawah, ladang, dan sebagainya. yang dulu
diilakukan oleh suku adat di Kuantan Singing .batobo dilakukan untuk
meringankan pekerjaan pertanian seseorang, dengan demikian akan lebih cepat
selesai dan lebih mudah.
Batobo di dirikan dalam sebuah
kelompok, yang mempunyai seorang ketua untuk mengatur jadwal kerja setiap
anggota. Kebanyakan kelompok batobo melakukan kegiatan secara bergiliran untuk
setiap anggota kelompok batobo. Uniknya untuk menyemangati dalam bekerja,
kelompok Batobo sering mengadakan acara Mangonji. Tidak hanya itu, Batobo juga
sering di iringi dengan rarak godang. Rarak godang ini adalah semacam permainan
alat musik tradisional, seperti Talempong, Gong, Gendang, dll. yang melantunkan
instrumen-instrumen lagu-lagu daerah yang sudah sejak lama di kenal di
masyarakat.
1.2 Tujuan Makalah
1. Memahami
defenisi batobo.
2. Memahami
sekilas
tentang sejarah batobo.
3. Memahami
memeriahkan
tradisi batobo.
4. Memahami
nilai filosofi.
5. Memahami
perubahan pada sistem batobo.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Batobo
Batobo Berasal dari Bahasa Daerah Bangkinang
– Riau. Nama "Batobo" diambil dari tradisi gotong royong
dalam mengerjakan sawah yang berkembang luas di wilayah Bangkinang Riau. “Batobo"
memiliki filosopi bahwa kegiatan yang berat akan mudah untuk diselesaikan
bila di kerjakan secara bersama-sama. Selain ada unsur kebersamaan, dalam kegiatan
ini juga mengandung unsur kedisiplinan karena tiap anggota Batobo harus
menunggu jadwal pengerjaan sawahnya secara bergiliran, dengan demikian akan
lebih cepat selesai , lebih mudah dan hasilnya dapat dinikmati secara bersama.
Batobo di dirikan dalam sebuah kelompok, yang mempunyai seorang pimpinan untuk
mengatur setiap pekerjaan anggota.
Di
Daerah Bangkinang – Riau, Batobo banyak dilakukan didalam sebuah pekerjaan
pertanian (bercocok tanam padi). Setiap warga mempunyai lahan untuk diolah dan
ditanam padi secara bergiliran. Warga yang tidak mempunyai lahan untuk bercocok
tanam padi di perbolehkan ikut didalam kelompok Batobo, warga tersebut berkerja
dan akan diberi upah yang sesuai dengan kesepakatan bersama.
Usaha
Batobo bersama memerlukan tim yang solit, Istilah Batobo hampir sama dengan
istilah Managemen, Menagemen suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerkan dan pengawasan yang
dialkukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.
Batobo
merupakan Salah satu kesenian anak negri melayu. Merupakan perkumpulan
muda-mudi untuk turun ke sawah atau ladang. Batobo Salah satu tradisi budaya masalampau
yang ada didaerah kampar dan kuantan Singingi biasanya kegiatan dilakukan pada
musim turun kesawah atau ladang yang diiringi dengan bunyi-bunyian oleh
kesenian tradisi, dan pada masa panen hasil sawah dan ladang dinamakan acara
penutupan tobo diadakan tradisi makan besama doa.
Diramaikan degan
malam kesenian, seperti randai atau saluang. Dalam hal ini bisa kita pahami
walaupun kegiatan batobo yg ada didaerah riau namun erat juga kaitanya dengan
adat orang minang. hal ini kita lihat dalam acara hiburan memakai tradisi
randai oran minang.
2.2 Sekilas Tentang Sejarah Batobo
Seperti diketahui system gotong
royong yang ada di daerah- daerah Provinsi Riau seperti kabupaten Siak,
Kabupaten Kampar, Kabupaten Kuantan Singingi, kebudayaannya yang terkenal
dengan kebudayaan melayu Riau. Aktivitas kerja bakti ini sudah berlangsung
sejak nenek moyang sampai sekarang dengan mengalami sedikit perubahan
pelaksanaan akibat kemajuan, cara berfikir, kemajuan teknologi, dan sebagainya.
Pada zaman dahulu, sebelum datangnya
penjajahan Belanda, Raja atau kepala desa dapat mengarahkan tenaga rakyat desa
untuk kepentingan rakyat itu sendiri seperti membersihkan jalan, parit, dll.
Rakyat dengan ikhlas dan rela melaksanakan perintah kepala desa atau raja,
karena hasil pekerjaan kerja bakti itu dapat dinikmati oleh rakyat desa.
Setelah penjajahan berakhir, kerja
bakti masih berlanjut, tenaga rakyat dikerahkan untuk mengerjakan proyek
pemerintah colonial. Setelah Indonesia merdeka kerja bakti itu berlangsung
terus untuk menerus untuk pembangunan nasional. Dengan adanya bantuan desa,
rakyat semakin bersemangat karena mereka menyadari pekerjaan yang dilaksanakan
secara bersama-sama itu besar manfaatnya bagi rakyat pedesaan,disamping untuk
mempererat rasa persaudaraan diatara sesama warga desa.
Dengan latar belakang sejarah yang
diuraikan diatas maka tidakalah mengherankan bahwa penduduk yang berada di
daerah kabupaten Kuantan Singingi gesit dibidang pertanian dan mata pencaharian
hidup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka terkenal suka berdagang dan
bercocok tanam kerena daerahnya yang subur. Batobo merupakan suatu sistem
gotong royong yang dilaksanakan untuk meringankan pengerjaan ladang. Batobo
masuk dan berkembang di Rantau Kuantan sekitar tahun 70-an.
Sejarah bagaimana masuknya batobo di
Rantau Kuantan tidak diketahui secara pasti karena orang yang sudah tua telah
banyak meninggal dunia. Sejarah batobo hanya diketahui oleh golongan tua,
sedangkan golongan muda hanya mengetahui tentang Batobo secara umumnya saja. Masyarakat
kuansing saat sekarang hanya mengikuti pelaksanaan sistem sosial batobo dari
cara terdahulu. Awalnya Batobo hanya dilakukan oleh kaum perempuan, karena
laki-laki tidak menetap di kampung sehingga urusan pertanian diserahkan
sepenuhnya kepada perempuan.
Batobo yang anggotanya perempuan ini
disebut tobo induok-induok (tobo ibu-ibu). Kemudian berkembang dengan adanya
tobo bujang yang beranggotakan laki-laki,kemudian berkembang lagi dengan adanya
Batobo Bujang Gadih (Tobo campuran) yang anggotanya terdiri dari laki-laki dan
peremuan.
2.3 Memeriahkan Tradisi Batobo
Dalam
melaksanakan tradisi atau upacara adat batobo ada beberapa acara untuk
memeriahkannya. diantaranya adalah tari batobo, pantun dan sebagai nya untuk
lebih jelasnya akan penulis jelaskan sebagai berikut :
1. Tari Batobo
Tari Batobo merupakan tarian
berkelompok . Dalam tarian ini menceritakan tentang Proses untuk penanaman padi
di ladang. Cerita tersebut tersampaikan oleh penari dengan gerakan-gerakan
gotong royong, menebas semak, manugal , menyiang ladang hingga sampai
pada ujungnya ialah disampaikan dengan gerakan menuai padi. Selain itu tari
Batobo juga mengombinasikan dengan Randai yang merupakan ciri khas dari daerah
Kuantan Singingi.
2. Nyanyian
Pantun
Beberapa dari nyanyian pantun batobo dapat kita
lihat di bawah ini :
tuai… nak padi… dituai…
oi sipuluik nak… dibuek pokan
tuai.. nak sayang amak sayang padi dituai
amak mangai nak sayang, manca’i makan
layang-layang tobang malayalang
kain sasugi nak, pamagau bonio
layang-layang tobang malayang nak sayang
kain sasugi nak oi sayang
pamagau bonio
mo basamo poi ka ladang
mananam padi sayang
mananam bonio...
oi sipuluik nak… dibuek pokan
tuai.. nak sayang amak sayang padi dituai
amak mangai nak sayang, manca’i makan
layang-layang tobang malayalang
kain sasugi nak, pamagau bonio
layang-layang tobang malayang nak sayang
kain sasugi nak oi sayang
pamagau bonio
mo basamo poi ka ladang
mananam padi sayang
mananam bonio...
Tidak
hanya itu, Batobo juga sering di iringi dengan rarak godang. Rarak godang ini
adalah semacam permainan alat musik tradisional, seperti Talempong, Gong,
Gendang, dll. yang melantunkan instrumen-instrumen lagu-lagu daerah yang sudah
sejak lama di kenal di masyarakat. Dan diwaktu pesta Pernikahan, atau
acara-acara besar , dan acara-acara adat.
Selalu di meriah kan dengan rarak godang ini.
(masakan sejenis bubur yang terbuat dari tepung, dan santan kelapa. Dimasak
dalam kuali yang besar, kemudian diadakan doa bersama) .Pada malam hari setelah
pekerjaan dilakukan pada siang hari. Biasanya Kelompok batobo mengadakan ini
pada saat musim menuai tiba.
2.4 Nilai Filosofi
Nilai dan filosofi yang Terkandung dalam batobo
1. Nilai Tolong Menolong
2. Nilai Kerja Sama
3. Nilai Senasib Sepenanggungan
Bentuk Pelaksanaan Sistem Sosial
Batobo pada Zaman Sekarang Sistem sosial Batobo sekarang sudak tidak sama lagi
dengan Batobo dahulu, walaupun tidak semuanya berubah, namun tidak bisa
dipungkiri bahwa perubahan itu tetap ada. Sistem sosial Batobo sekarang lebih
cenderung disebut jual beli tenaga atau jasa. Disamping itu pelaksanaan Batobo
tidak hanya dilakukan pada ladang atau sawah saja, tetapi Batobo juga berlaku
pada kebun.
Dahulu tujuan utama dalam Batobo
adalah untuk saling membantu dalam penggarapan lahan ladang. Pada saat sekarang
tenaga batobo sudah diperjual belikan. Setiap kelompok Tobo menyediakan jasa
tenaga mereka untuk menggarap lahan orang lain diluar kelompok Tobo tersebut,
kalau dari pihak kelompok dikenal dengan istilah Manjual Parari sedangkan dari pihak pengguna jasa kelompok Tobo
dikenal dengan istilah Mamboli Parari,
dengan konsekuensi sipemilik lahan harus membayar jasa tenaga para kelompok
tobo yang ikut mengerjakan ladang dan kebunnya. Biaya yang ditetapkan untuk
membayar perhari adalah sebesar Rp 30.000/hari kepada masing-masing anggota
Tobo yang dibayar melalui ketua Tobo.
2.5 Perubahan Pada
Sistem Batobo
Penyebab Berubahnya Sistem Sosial Batobo di dedikasikan
dengan dua faktor. faktor intern dan faktor ekstern :
1. Faktor Intern
faktor
intern adalah perubahan yang di sebabkan oleh masyarakat itu sendiri. Ada
beberapa faktor yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri adalah sebagai
berikut:
a. Keadaan Masyarakat
Keadaan
masyarakat berpengaruh terhadap perubahan sistem sosial Batobo, hal ini karena
semakin kuatnya persaingan di dalam masyarakat membuat mereka berpacu untuk
mencari kemudahan dalam pengerjaan ladang. Oleh karena itu mereka beranggapan
bahwa dengan diupahkannya pengerjaan ladang maka ladang mereka akan cepat
selesai.
b. Dorongan Dalam Diri Masyarakat Untuk
Berubah
Adanya
dorongan dan keinginan dalam diri masyarakat untuk berubah merupakn factor yang
penting, karena apabila dalam diri masyarakat itu sendiri tidak ada keinginan
untuk berubah, maka tidak akan pernah ada kemajuan dan perubahan dalam sistem
sosial tersebut. Budaya yang dulu dianggap kuno tetap akan dipakai meskipun
tidak sesuai lagi dengan perkembangn zaman hanya saja sebagian dari budaya
tersebut yang berubah.
c. Penduduk Yang Heterogen
Penduduk
yang heterogen dapat mempengaruhi sistem sosial Batobo, karena masyarakat yang
heterogen dapat menyebabkan adanya percampuran kebudayaan sehingga merubah
sistem sosial Batobo terdahulu. Masyarakat lebih menginginkan Sistem Sosial
Batobo yang lebih praktis.
Adanya
rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap sistem sosial terdahulu yang dianggap
merumitkan, telah mendorong masyarakat untuk menemukan sistem sosial Btobo yang
lebih praktis sehingga mengahasilakan sebuah perubahan.
d. Pendidikan Yang Maju
Tingkat
pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap cara pandang seseorang
terhadap sesuatu hal, biasanya orang yang berpendidikan tinggi lebih bersikap
rasional dan menyikapi suatu hal dengan mempertimbangkan baik buruknya, penting
atau tidaknya suatu hal itu untuk dilakukan. Beda halnya dengan orang yang
berpendidikan rendah yang berfikir tradisional.
Mereka
cenderung melakukan sesuatu sesuai aturan-aturan yang berlaku secara turun
temurun yang mengikat mereka, dengan demikian tingkat pendidikan seseorang
dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sistem sosial Batobo
2. Faktor Ektern
Faktor
ekstern adalah factor yang mendorong perubahan yang berasal dari luar masyarakat
itu sendiri, seperti :
a. Kontak dengan budaya lain
Hubungan
interaksi dengan suku lain atau pendatang membuat perubahan pada pola fikir
masyarakat Kinali, dengan adanya interaksi dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari bertukar fikiran dan mau membuka diri terhadap budaya asing maka
perubahan akan terjadi dalam kehidupan. Setelah mengenal budaya luar tentu ingin
coba menerapkannya. Pada saat ini sudah banyak pendatang yang menetap
dilingkungan masyarakat Kinali seperti Minang dan Jawa. Sedikit banyak
masyarakat Kinali sudah mengalami perubahan.
b. Pecampuran Budaya
Masyarakat
yang terdiri dari kelompok sosial yang mempunyai latar belakang yang berbeda
mempermudah terjadinya percampuran kebudayaan sehingga mendorong
perubahan-perubahan sistem sosial Batobo di dalam masyarakat.
c. Kontak Dengan Masyarakat Lain
Adanya
faktor kontak dengan budaya lain dapat melahirkanproses difusi. Difusi
merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu
lain. Dari suatu masyarakat ke masyarakat lain. Hal ini mendorong terjadinya
penemuan-penemuan baru yang dapat mendorong terjadinya perubahan-perubahan budaya
lama.
d. Pertambahan Penduduk Dari Luar
Dengan
datangnya penduduk dari luar yang mempunyai kebudaan yang berbeda membuat
masyarakat bersaing untuk menjadi yang baik. Terlebih lagi masyarakat yang
datang itu lebih rajin sehingga mereka akan bersaing untuk lebih mempercepat
dalam pengolahan lahan
MenurutSoejono Soekanto (2010:310)
ada beberapa hal yang mendorong perubahan, faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Kontak dengan kebudayaan lain
2) Sistem pendidikan yang maju
3) Sikap menghargai hasil karya orang
lain dan keinginan untuk maju
4) Toleransi terhadap
perubahan-perubahan yang menyimpang
5) Sistem lapisan masyarakat yang
terbuka (open stratification)
6) Penduduk yang heterogen
7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap
bidang-bidang tertentu
8) Orientasi ke masa depan
9) Nilai - nilai meningkatkan taraf
hidup
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Batobo di dirikan dalam sebuah
kelompok, yang mempunyai seorang ketua untuk mengatur jadwal kerja setiap
anggota. Dalam sistem sosial Batobo sekarang telah mengalami perubahan-perubahan.
Dahulu Batobo dilakukan secara sukarela dan saling tolong menolong tetapi
sekarang Batobo lebih cenderung ke sistem upah.
Manusia bercita-cita agar ada
perbedaan kedudukan (status) dan peranan (role) dalam masyarakat yang
menempatkan individu-individu pada tempat-tempat tertentu dalam struktur social
dan mendorong mereka untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan hak yang
dimilikinya. Dalam antar ketua dan anggota mempunyai hak dan kewajiban yang
berbeda sesuai dengan kedudukan dan peran masing-masing. Dikarenakan banyaknya
nilai-nilai positif yang ada dalam Batobo, oleh karena itu semua anggata Batobo
berpendapat bahwa kelompok Tobo ini sedapat mungkin dipertahankan.
3.1
Saran
Saran - saran yang bisa diberikan
penulis adalah Agar aktivitas Batobo yang ada dalam kehidupan masyarakat di kuantan
singingi ini dapat dipelihara dengan baik, karena jiwa yang terkandung dalam
Batobo adalah pencerminan hidup rukun antar sesama manusia.
Menumbuhkan kembali sikap gotong
royong melalui batobo seperti pada waktut erdahulu. Karena kelompok Batobo ini
para petani dapat saling membantu dalam mengerjakan ladang, agar rasa
kebersamaan dan solidaritas kerja diantara mereka dapat terwujud lagi sehingga
tercipta suatu kesatuan system yang utuh dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Hamidy, UU. 2004. Jagad Melayu Dalam Lintasan Budaya,
Pekanbaru: Bilik Kreatif Press
Harun, Rochajat. dan Elvinaro
Ardianto. 2011. Komunikasi Pembangunan
Perubahan Sosial, Jakarta: Raja Grafindo.
Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan Indonesia,
Jakarta: Djambatan.
Lauer, Robert H. 2003. Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Rineka
Cipta.
Nasikun. 1989. Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: CV Rajawali.
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia (Suatu
Pengantar),Bogor: Ghalia Indonesia.
Soekanto, Soedjono. 2010. Sosiologi, Suatu Pengantar, Jakarta:
Raja Grafindo.
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ BATOBO
“. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Taluk Kuantan, April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar........................................................................................................ i
Daftar
Isi.................................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1
Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2
Tujuan Makalah......................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1
Defenisi Batobo.......................................................................................... 3
2.2
Sekilas
Tentang Sejarah Batobo................................................................ 6
2.3
Memeriahkan
Tradisi Batobo................................................................... 8
2.4
Nilai Filosofi.............................................................................................. 10
2.4
Perubahan Pada Sistem Batobo................................................................. 10
BAB
III PENUTUP.................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 13
3.2 Saran.......................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................. 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar