Senin, 05 Desember 2016

MAKALAH TRADISI BATOBO MASYARAKAT KUANSING



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Batobo adalah Sebutan untuk kegiatan bergotong royong dalam mengerjakan sawah, ladang, dan sebagainya. yang dulu diilakukan oleh suku adat di Kuantan Singing .batobo dilakukan untuk meringankan pekerjaan pertanian seseorang, dengan demikian akan lebih cepat selesai dan lebih mudah.
Batobo di dirikan dalam sebuah kelompok, yang mempunyai seorang ketua untuk mengatur jadwal kerja setiap anggota. Kebanyakan kelompok batobo melakukan kegiatan secara bergiliran untuk setiap anggota kelompok batobo. Uniknya untuk menyemangati dalam bekerja, kelompok Batobo sering mengadakan acara Mangonji. Tidak hanya itu, Batobo juga sering di iringi dengan rarak godang. Rarak godang ini adalah semacam permainan alat musik tradisional, seperti Talempong, Gong, Gendang, dll. yang melantunkan instrumen-instrumen lagu-lagu daerah yang sudah sejak lama di kenal di masyarakat.

1.2  Tujuan Makalah
1.     Memahami defenisi batobo.
2.     Memahami sekilas tentang sejarah batobo.
3.     Memahami memeriahkan tradisi batobo.
4.     Memahami nilai filosofi.
5.     Memahami perubahan pada sistem batobo.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Defenisi Batobo
Batobo Berasal dari Bahasa Daerah BangkinangRiau. Nama  "Batobo" diambil dari tradisi gotong royong dalam mengerjakan sawah yang berkembang luas di wilayah Bangkinang Riau. Batobo" memiliki filosopi bahwa kegiatan  yang berat akan mudah untuk diselesaikan bila di kerjakan secara bersama-sama. Selain ada unsur kebersamaan, dalam kegiatan ini juga mengandung unsur kedisiplinan karena tiap anggota Batobo harus menunggu jadwal pengerjaan sawahnya secara bergiliran, dengan demikian akan lebih cepat selesai , lebih mudah dan hasilnya dapat dinikmati secara bersama. Batobo di dirikan dalam sebuah kelompok, yang mempunyai seorang pimpinan untuk mengatur setiap pekerjaan anggota.
Di Daerah Bangkinang – Riau, Batobo banyak dilakukan didalam sebuah pekerjaan pertanian (bercocok tanam padi). Setiap warga mempunyai lahan untuk diolah dan ditanam padi secara bergiliran. Warga yang tidak mempunyai lahan untuk bercocok tanam padi di perbolehkan ikut didalam kelompok Batobo, warga tersebut berkerja dan akan diberi upah yang sesuai dengan kesepakatan bersama.
Usaha Batobo bersama memerlukan tim yang solit, Istilah Batobo hampir sama dengan istilah Managemen, Menagemen suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerkan dan pengawasan yang dialkukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.
Batobo merupakan Salah satu kesenian anak negri melayu. Merupakan perkumpulan muda-mudi untuk turun ke sawah atau ladang. Batobo Salah satu tradisi budaya masalampau yang ada didaerah kampar dan kuantan Singingi biasanya kegiatan dilakukan pada musim turun kesawah atau ladang yang diiringi dengan bunyi-bunyian oleh kesenian tradisi, dan pada masa panen hasil sawah dan ladang dinamakan acara penutupan tobo diadakan tradisi makan besama doa.
Diramaikan degan malam kesenian, seperti randai atau saluang. Dalam hal ini bisa kita pahami walaupun kegiatan batobo yg ada didaerah riau namun erat juga kaitanya dengan adat orang minang. hal ini kita lihat dalam acara hiburan memakai tradisi randai oran minang.

2.2  Sekilas Tentang Sejarah Batobo
Seperti diketahui system gotong royong yang ada di daerah- daerah Provinsi Riau seperti kabupaten Siak, Kabupaten Kampar, Kabupaten Kuantan Singingi, kebudayaannya yang terkenal dengan kebudayaan melayu Riau. Aktivitas kerja bakti ini sudah berlangsung sejak nenek moyang sampai sekarang dengan mengalami sedikit perubahan pelaksanaan akibat kemajuan, cara berfikir, kemajuan teknologi, dan sebagainya.
Pada zaman dahulu, sebelum datangnya penjajahan Belanda, Raja atau kepala desa dapat mengarahkan tenaga rakyat desa untuk kepentingan rakyat itu sendiri seperti membersihkan jalan, parit, dll. Rakyat dengan ikhlas dan rela melaksanakan perintah kepala desa atau raja, karena hasil pekerjaan kerja bakti itu dapat dinikmati oleh rakyat desa.
Setelah penjajahan berakhir, kerja bakti masih berlanjut, tenaga rakyat dikerahkan untuk mengerjakan proyek pemerintah colonial. Setelah Indonesia merdeka kerja bakti itu berlangsung terus untuk menerus untuk pembangunan nasional. Dengan adanya bantuan desa, rakyat semakin bersemangat karena mereka menyadari pekerjaan yang dilaksanakan secara bersama-sama itu besar manfaatnya bagi rakyat pedesaan,disamping untuk mempererat rasa persaudaraan diatara sesama warga desa.
Dengan latar belakang sejarah yang diuraikan diatas maka tidakalah mengherankan bahwa penduduk yang berada di daerah kabupaten Kuantan Singingi gesit dibidang pertanian dan mata pencaharian hidup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka terkenal suka berdagang dan bercocok tanam kerena daerahnya yang subur. Batobo merupakan suatu sistem gotong royong yang dilaksanakan untuk meringankan pengerjaan ladang. Batobo masuk dan berkembang di Rantau Kuantan sekitar tahun 70-an.
Sejarah bagaimana masuknya batobo di Rantau Kuantan tidak diketahui secara pasti karena orang yang sudah tua telah banyak meninggal dunia. Sejarah batobo hanya diketahui oleh golongan tua, sedangkan golongan muda hanya mengetahui tentang Batobo secara umumnya saja. Masyarakat kuansing saat sekarang hanya mengikuti pelaksanaan sistem sosial batobo dari cara terdahulu. Awalnya Batobo hanya dilakukan oleh kaum perempuan, karena laki-laki tidak menetap di kampung sehingga urusan pertanian diserahkan sepenuhnya kepada perempuan.
Batobo yang anggotanya perempuan ini disebut tobo induok-induok (tobo ibu-ibu). Kemudian berkembang dengan adanya tobo bujang yang beranggotakan laki-laki,kemudian berkembang lagi dengan adanya Batobo Bujang Gadih (Tobo campuran) yang anggotanya terdiri dari laki-laki dan peremuan.

2.3  Memeriahkan Tradisi Batobo
Dalam melaksanakan tradisi atau upacara adat batobo ada beberapa acara untuk memeriahkannya. diantaranya adalah tari batobo, pantun dan sebagai nya untuk lebih jelasnya akan penulis jelaskan sebagai berikut :
1.     Tari Batobo
Tari Batobo merupakan tarian berkelompok . Dalam tarian ini menceritakan tentang Proses untuk penanaman padi di ladang. Cerita tersebut tersampaikan oleh penari dengan gerakan-gerakan gotong royong, menebas semak, manugal , menyiang ladang hingga sampai pada ujungnya ialah disampaikan dengan gerakan menuai padi. Selain itu tari Batobo juga mengombinasikan dengan Randai yang merupakan ciri khas dari daerah Kuantan Singingi.
2.     Nyanyian Pantun
Beberapa dari nyanyian pantun batobo dapat kita lihat di bawah ini :
tuai… nak padi… dituai…
oi sipuluik nak… dibuek pokan
tuai.. nak sayang amak sayang padi dituai
amak mangai nak sayang, manca’i makan
layang-layang tobang malayalang
kain sasugi nak, pamagau bonio
layang-layang tobang malayang nak sayang
kain sasugi nak oi sayang
pamagau bonio
mo basamo poi ka ladang
mananam padi sayang
mananam bonio...
Tidak hanya itu, Batobo juga sering di iringi dengan rarak godang. Rarak godang ini adalah semacam permainan alat musik tradisional, seperti Talempong, Gong, Gendang, dll. yang melantunkan instrumen-instrumen lagu-lagu daerah yang sudah sejak lama di kenal di masyarakat. Dan diwaktu pesta Pernikahan, atau acara-acara besar , dan acara-acara adat.
 Selalu di meriah kan dengan rarak godang ini. (masakan sejenis bubur yang terbuat dari tepung, dan santan kelapa. Dimasak dalam kuali yang besar, kemudian diadakan doa bersama) .Pada malam hari setelah pekerjaan dilakukan pada siang hari. Biasanya Kelompok batobo mengadakan ini pada saat musim menuai tiba.



2.4  Nilai Filosofi
Nilai dan filosofi yang Terkandung dalam batobo
1.       Nilai Tolong Menolong
2.       Nilai Kerja Sama
3.       Nilai Senasib Sepenanggungan
Bentuk Pelaksanaan Sistem Sosial Batobo pada Zaman Sekarang Sistem sosial Batobo sekarang sudak tidak sama lagi dengan Batobo dahulu, walaupun tidak semuanya berubah, namun tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan itu tetap ada. Sistem sosial Batobo sekarang lebih cenderung disebut jual beli tenaga atau jasa. Disamping itu pelaksanaan Batobo tidak hanya dilakukan pada ladang atau sawah saja, tetapi Batobo juga berlaku pada kebun.
Dahulu tujuan utama dalam Batobo adalah untuk saling membantu dalam penggarapan lahan ladang. Pada saat sekarang tenaga batobo sudah diperjual belikan. Setiap kelompok Tobo menyediakan jasa tenaga mereka untuk menggarap lahan orang lain diluar kelompok Tobo tersebut, kalau dari pihak kelompok dikenal dengan istilah Manjual Parari sedangkan dari pihak pengguna jasa kelompok Tobo dikenal dengan istilah Mamboli Parari, dengan konsekuensi sipemilik lahan harus membayar jasa tenaga para kelompok tobo yang ikut mengerjakan ladang dan kebunnya. Biaya yang ditetapkan untuk membayar perhari adalah sebesar Rp 30.000/hari kepada masing-masing anggota Tobo yang dibayar melalui ketua Tobo.

2.5  Perubahan Pada Sistem Batobo
Penyebab Berubahnya Sistem Sosial Batobo di dedikasikan dengan dua faktor. faktor intern dan faktor ekstern :
1.     Faktor Intern
faktor intern adalah perubahan yang di sebabkan oleh masyarakat itu sendiri. Ada beberapa faktor yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri adalah sebagai berikut:
a.      Keadaan Masyarakat
Keadaan masyarakat berpengaruh terhadap perubahan sistem sosial Batobo, hal ini karena semakin kuatnya persaingan di dalam masyarakat membuat mereka berpacu untuk mencari kemudahan dalam pengerjaan ladang. Oleh karena itu mereka beranggapan bahwa dengan diupahkannya pengerjaan ladang maka ladang mereka akan cepat selesai.
b.     Dorongan Dalam Diri Masyarakat Untuk Berubah
Adanya dorongan dan keinginan dalam diri masyarakat untuk berubah merupakn factor yang penting, karena apabila dalam diri masyarakat itu sendiri tidak ada keinginan untuk berubah, maka tidak akan pernah ada kemajuan dan perubahan dalam sistem sosial tersebut. Budaya yang dulu dianggap kuno tetap akan dipakai meskipun tidak sesuai lagi dengan perkembangn zaman hanya saja sebagian dari budaya tersebut yang berubah.
c.      Penduduk Yang Heterogen
Penduduk yang heterogen dapat mempengaruhi sistem sosial Batobo, karena masyarakat yang heterogen dapat menyebabkan adanya percampuran kebudayaan sehingga merubah sistem sosial Batobo terdahulu. Masyarakat lebih menginginkan Sistem Sosial Batobo yang lebih praktis.
Adanya rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap sistem sosial terdahulu yang dianggap merumitkan, telah mendorong masyarakat untuk menemukan sistem sosial Btobo yang lebih praktis sehingga mengahasilakan sebuah perubahan.
d.     Pendidikan Yang Maju
Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap cara pandang seseorang terhadap sesuatu hal, biasanya orang yang berpendidikan tinggi lebih bersikap rasional dan menyikapi suatu hal dengan mempertimbangkan baik buruknya, penting atau tidaknya suatu hal itu untuk dilakukan. Beda halnya dengan orang yang berpendidikan rendah yang berfikir tradisional.
Mereka cenderung melakukan sesuatu sesuai aturan-aturan yang berlaku secara turun temurun yang mengikat mereka, dengan demikian tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sistem sosial Batobo
2.     Faktor Ektern
Faktor ekstern adalah factor yang mendorong perubahan yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri, seperti :
a.      Kontak dengan budaya lain
Hubungan interaksi dengan suku lain atau pendatang membuat perubahan pada pola fikir masyarakat Kinali, dengan adanya interaksi dilakukan dalam kehidupan sehari-hari bertukar fikiran dan mau membuka diri terhadap budaya asing maka perubahan akan terjadi dalam kehidupan. Setelah mengenal budaya luar tentu ingin coba menerapkannya. Pada saat ini sudah banyak pendatang yang menetap dilingkungan masyarakat Kinali seperti Minang dan Jawa. Sedikit banyak masyarakat Kinali sudah mengalami perubahan.
b.     Pecampuran Budaya
Masyarakat yang terdiri dari kelompok sosial yang mempunyai latar belakang yang berbeda mempermudah terjadinya percampuran kebudayaan sehingga mendorong perubahan-perubahan sistem sosial Batobo di dalam masyarakat.
c.      Kontak Dengan Masyarakat Lain
Adanya faktor kontak dengan budaya lain dapat melahirkanproses difusi. Difusi merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu lain. Dari suatu masyarakat ke masyarakat lain. Hal ini mendorong terjadinya penemuan-penemuan baru yang dapat mendorong terjadinya perubahan-perubahan budaya lama.

d.     Pertambahan Penduduk Dari Luar
Dengan datangnya penduduk dari luar yang mempunyai kebudaan yang berbeda membuat masyarakat bersaing untuk menjadi yang baik. Terlebih lagi masyarakat yang datang itu lebih rajin sehingga mereka akan bersaing untuk lebih mempercepat dalam pengolahan lahan
MenurutSoejono Soekanto (2010:310) ada beberapa hal yang mendorong perubahan, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1)     Kontak dengan kebudayaan lain
2)     Sistem pendidikan yang maju
3)     Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan untuk maju
4)     Toleransi terhadap perubahan-perubahan yang menyimpang
5)     Sistem lapisan masyarakat yang terbuka (open stratification)
6)     Penduduk yang heterogen
7)     Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu
8)     Orientasi ke masa depan
9)     Nilai - nilai meningkatkan taraf hidup










BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Batobo di dirikan dalam sebuah kelompok, yang mempunyai seorang ketua untuk mengatur jadwal kerja setiap anggota. Dalam sistem sosial Batobo sekarang telah mengalami perubahan-perubahan. Dahulu Batobo dilakukan secara sukarela dan saling tolong menolong tetapi sekarang Batobo lebih cenderung ke sistem upah.
Manusia bercita-cita agar ada perbedaan kedudukan (status) dan peranan (role) dalam masyarakat yang menempatkan individu-individu pada tempat-tempat tertentu dalam struktur social dan mendorong mereka untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan hak yang dimilikinya. Dalam antar ketua dan anggota mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda sesuai dengan kedudukan dan peran masing-masing. Dikarenakan banyaknya nilai-nilai positif yang ada dalam Batobo, oleh karena itu semua anggata Batobo berpendapat bahwa kelompok Tobo ini sedapat mungkin dipertahankan.

3.1  Saran
Saran - saran yang bisa diberikan penulis adalah Agar aktivitas Batobo yang ada dalam kehidupan masyarakat di kuantan singingi ini dapat dipelihara dengan baik, karena jiwa yang terkandung dalam Batobo adalah pencerminan hidup rukun antar sesama manusia.
Menumbuhkan kembali sikap gotong royong melalui batobo seperti pada waktut erdahulu. Karena kelompok Batobo ini para petani dapat saling membantu dalam mengerjakan ladang, agar rasa kebersamaan dan solidaritas kerja diantara mereka dapat terwujud lagi sehingga tercipta suatu kesatuan system yang utuh dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Hamidy, UU. 2004. Jagad Melayu Dalam Lintasan Budaya, Pekanbaru: Bilik Kreatif Press
Harun, Rochajat. dan Elvinaro Ardianto. 2011. Komunikasi Pembangunan Perubahan Sosial, Jakarta: Raja Grafindo.
Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Djambatan.
Lauer, Robert H. 2003. Perspektif  Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Rineka Cipta.
Nasikun. 1989. Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: CV Rajawali.
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia (Suatu Pengantar),Bogor: Ghalia Indonesia.
Soekanto, Soedjono. 2010. Sosiologi, Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo.











KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ BATOBO “. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
           





                                                                      Taluk Kuantan,    April 2015


     Penyusun

 

 

DAFTAR ISI


Kata Pengantar........................................................................................................   i
Daftar Isi..................................................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................   1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................   1
1.2 Tujuan Makalah.........................................................................................   2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................   3
2.1 Defenisi Batobo..........................................................................................   3
2.2 Sekilas Tentang Sejarah Batobo................................................................   6
2.3 Memeriahkan Tradisi Batobo...................................................................   8
2.4 Nilai Filosofi..............................................................................................   10
2.4 Perubahan Pada Sistem Batobo.................................................................   10
BAB III PENUTUP..................................................................................................   13
3.1  Kesimpulan...............................................................................................   13
3.2  Saran..........................................................................................................   13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................   14







Tidak ada komentar:

Posting Komentar