Minggu, 04 Desember 2016

makalah konsep islam tentang kehidupan



KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dzat yang Maha Sempurna, pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu “Konsep Islam Tentang Kehidupan”. Dengan harapan semoga makalah ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua. Amiin.
Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena penulis sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari –Nya.
Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dengan secermat mungkin, namun sebagai manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.


Taluk Kuantan,  Oktober 2016

Penulis

 

 

 

 

 

 



DAFTAR ISI


Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1  Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3  Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1  Defenisi Hidup................................................................................................. 3
2.2  Asal Usul  Kehidupan...................................................................................... 3
2.3  Bagaimana Konsep Islam Tentang Kehidupan................................................ 7
BAB III PENUTUP....................................................................................................   21
3.1  Kesimpulan....................................................................................................    21
3.2  Saran..............................................................................................................    21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................    22



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
ALLAH SWT adalah Tuhan Maha Pencipta. Dia menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Dia pula yang menciptakan manusia serta berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia, Dia juga yang mematikan dan menghidupkan manusia.
 ALLAH SWT membagi kehidupan menjadi dua bagian yakni kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang dilakukan manusia di dunia akan berdampak dalam kehidupan akhirat.Enak dan tidaknya kehidupan seseorang sangat bergantung pada bagaimana ia menjalani kehidupan di dunia ini. Manakala manusia beriman dan beramal shaleh dalam kehidupan di dunia ia pun akan mendapatkan kenikmatan dalam kehidupan di akhirat. Karena itu ketika seseorang berorientasi memperoleh kebahagiaan di akhirat maka ia akan menjalani kehidupan di dunia ini sebaik-baiknya sebagaimana ditentukan oleh Allah dan rasulya.Ketika manusia berorientasi kepada kehidupan akhirat bukan berarti ia tidak boleh menikmati kehidupan di dunia. hal ini karena segala hal-hal yang bersifat duniawi sangat disukai oleh manusia,karenanya islam tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati kehidupan dunia selama tidak melanggar ketentuan Allah SWT apalagi sampai melupakan Allah SWT sebagai pencipta dan pengatur dalam kehidupan ini.Manusia memang memandang indah segala hal yang bersifat dunia dan itu wajar-wajar saja selama ia tidak mengabaikan tempat kembalinya.
Satu hal terpenting yang harus diingat dan diimplementasikan oleh manusia selama hidup di dunia adalah tiap-tiap manusia mempunyai pandangan terhadap hidup ini, asal mula kejadiannya, kemana ia akan pergi, kehidupannya kembali terhadap keabadian kebaikan dan keburukan. Islam pada dasarnya tidak mengenal adanya perbedaan antara sesama manusia kecuali atas dasar ketakwaan kepada Allah dan kebaikan prilaku dalam kehidupan. Islam memandang sesama manusia adalah sama. Oleh sebab itu islam mengajarkan bagaimana hidup dan kehidupan manusia.
1.2     Rumusan Masalah
1.     Apa pengertian hidup?
2.     Bagaimana Bermulanya kehidupan?
3.     Bagaimana konsep islam tentang kehidupan?

1.3      Tujuan Penulisan
1.     Untuk mengetahui pengertian hidup
2.     Untuk mengetahui Asal Usul kehidupan
3.     Untuk mengetahui konsep islam tentang kehidupan






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Defenisi Hidup
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata hidup memiliki arti bertempat tinggal, masih ada, bergerak, dan bekerja. Sebagai contoh : “hidup di desa lebih tenang dari pada hidup di kota”,“neneknya masih hidup,tapi kakeknya sudah meninggal”, “ulat itu masih hidup”, penduduk di sekitar pelabuhan itu hidup dari berniaga; . Kata hidup juga berarti masih berjalan, bernyawa, dan berlangsung ; “walaupun ekonomi melemah akan tetapi perusahaan itu masih hidup”, “setiap yang hidup pasti akan mati, kecuali Tuhan”, “yayasan tersebut hidup dari sumbangan masyarakat”[1]
Dalam bahasa arab hidup berasal dari kata “hayya-yahya-hayatan”, yaitu hidup, tinggal, kehidupan, Ia merupakan lawan kata dari “maata-yamuutu-mautan” yang artinya mati dan kematian.[2] Sedangkan dalam bahasa inggris hidup berasal dari kata live yaitu tinggal, langsung dan bergerak.[3]
  Berdasarkan dari beberapa makna tersebut maka dapat dikatakan bahwa hidup adalah bergerak,berjalan,bernyawa,berdiam diri,tinggal,berlangsung dan bekerja.
2.2     Asal Usul Kehidupan
Hingga saat ini, masih terjadi perdebatan panjang antara para ahli mengenai asal usul kehidupan. Para ahli telah memberikan beberapa defenisi atau teori tentang kehidupan berdasarkan bidang bidang keilmuan mereka, antara lain :

1.     Teori Abiogenesis
Menurut teori ini, kehidupan terjadi secara spontan dan berasal dari materi tak hidup. Teori ini beranggapan bahwa kehidupan berawal dari benda mati. Contohnya, seekor cacing yang keluar dari dalam tanah, maka cacing tersebut berasal dari tanah. Contoh lainnya, katak yang keluar dari lumpur, maka katak tersebut berasal dari lumpur.
 Teori ini pertama kali dikemukakan oleh aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani, kemudian didukung  oleh John Needham yang merupakan ahli biologi.
2.   Teori Biogenesis
Teori ini merupakan kebalikan dari teori abiogenesis bahkan ia merupakan bantahan dari teori tersebut. Menurut teori ini kehidupan berasal dari kehidupan  sebelumnya. Pendapat ini didukung oleh Lazzaro Spazzalani, ia membuktikan dengan percobaan yang serupa dengan percobaan needham. Hanya saja spazzalani membuat dua tabung reaksi, pada satu tabung ia biarkan terbuka dan pada tabung lainnya ia tutup dengan kain kasa yang dipanaskan, berbeda dengan tabung needham yang ditutup dengan gabus.
Teori ini juga didukung oleh Francesco Redi dengan percobaan sekerat dagingnya dan didukung pula oleh Louis Pasteur dengan percobaan tabung leher angsanya yang mana mereka semua adalah merupakan Pakar Biologi Itali.[4]

3.   Teori Evolusi
Pada teori ini para Ilmuwan menyatakan bahwa kehidupan berasal dari senyawa organik dan kimia di atsmosfer yang kemudian berkumpul membentuk materi hidup (berevolusi). Pendapat ini pertama kali diajukan oleh A.I Oparin , seorang ahli biokimia Rusia. A. I. Oparin menyatakan bahwa makhluk hidup terjadi dari senyawa kimia, dan pada waktu itu di atmosfer belum ada oksigen bebas. Pendapat Oparin mendapat dukungan dari J. B. S. Haldane ahli biologi berkebangsaan Inggris. Oparin berpendapat bahwa makhluk hidup terjadi dari hasil reaksi kimia antara molekul- molekul di dalam lautan yag panas.Lautan yang terbentuk pada mulanya bersuhu tinggi sehingga energinya dapat digunakan untuk berlangsungnya reaksi kimia.
Hasil reaksi kimia membentuk semacam uap yang terdiri atas bahan organik, yaitu sebagai bahan pembentuk sel. Kemudian seorang peneliti berkebangsaan Amerika, Stanley Miller berhasil membuktikan teori tersebut, ia menyatakan bahwa asal-usul kehidupan diawali dengan adanya senyawa organik di atmosfer yang berupa gas-gas seperti metana (CH4), Hidrogen(H2), Uap air (H2O), dan amonia (NH3) yang bereaksi dengan bantuan energi dari sinar kosmis dan kilatan listrik halilintar sehingga terbentuk asam amino. Ia membuktikannya dalam laboratorium dengan menggunakan seperangkat alat dengan nama Stanley Miller - Harold Urey.  Alat ini disimpan pada suatu kondisi yang diperkirakan sama dengan kondisi pada waktu sebelum ada kehidupan. Ke dalam alat tersebut dimasukkan bermacam gas, seperti uap air yang dihasilkan dari air yang dipanaskan, hidrogen , metana, dan amonia.  Selanjutnya pada alat tersebut diberikan aliran listrik75.000 volt (sebagai pengganti kilatan halilintar yang selalu terjadi di alam padawaktu itu). Setelah seminggu,ternyata Miller mendapatkan zat organik yang berupa asam amino. Zat ini merupakan bahan dasar pembangunan kehidupan. Berdasarkan percobaan ini Ilmuwan menyebutnya sebagai Teori Evolusi Kimia.  Teori evolusi pada awalnya juga telah dikembangkan para ilmuwan seperti mutasi makhluk hidup dan seleksi alam. Seorang. Ilmuwan yang mengembangkan teori ini ialah Charles Darwin. Ia merupakan seorang Naturalis berkebangsaan Inggris. Menurut Darwin manusia dan semua makhluk hidup berasal dari nenek moyang yang sama yang berupa makhluk bersel satu. Makhluk bersel satu tersebut terus berevolusi hingga menjadi kera, dari kera menjadi manusia dalam waktu yang lama.
Teori evolusi inilah yang banyak diterima oleh Pakar Biologi Modern. Akan tetapi teori ini dibantah oleh seorang Ilmuwan muslim kebangsaan Turki yang bernama Adnan Oktar atau lebih dikenal dengan nama Harun Yahya. Beberapa bantahannya ialah :  
1.     Darwin berasumsi bahwa makhluk hidup yang ada sekarang berasal dari hal yang sama, yaitu makhluk bersel satu. Setelah mengalami berbagai variasi kecil dan bertahap, ia berevolusi menjadi makhluk yang lebih kompleks, hingga menjadi seperti makhluk yang ada saat ini. Jika Darwin berkata bahwa makhluk hidup, termasuk manusia adalah hasil evolusi yang berasal dari makhluk bersel satu, dengan sendirinya ia menafikan kepercayaan bahwa manusia sebenarnya adalah ciptaan Tuhan yang disempurnakan sendiri oleh-Nya, terbuat dari tanah yang lantas turun ke Bumi karena melakukan sebuah kesalahan. Itu secara keyakinan agama.
2.     Secara ilmiah, bukti tentang makhluk hidup bersel satu yang sedang berevolusi menjadi makhluk hidup lain yang lebih kompleks (seharusnya sampai saat ini pun makhluk itu harus terus berevolusi), tidak pernah ditemukan. Sampai saat ini belum ada ilmuwan dari pihak pembela teori evolusi yang berhasil membuat sel tunggal yang dipercaya terjadi secara kebetulan oleh teori Darwin. Dengan bukti ini saja telah meyakinkan kita bahwa sebenarnya teori evolusi adalah kesalahan dalam memahami fakta sebenarnya tentang alam dan kehidupan. Belum ada orang yang mampu menghidupkan kembali yang mati terkecuali atas kehendak Allah lewat para Nabi-nya.
3.     Sebuah tengkorak "Manusia Piltdown" yang diklaim sebagai bentuk peralihan dari monyet ke manusia oleh pendukung teori evolusi, ternyata setelah melalui "uji fluorin" diketahui umurnya baru beberapa ratus tahun saja. Dan yang mengejutkan, terungkap bahwa tengkorak itu rekayasa tengkorak manusia yang dipadukan dengan rahang tengkorak monyet. Sebuah penipuan untuk mendukung teori sesat.
4.     Teori evolusi menurut Harun Yahya adalah dasar filsafat "Materialisme", tentang menuhankan materi dan tidak mempercayai adanya Tuhan di segala bidang kehidupan manusia. Karena teori itu percaya bahwa segalanya berjalan dengan sendirinya. Teori itu dapat menyesatkan pemikiran orang awam yang tidak mengetahui tujuan adanya teori tersebut.Teori evolusi menurut Harun Yahya hakikatnya adalah perang terhadap kepercayaan tentang adanya Tuhan pencipta alam semesta.[5]
Dari beberapa bantahan tersebut, maka beragam teori  diatas, belum dapat menunjukkan bukti bukti yang konkrit tentang asal mula kehidupan.
2.3    Konsep Islam Tentang Kehidupan
ALLAH SWT membagi kehidupan menjadi dua bagian yakni kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang dilakukan manusia di dunia akan berdampak dalam kehidupan akhirat.Enak dan tidaknya kehidupan seseorang sangat bergantung pada bagaimana ia menjalani kehidupan di dunia ini. Manakala manusia beriman dan beramal shaleh dalam kehidupan di dunia ia pun akan mendapatkan kenikmatan dalam kehidupan di akhirat.
Karena itu ketika seseorang berorientasi memperoleh kebahagiaan di akhirat maka ia akan menjalani kehidupan di dunia ini sebaik-baiknya sebagaimana ditentukan oleh Allah dan rasulya.Ketika manusia berorientasi kepada kehidupan akhirat bukan berarti ia tidak boleh menikmati kehidupan di dunia. hal ini karena segala hal-hal yang bersifat duniawi sangat disukai oleh manusia,karenanya islam tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati kehidupan dunia selama tidak melanggar ketentuan Allah SWT apalagi sampai melupakan Allah SWT sebagai pencipta dan pengatur dalam kehidupan ini.
1. Kehidupan di Dunia
pandangan manusia terhadap kehidupan beragam, mulai dari pandangan optimistis hingga pandangan pesimistis. Demikian, penjelasan tentang kehidupan dan peranannya dalam Islam menjadi sesuatu yang sangat penting.
Tentang hidup dan kehidupan manusia sering menjadi perdebatan banyak orang. Sudah banyak para ilmuwan (scientist) yang merumuskan teori-teori tentang kehidupan manusia. Salah satunya adalah teori yang dikemukakan oleh ilmuwan berkebangsaan Inggris yang bernama Charles Darwin yang terkenal dengan Teori Evolusinya. Menurut seorang cendekiawan muslim bernama Prof. DR. M.Mutawalli Asy-Syarawi dalam bukunya “Al-Hayatu Wal Maut” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”Esensi Hidup dan Mati” dikatakan bahwa sesungguhnya indera manusia tidak memiliki kemampuan untuk melihat esensi hidup dan kalaupun bisa hal itu hanyalah praduga semata, sedangkan praduga akan cenderung menghasilkan suatu kesimpulan yang salah pada akhirnya. Memang benar yang dikemukakan beliau tersebut, hal ini terbuktikan dengan adanya praduga yang fatal dari Teori Evolusi Charles Darwin. Dalam teori evolusinya ia mengatakan bahwa manusia berasal dari seekor kera, yang berhasil ia temukan fosilnya dan diberi nama Loisy. Perhatikan Firman Allah yang diterangkan dalam Al-Qur’ an sebagai berikut : Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr, 15 : 28) Maka dengan demikian, Teori Evolusi Darwin secara otomatis langsung terbantahkan dan terpatahkan. Demikianlah, melalui Firman Allah tersebut menjelaskan bahwasannya manusia diciptakan langsung sebagai manusia, bukannya sebagai kera terlebih dahulu. Masih banyak lagi Firman Allah yang menegaskan bahwa manusia diciptakan langsung oleh Allah sebagai manusia seutuhnya, seperti pada Al-A’raf (7) : 11 dan Hud (11) : 61. Begitulah, Allah Sang Pencipta seluruh alam semesta telah menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang asal-usul kejadian manusia, namun mereka kebanyakan masih mencari bukti-bukti lain selain penjelasan Allah tersebut. Naudzubillahi min dzalik.
Baru kemudian di awal abad ke-21 atau di awal milenium ke-3 ini muncul seorang cendekiawan dan ilmuwan muslim yang bernama Adnan Oktar dari Turki yang dalam tulisan-tulisan ilmiahnya lebih dikenal dengan nama Harun Yahya. Beliau telah memiliki bukti-bukti sebagai sanggahan secara ilmiah berdasarkan cara berpikir logika modern terhadap Teori Evolusi Darwin. Diperkuat pula secara arkeologi yang menjelaskan bahwasannya tidak ada satu pun bukti yang berhasil ditemukan yang dapat memperkuat argumentasi bahwa Teori Evolusi itu benar adanya. Harun Yahya jelas-jelas mengatakan bahwa Teori Evolusi telah menyesatkan umat manusia, bahkan beliau mengatakan bahwa Teori Evolusi Darwin telah membahayakan Aqidah Islam, sehingga bagi umat Islam yang mempercayai Teori Evolusi tersebut dikategorikan telah melanggar Aqidah Islam. Bagaimana mungkin mereka bisa menduga bahwa manusia (yang juga termasuk dirinya Darwin) itu berasal dari seekor kera, sedangkan kera adalah spesies binatang bukan manusia. Allah Sang Pencipta manusia itu sendiri menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang sebaik-baik ciptaan-Nya, sebagaimana yang dijelaskan melalui Firman-Nya : Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dalam bentuk/rupa yang sebaik- baiknya. (QS. At-Tin, 95 : 4) Perhatikan Firman Allah berikut : Artinya : Dan segala sesuatunya Kami ciptakan berpasang-pasangan agar supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (QS. Adz-Dzariyat, 51 : 49) Ayat di atas begitu gamblang menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatunya secara berpasang-pasangan, yakni laki-laki dan perempuan (untuk manusia), jantan dan betina (untuk fauna), bahkan berlaku pula untuk tumbuh-tumbuhan (flora).
 Dahulu kala orang mengasosiasikan jenis kelamin hanya untuk manusia dan hewan, serta tidak berlaku untuk tumbuh-tumbuhan. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di akhir abad ke-20, orang sudah tahu bahwa dalam dunia tumbuh-tumbuhan (flora) pun terdapat yang namanya “jenis kelamin”, yakni yang disebut sebagai serbuk sari (jantan) dan kepala putik (betina). Jadi maha benarlahapa-apa yang dikatakan Allah dalam Firman-Nya. Dalam penciptaan manusia pertama (Adam), setelah Allah meniupkan ruh ke dalam tubuh Adam, bersamaan dengan itu pula Allah telah menciptakan bahan dasar (substansi) keturunan manusia pada punggung Adam, dalam bentuk material substansi calon manusia (ciptaan) yang amat teliti dan teramat kompleks yang tercermin dalam DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) pada tiap-tiap manusia yang dilahirkan kemudian. Sementara itu, Siti Hawa (isteri Adam) diciptakan langsung oleh Allah dari tulang rusuk Adam. Hal ini diterangkan Allah dalam Firman-Nya : Artinya : Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya (Hawa) dari (diri)nya; dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. (Q.S. An-Nisa, 4 : 1).
Sejak awal, Allah SWT telah memperlihatkan eksistensi Dzat-Nya kepada semua makhluk ciptaan-Nya, dari yang pertama diciptakan sampai yang terakhir, termasuk kepada manusia. Sebab tanpa persaksian ini, manusia tidak akan pernah mampu mencerna dan menangkap dengan panca inderanya atas pemahaman hal-hal yang bersifat ghaib (tidak nyata). Dari awal kejadian manusia itu, sebenarnya manusia sudah meyakini bahwa Allah itu ada. Inilah yang disebut sebagai Fitrah Iman kepada Allah yang terdapat di dalam Af-idah (Akal & Hati nurani) manusia itu sendiri. Hati nurani manusia senantiasa akan selalu mendekatkan jiwa dan diri manusia itu sendiri kepada Sang Penciptanya, yakni Allah SWT. Hati nurani akan selalu melekat pada diri manusia sejak ia dilahirkan hingga ajal menjemputnya, bahkan hingga manusia dibangkitkan kembali oleh Allah SWT pada hari kiamat nanti.
 Di antara ilmu-ilmu fisiologi yang sudah begitu jauh berkembang sampai dengan pengenalan mekanisme dan fungsi organ-organ tubuh manusia, ditambah lagi dengan temuan-temuan di bidang ilmu genetika manusia yang sedemikian spektakuler pada milenium ketiga ini, namun hingga saat ini masih sangat banyak manusia yang belum sepenuhnya mengerti tentang hakikat (esensi) dirinya sendiri, karena memang ilmu pengetahuan tentang esensi hidup manusia masih sangat jarang dibicarakan dan masih sangat jauh dari kemajuan sehingga sampai kini masih berada pada tahap awal pengenalan sisi-sisi penting kehidupan manusia. Islam memandang eksistensi manusia sebagai suatu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan antara jasmani, rohani, serta akal dan budi. Akal dan budi tersebut sebagai Af-idah yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia. Budi itulah yang disebut sebagai hati nurani. Antara jasmani, rohani, dan akal budi (Af-idah) saling terkait serta membentuk suatu ikatan yang saling menguatkan satu dengan yang lainnya (interdependensi). Pandangan Islam terhadap manusia dalam hal ini adalah seimbang (tawazun). Oleh karena manusia tidak mampu membuat sistem bagi kehidupannya sendiri, maka yang paling kompeten (kuasa) membuat sistem kehidupan manusia adalah Allah SWT. Maka dari itu, untuk mengungkap esensi hidup manusia di dunia ini haruslah melalui wahyu-wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW berupa Al-Qur’an dan Hadits yang dapat menjelaskan tentang hakikat manusia itu sendiri. Dia-lah yang paling menguasai tentang manusia karena Dia (Allah) yang menciptakannya. Perhatikan Firman Allah berikut ini : Artinya : Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan kamu rahasiakan)? (QS. Al-Mulk, 67 : 14).
Kehidupan Manusia di Dunia yang Fana’ ini pada Hakikatnya adalah : 1. Kesenangan yang Menipu atau Memperdaya. …dan tidaklah kehidupan dunia itu melainkan hanyalah kesenangan yang menipu/memperdaya. (QS. Ali Imran, 3 : 185) 2. Permainan dan Sesuatu yang Melalaikan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, …. (QS. Al-Hadid, 57 : 20) 3. Kesenangan yang Teramat Sedikit Sekali. … kenikmatan hidup di dunia ini bila dibandingkan dengan akhirat amatlah sedikit sekali. (QS. At-Taubah, 9 : 38) 4. Rangkaian Ujian dan Cobaan Hidup.
Dan Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai suatu cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan. (QS. Al-Anbiya, 21 : 35) Allah akan memberi cobaan hidup kepada manusia dengan bermacam-macam cobaan yang bisa berupa kesulitan atau kesusahan hidup, himpitan ekonomi, penyakit dan kesedihan-kesedihan lainnya, tetapi bisa pula berupa kesenangan hidup, rizki yang berlimpah, isteri yang sangat cantik, anak yang banyak, perhiasan dari emas dan perak, ternak yang banyak atau hasil sawah, kebun dan hasil pertanian yang berlimpah. Semua itu dimaksudkan Allah SWT untuk menguji manusia serta untuk menyeleksi mana di antara manusia tersebut yang paling baik perbuatannya, paling baik akhlaqnya, paling baik imannya, dan yang paling tinggi kesabarannya. Dengan memberikan cobaan-cobaan dan ujian kepada manusia tersebut, Allah ingin mendengar sendiri secara langsung dari manusia yang diuji-Nya tentang reaksi dan komentar atas cobaan itu.
2.  Kehidupan di Akhirat
a.      Alam Barzah
Mengenai kehidupan sesudah mati, Al-Qur’an tidak menjelaskan tentang hari akhir saja, tetapi juga memberikan banyak informasi menyangkut kejadian dan peristiwa saat kematian, kehidupan barzah, dan peristiwa-peristiwa sesudahnya. Dengan kematian, seseorang memasuki tahap pertama kehidupan akhirat. Hal ini dinyatakan oleh hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Turmuzi, Ibn Majah dan hakim melalui Usman, yang artinya: Sesungguhnya kubur itu adalah tahap pertama untuk alam akherat. Jika seseorang telah selamat dalam menempuh tahap pertama ini, maka dalam menempuh tahap-tahap berikutnya akan lebih ringan. Jika ia tidak selamat dalam menempuh tahap pertama, maka dalam menempuh tahap-tahap berikutnya, ia akan lebih berat. Tahap pertama setelah kematian disebut dengan alam barzah atau alam kubur. Dalam tahap ini semua orang yang telah mati akan “hidup” dalam satu alam penantian datangnya hari kiamat. Tahap ini dimulai sejak seseorang meninggal dunia hingga hari kebangkitan. Hal ini diungkapkan dalam Al-Mu’minuun (23) : 99-100 sebagai berikut : Artinya : Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (QS. Al-Mu’minun, 23 : 99-100).
b.  Hari Kiamat (Yaum al-Qiyamah)
Kehidupan akhirat dimulai dengan peniupan sangkakala yang pertama. Dengan peniupan sangkakala itu, alam raya dan dunia seisinya menjadi hancur, matahari digulung, bulan terbelah, bintang-bintang pudar cahayanya, dan gunung-gunung dihancurkan menjadi debu yang beterbangan bagaikan kapas. Itu semua merupakan kehancuran total. Dalam Al Qur’an peristiwa itu disebut kiamat. Hal ini diungkapkan, misalnya, dalam Al-Haqqah (69); 13-16 sebagai berikut. Artinya: Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. (Qs Al-haqqah (69); 13-16). Dalam An-Naba’ (78) : 17-20 juga dipaparkan kejadian dan peristiwa pada hari kiamat seperti berikut. Artinya : Sesungguhnya hari keputusan (baca: hari kiamat) adalah suatu waktu yang ditetapkan, yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia. (QS An-Naba (78):17-20) Ayat di atas menginformasikan bahwa datangnya hari kiamat itu telah ditetapkan oleh Tuhan. Tuhan sendirilah yang mengetahui kapan datangnya. Tuhan hanya memberi sinyal bahwa hari kiamat itu ditandai dengan peniupan sangkakala. Dalam Az-Zumar (39) : 68 diungkapkan proses peniupan sangkakala oleh malaikat seperti berikut. Artinya : Dan ditiuplah sangkakala maka matilah siapa yang di langit dan di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (QS. Az-Zumar, 39 : 68) Ayat di atas menginformasikan bahwa peniupan sangkakala itu tidak hanya sekali saja. Pada peniupan sangkakala yang pertama tidak seluruh makhluk akan hancur dan binasa. Namun, ada yang dikehendaki oleh Allah untuk tidak hancur, yakni Malaikat Izrofil yang bertugas meniup sangkakala. Pada peniupan sangkakala yang kedua manusia seisi bumi dan langit bangun dan hidup kembali. Peristiwa kiamat dikemukakan oleh Al-Qur’an dengan kedahsyatannya yang hebat. Kedahsyatannya itu tidak hanya berbentuk materi-fisik, seperti kehancuran langit, bumi dan gunung, melainkan juga berbentuk mental-psikologis. Goncangan mental-psikologis ini diungkapkan dalam Al-Hajj (22) : 1-2 sebagai berikut. Artinya : Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). Ingatlah pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya dan gugurlah segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. (QS. Al-Hajj, 22 : 1-2) Dalam ayat di atas juga diinformasikan terjadinya perubahan perilaku kejiwaan manusia. Diantaranya, para ibu yang tidak memikirkan keselamatan dan kesehatan bayinya sehingga lupa menyusui. Goncangan mental-psikologis lainnya ialah gugurnya kandungan semua wanita yang hamil.
Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menginformasikan peristiwa kehancuran alam secara total pada hari kiamat, tetapi tidak ada informasi sedikitpun kapan hari kiamat datang dan terjadi. Bahkan secara tegas dalam berbagai ayat dinyatakan bahwa tidak seorangpun yang mengetahui kapan hari kiamat itu datang. Dalam An-Nazi’at (79) : 42-44, yang artinya : (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, “Kapankah terjadinya?” “Siapakah kamu, (maka) dapat menyebutkan (waktunya)?” Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (QS. An-Nazi’at, 79 : 42-44) Walaupun demikian, Al-Qur’an menginformasikan bahwa waktu datangnya kiamat itu sudah dekat. Hal ini diungkapkan dalam Al-Anbiya’ (21) : 1 berikut. Artinya : Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka (baca : kiamat), sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya). (QS. Al-Anbiya’, 21 : 1) Waktu datangnya kiamat tetaplah misteri, meskipun ada sejumlah ayat Al-Qur’an dan hadist yang menginformasikan tanda-tandanya. Karena informasi itu banyak bersumber dari hadist, sebagian ulama meyakini dan sebaliknya, dan sebagian lagi menolaknya. Tanda-tanda yang berasal dari informasi hadis, antara lain:
 1. Terbitnya matahari dari arah barat. Informasi ini diungkapkan dari hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud melalui Abu Hurairah;
2. Datangnya imam mahdi. Kedatangan imam Mahdi ini diungkapkan melalui berbagai hadis nabi, seperti yang diungkapkan oleh Abu Dawud dan Turmuzi. Namun, hadis-hadis yang menginformasikan datangnya Imam Mahdi itu dinilai oleh sebagian ulama sebagai hadis yang lemah (daif);
 3. Datangnya Dajjal. Hadis yang menginformasikan kedatangan Dajjal ini dinilai oleh sebagian ulama sebagai hadis sahih, seperti yang diriwayatkan oleh Turmuzi, Bukhari, Muslim, Nasa’i, dan Ibnu Majah melalui ‘Aisyah;
4. Turunnya Nabi Isa ke dunia. Sekian banyak hadis nabi yang menginformasikan turunnya nabi Isa, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim melalui Abu Hurairah. Bahkan, As Suyuthi melengkapi dengan sekian banyak hadis yang dinilainya sebagai hadis yang sahih. Walaupun demikian, sebagian ulama menyatakan bahwa hadis-hadis yang menginformasikan turunnya Nabi Isa menjelang kiamat itu adalah hadis yang lemah (daif):
 5. Rusaknya kakbah. Hadis tentang rusaknya kakbah sebagai tanda kiamat diriwayatkan oleh Muslim melalui Abu Hurairah;
6. Lenyapnya Al Qur’an dari hati manusia. Diinformasikan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah melalu Huzaifah;
7. Kafirnya semua manusia yang hidup di muka bumi. Hadis mengenai hal ini diriwayatkan oleh muslim melalui Anas. Kualitas hadis-hadis yang menginformasikan tanda-tanda kiamat di atas memang menjadi polemik para ulama. Sebagian ulama menyatakan sebagai hadis sahih, tetapi sebaian yang lain menyatakan sebagai hadis yang lemah (daif).
Tanda-tanda kiamat yang diinformasikan oleh Al-Qur’an setidaknya ada tiga. Pertama, munculnya binatang ajaib yang biasa disebut dabbah al-ard, seperti dalam An-Naml (27) : 82, yang artinya : Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. (QS. An-Naml, 27 : 82). Berdasarkan makna harfiah ayat di atas, tanda kiamat adalah munculnya binatang yang bernama dabbah al-ard. Binatang ini mempunyai keistimewaan, yaitu dapat berbicara kepada orang-orang kafir. Hanya tidak diketahui bagaimana bentuk dan wujud binatang itu karena Al-Qur’an sendiri tidak menginformasikan lebih jauh tentang binatang itu.
Kedua, munculnya Yakjuj dan Makjuj, seperti terdapat dalam Al-kahfi (18) : 94. Artinya : Mereka berkata, “Hai Zulqarnain, sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj itu orang-orang yang membuat kerusakan di bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara Kami dan mereka.” (QS. Al-Kahfi, 18 : 94). Yang dimaksud Yakjuj dan Makjuj ialah dua bangsa yang membuat kerusakan di muka bumi, sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa Tortor dan Mongol.
Ketiga, adanya kabut atau asap yang menutupi semua manusia, seperti terdapat dalam Ad-Dukhan (44) : 10-12, yang artinya : Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut (asap) yang nyata, yaitu meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, lenyapkanlah kami dari azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman.” (Qs Ad-Dukhan, 44 : 10-12) Sebagian ulama meyakini bahwa “hari” yang dimaksud adalah hari kiamat. Namun, sebagian ulama yang lain tidak sependapat bahwa “hari” pada ayat di atas tidak secara tegas mengacu pada hari kiamat. Informasi tanda-tanda yang bersumber dari Al-Qur’an bukan merupakan informasi yang tegas (zanny ad dalalah).

c. Hari Kebangkitan (Yaum Al-Ba’as)
Hari kebangkitan (yaum al-ba’as) ditandai dengan peniupan sangkakala yang kedua. Jika dengan peniupan sangkakala yang pertama manusia dan seluruh alam raya hancur dan binasa, dengan peniupan sangkakala yang kedua manusia bangkit dari kubur mereka. Tidak diinformasikan bagaimana wujud dan bentuk manusia yang bangkit dan hidup kembali itu, apakah seperti manusia pada waktu di dunia ataukah dalam bentuk lain. Situasi dan kondisi manusia pada saat dibangkitkan kembali diungkapkan dalam Al-Qamar (54) : 6-8, yang artinya : Maka berpalinglah kamu dari mereka. (Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan), sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan, mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata, “Ini adalah hari yang berat.” (QS.Al-Qamar, 54 : 6-8) Ayat di atas menginformasikan bahwa manusia hidup kembali dari kematiannya seraya menundukkan pandangannya. Ini disebabkan manusia baru menyadari kekerdilan dan ketidakmampuannya saat menghadapi situasi yang berat. Sementara itu, mengenai cara bangkit dan keluarnya manusia dari kubur diungkapkan dalam Qaf (50) : 41-44, yang artinya : Dan dengarlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat. (Yaitu) pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya, itulah hari keluar (kubur). Sesungguhnya Kami menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada Kamilah tempat kembali (semua makhluk). (Yaitu) pada hari bumi terbelah-belah menampakkan mereka (lalu mereka keluar) dengan cepat. Yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi Kami. (QS. Qaf, 50 : 41-44.
 Ketika semua makhluk telah hancur dan meninggal, termasuk malaikat Izrafil, Tuhan berseru dan bertanya, “Kepunyaan siapakah kerajaan atau kekuasaan hari ini?” kemudian Tuhan menjawab sendiri, “Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” Dialog tersebut diungkapkan dalam Gafir (40) : 16. Artinya : (Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman) “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” “Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (QS. Gafir, 40 : 16).

d. Hari Berkumpul (Yaumul-Hasyr)
Setelah dibangkitkan, seluruh manusia digiring dan dikumpulkan ke Mahsyar (tempat berkumpul). Informasi ini diungkapkan dalam Al-Ma’arij (70) : 8-14, yang artinya : Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak. Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan). Dan tidak ada seorang teman akrab pun yang menanyakan temannya, sedang mereka saling melihat. Orang-orang kafir ingin kalau sekiranya dia mendapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, istrinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia), dan orang-orang di atas bumi seluruhnya; kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya. (QS. Al-Ma’arij, 70 : 8-14) Pada berkumpulnya manusia di Mahsyar, menurut ayat di atas, kondisi alam dalam keadaan hancur, yang diibaratkan gunung seperti bulu yang beterbangan dan langit seperti luluhan perak. Situasi dan kondisi Mahsyar yang menakutkan dan menyeramkan itu menyebabkan manusia tidak saling kenal. Bahkan orang-orang kafir rela mengorbankan orang-orang yang dicintainya, (kalau bisa) untuk menebus dirinya. Bagi orang yang bertawakal hari itu sangat menyenangkan karena mereka menjadi “duta” dari Tuhan sebagaimana diinformasikan dalam Maryam (19) : 85 sebagai berikut. Artinya : (Ingatlah) hari (ketika) kami mengumpulkan orang-orang yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (QS. Maryam, 19 : 85) Kondisi orang-orang kafir pada saat berkumpul di Mahsyar di ungkapkan dalam An-Naml (27) : 83-85, yang artinya: Dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Lalu mereka dibagi bagi (dalam kelompok-kelompok). Hingga apabila mereka datang, Allah berfirman, “Apakah kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku, padahal ilmu kamu tidak meliputinya, atau apakah yang telah kamu kerjakan?” dan jatuhlah perkataan (azab) atas mereka disebabkan kezaliman mereka, maka mereka tidak dapat berkata (apa-apa). (QS. An-Naml, 27 : 83-85)

e. Hari Pengadilan (Yaum Al-Hisab)
Setelah manusia berkumpul di mahsyar diadakanlah suatu Pengadilan Agung yang dilakukan oleh Tuhan untuk menghitung (menghisab) amal perbuatan yang telah dilakukan setiap manusia di muka bumi. Saat berlangsung penghitungan amal itu biasa disebut yaum al-hisab (hari perhitungan). Pada hari perhitungan itu semua makhluk secara sendiri-sendiri menghadap Tuhan untuk ditimbang amal perbuatannya secara teliti dan penuh kecermatan. Informasi ini diungkapkan dalam Maryam (19) : 93-95, yang artinya : Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (QS. Maryam, 19 : 93-95).
Mahkamah Tuhan (Pengadilan Illahi) pada yaum al-hisab menjunjung tinggi keadilan dan keobjektifan sehingga tidak satu amal perbuatan pun yang tertinggal untuk dipertanggungjawabkan. Setiap amal perbuatan manusia akan dibalas walau sekecil zarrah. Ini diungkapkan dalam Al-Zalzalah (99) : 7-8, yang artinya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Al-Zalzalah, 99 : 7-8) Sebagai tolok ukur keadilan, Tuhan membuat alat pengukur amal perbuatan manusia yang disebut al-mizan. Mengenai al-mizan ini Tuhan menginformasikan adanya dua substansi. Pertama, al-mizan itu akurat dan pasti terpercaya ketepatannya. Ini diungkapkan dalam Al-Anbiya’ (21) : 47 sebagai berikut. Artinya : Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat zarrah pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan. (QS. Al-Anbiya’, 21 : 47). Kedua, al-mizan menjunjung tinggi keadilan sehingga tingkat kebenarannya mutlak. Ini diungkapkan dalam Al-A’raf (7) : 8-9, yang artinya : Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan) maka barangsiapa berat timbangan kebikannya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. (QS. Al-A’raf, 7 : 8-9)
e.  Surga dan Neraka.
 Surga dan neraka merupakan kelanjutan alami dari perbuatan baik dan jahat manusia. Secara logis manusia memerlukan keduanya sebagai balasan amal mereka di dunia. Bentuk dan hakekat kehidupan surga dan neraka masih merupakan polemik bagi para ulama sehingga dalam ajaran Islam pun umat tidak dituntut untuk meyakini bentuk dan hakikat kehidupan surga dan neraka. Ajaran dasar Islam hanya menuntut agar setiap Muslim meyakini adanya kehidupan surga dan neraka.
3. Keseimbangan Kehidupan Dunia dan Akhirat.
 Kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan setelah mati, yakni akhirat. Sayangnya, banyak manusia yang lupa atau bahkan melupakan diri. Meraka mengabaikan tujuan penciptan manusia untuk beribadah kepada Allah (QS. Adz-Dzariyat, 51 : 56). Perkembangan zaman yang semakin maju tidak diiringi oleh peningkatan iman kepada-Nya. Geliat perekonomian yang semakin berkembang justru memalingkan perhatian manusia untuk lebih mencari harta, bahkan mendewakannya. Dalam mencari keridhoan Allah, harus melalui pintu pengabdian kepada orang tua. Sayang sekali hal ini sering terlupakan oleh kebanyakan manusia di muka bumi ini. Akibatnya kita banyak menyaksikan fenomena yang memilukan hati. Fenomena tersebut diantaranya di suatu sisi kita melihat si anak hidup kaya raya, tetapi membiarkan orang tua terlantar, dan lain sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa anak seperti ini tidak akan mendapatkan ridha Allah. Dari kehidupan di dunia ini kita hendaknya juga jangan melupakan kehidupan di akhirat kelak. Kalau kiranya yang menjadi pusat perhatian manusia untuk mengisi kehidupan hanya urusan dunia saja, mungkin bisa tercapai, tapi sungguh merugi, karena belum lebih dari tingkat mahluk yang lain. Mahluk hidup lain selain manusia itu banyak, ada yang berbentuk kambing, sapi, cacing, ulat, kucing, dan lain sebagainya. Makhluk-mahluk tersebut makan, minum dan berkembang biak, tetapi manusia seharusnya lebih dari itu. Memang banyak manusia yang hanya memikirkan hdupnya di dunia ini, tidak memikirkan bagaimana nanti di akhirat, dalam Al – Baqarah (2) : 200, Allah berfirman : Maka diantara manusia ada orang yang berdoa : “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia.” dan tidalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat. Jika orang hanya memikirkan hidupnya yang sekarang di dunia ini saja, di akhirat ia tidak mendapatkan bagian. Maka dari itu difirmankan oleh Allah supaya kita berdoa yang baik. Dalam Al-Baqarah (2) : 201, telah ditunjukkan doa yang baik : Dan di antara meraka ada orang yang berdoa : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan periharalah kami dari siksa neraka” Inilah doa yang sebaik – baiknya bagi seorang muslim. Jadi, yang harus kita cari dan kita perjuangkan bukan enaknya di dunia ini saja tapi harus selalu berusaha untuk kebaikan dunia dan akhirat, keuntungan dunia dan keuntungan akhirat.

















BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
dari pemaparan makalah yang telah penulis susun, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Asal usul kehidupan masih berada dalam perdebatan panjang para Ilmuwan hingga kini.
2.      Teori Kehidupan yang dikemukakan dan dipercayai Pakar Kimia dn Biologi Modern banyak bertentangan dengan keyakinan ummat islam.
3.      Islam Mengajarkan dalam kehidupan manusia untuk menjadi pribadi yang Solih ritual dan Solih Sosial.
4.      Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi, kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbangan manusia dilandasi kepercayaan beragama.Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia karena Agama :   Sumber moral,  Merupakan petunjuk kebenaran,  Merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika,  Memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka maupun dikala duka.
3.2  Saran
Membahas peran islam dalam kehidupan individu, kelompok dalam perspektif  islam itu sangat lah luas cakupan nya, makalah ini hanya bisa menjelas kan sebagian peran islam dalam kehidupan manusia dalam hal ilmu pengetauan dan sosial semata, sedang kan dalam hal ekonomi, politik di butuhkan peninjauan yang lebih luas lagi, demi tercapainya akurasi ilmu pengetahuan ini.



DAFTAR PUSTAKA

Hasbi Ash-shiddieqi, Al-Islam, Jakarta:Bulan bintang,1997.
Atang abdul hakim, Jaih mubarok, Metodeologi Studi islam,Bandung:Remaja Rosda karya,2011.
Barmawie umary, Materia Akhlak, Solo:Ramdani:2000.
Nasr sayyed tasser, The Heart Of Islam, Bandung:PT.MizanPustaka,2007.
Nurcholis madjid, Islam Doktrin & Peradaban, Bandung:Remgia resada karya,2011.
Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Yogyakarta: Gama Media, 2005.
Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1989).
 Dra. Irnaningtyas,Biologi Sma/Ma ,Yogyakarta : Erlangga, 2015
K.H ahmad Warson Munawwir, Kamus Indonesia-Arab, Surabaya : Pustaka Progresif, cet 1, 1984.
John M. Echols,  Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,Cet XXX, 2012.




[1]Tim Penyusun Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 128, Jakarta : Balai Pustaka,1987.
[2] K.H ahmad Warson Munawwir, Kamus Indonesia-Arab, hal 167, Surabaya : Pustaka Progresif, cet 1, 1984.
[3] John M. Echols,  Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia,hal 270, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,Cet XXX, 2012.
2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar