KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dzat yang Maha Sempurna, pencipta
dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu “Konsep Islam Tentang Kehidupan”. Dengan harapan semoga makalah ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita
semua. Amiin.
Tak lupa pula
penyusun sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut
berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena penulis sadar sebagai
makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan
orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari –Nya.
Akhirnya
walaupun penulis telah berusaha dengan secermat mungkin, namun sebagai manusia
biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu penulis
mengharapkan koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam
lindungan-Nya.
Taluk Kuantan, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1 Defenisi Hidup................................................................................................. 3
2.2 Asal Usul Kehidupan...................................................................................... 3
2.3 Bagaimana Konsep Islam Tentang Kehidupan................................................ 7
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 21
3.2
Saran.............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
ALLAH SWT adalah Tuhan Maha Pencipta.
Dia menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Dia pula yang menciptakan
manusia serta berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia, Dia juga yang mematikan
dan menghidupkan manusia.
ALLAH SWT membagi
kehidupan menjadi dua bagian yakni kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang dilakukan manusia di dunia
akan berdampak dalam kehidupan akhirat.Enak dan tidaknya kehidupan seseorang
sangat bergantung pada bagaimana ia menjalani kehidupan di dunia ini. Manakala
manusia beriman dan beramal shaleh dalam kehidupan di dunia ia pun akan mendapatkan kenikmatan
dalam kehidupan di akhirat. Karena itu ketika seseorang berorientasi memperoleh
kebahagiaan di akhirat maka ia akan menjalani kehidupan di dunia ini
sebaik-baiknya sebagaimana ditentukan oleh Allah dan rasulya.Ketika manusia
berorientasi kepada kehidupan akhirat bukan berarti ia tidak boleh menikmati
kehidupan di dunia. hal ini karena segala hal-hal yang bersifat duniawi sangat disukai
oleh manusia,karenanya islam tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati
kehidupan dunia selama tidak melanggar ketentuan Allah SWT apalagi sampai
melupakan Allah SWT sebagai pencipta dan pengatur dalam kehidupan ini.Manusia
memang memandang indah segala hal yang bersifat dunia dan itu
wajar-wajar saja selama ia tidak mengabaikan tempat kembalinya.
Satu
hal terpenting yang harus diingat dan diimplementasikan oleh manusia selama
hidup di dunia adalah tiap-tiap manusia mempunyai pandangan terhadap hidup ini,
asal mula kejadiannya, kemana ia akan pergi, kehidupannya kembali terhadap keabadian
kebaikan dan keburukan. Islam pada dasarnya tidak mengenal adanya perbedaan
antara sesama manusia kecuali atas dasar ketakwaan kepada Allah dan kebaikan
prilaku dalam kehidupan. Islam memandang sesama manusia adalah sama. Oleh sebab itu islam mengajarkan bagaimana
hidup dan kehidupan manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hidup?
2. Bagaimana Bermulanya kehidupan?
3. Bagaimana konsep islam tentang kehidupan?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian hidup
2.
Untuk mengetahui Asal Usul kehidupan
3.
Untuk mengetahui konsep islam tentang kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Defenisi Hidup
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata hidup memiliki arti bertempat tinggal, masih ada,
bergerak, dan bekerja. Sebagai contoh : “hidup di desa lebih tenang dari pada hidup
di kota”,“neneknya masih hidup,tapi kakeknya sudah meninggal”, “ulat itu masih
hidup”, penduduk di sekitar
pelabuhan itu hidup dari berniaga; . Kata hidup juga
berarti masih berjalan, bernyawa, dan berlangsung ; “walaupun ekonomi melemah akan tetapi perusahaan itu masih hidup”,
“setiap yang hidup pasti akan mati, kecuali Tuhan”, “yayasan tersebut hidup
dari sumbangan masyarakat”[1]
Dalam bahasa arab hidup
berasal dari kata “hayya-yahya-hayatan”, yaitu hidup, tinggal, kehidupan, Ia merupakan lawan
kata dari “maata-yamuutu-mautan” yang artinya mati dan kematian.[2]
Sedangkan dalam bahasa inggris hidup berasal dari kata live yaitu
tinggal, langsung dan bergerak.[3]
Berdasarkan
dari beberapa makna tersebut maka dapat dikatakan bahwa hidup adalah bergerak,berjalan,bernyawa,berdiam
diri,tinggal,berlangsung dan bekerja.
2.2
Asal Usul Kehidupan
Hingga saat ini, masih terjadi perdebatan
panjang antara para ahli mengenai asal usul kehidupan. Para ahli telah
memberikan beberapa defenisi atau teori tentang kehidupan berdasarkan bidang
bidang keilmuan mereka, antara lain :
1. Teori Abiogenesis
Menurut teori ini, kehidupan terjadi secara spontan
dan berasal dari materi tak hidup. Teori ini beranggapan bahwa kehidupan
berawal dari benda mati. Contohnya, seekor cacing yang keluar dari dalam tanah, maka cacing tersebut berasal dari tanah.
Contoh lainnya, katak yang keluar dari lumpur, maka katak tersebut
berasal dari lumpur.
Teori ini pertama
kali dikemukakan oleh aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani, kemudian didukung oleh John Needham yang merupakan ahli biologi.
2. Teori Biogenesis
Teori ini merupakan kebalikan dari teori abiogenesis
bahkan ia merupakan bantahan dari teori tersebut. Menurut teori ini kehidupan
berasal dari kehidupan sebelumnya.
Pendapat ini didukung oleh Lazzaro Spazzalani, ia membuktikan dengan percobaan
yang serupa dengan percobaan needham. Hanya saja spazzalani membuat dua tabung
reaksi, pada satu tabung ia biarkan terbuka dan pada tabung lainnya ia tutup
dengan kain kasa yang dipanaskan, berbeda dengan tabung needham yang ditutup
dengan gabus.
Teori ini juga didukung oleh Francesco Redi dengan
percobaan sekerat dagingnya dan didukung pula oleh Louis Pasteur dengan percobaan
tabung leher angsanya yang mana mereka semua adalah merupakan Pakar Biologi Itali.[4]
3. Teori Evolusi
Pada teori ini para Ilmuwan menyatakan
bahwa kehidupan berasal dari senyawa organik dan kimia di atsmosfer yang
kemudian berkumpul membentuk materi hidup (berevolusi). Pendapat ini pertama
kali diajukan oleh A.I Oparin , seorang ahli biokimia Rusia. A. I. Oparin
menyatakan bahwa makhluk hidup terjadi dari senyawa kimia, dan pada waktu itu
di atmosfer belum ada oksigen bebas. Pendapat Oparin mendapat dukungan dari J.
B. S. Haldane ahli biologi berkebangsaan Inggris. Oparin berpendapat
bahwa makhluk hidup terjadi dari hasil reaksi kimia antara molekul- molekul di
dalam lautan yag panas.Lautan yang terbentuk pada mulanya bersuhu tinggi
sehingga energinya dapat digunakan untuk berlangsungnya reaksi kimia.
Hasil reaksi
kimia membentuk semacam uap yang terdiri atas bahan organik, yaitu sebagai
bahan pembentuk sel. Kemudian seorang
peneliti berkebangsaan Amerika, Stanley Miller berhasil membuktikan teori tersebut, ia menyatakan bahwa asal-usul kehidupan diawali
dengan adanya senyawa organik di atmosfer yang berupa gas-gas seperti metana
(CH4), Hidrogen(H2), Uap air (H2O), dan amonia (NH3) yang bereaksi dengan
bantuan energi dari sinar kosmis dan kilatan listrik halilintar sehingga
terbentuk asam amino. Ia membuktikannya dalam
laboratorium dengan menggunakan seperangkat alat dengan nama Stanley Miller - Harold Urey. Alat ini disimpan pada suatu kondisi yang
diperkirakan sama dengan
kondisi pada waktu sebelum ada kehidupan. Ke dalam alat tersebut dimasukkan
bermacam gas, seperti uap air yang dihasilkan dari air yang dipanaskan,
hidrogen , metana, dan amonia.
Selanjutnya pada alat tersebut diberikan aliran listrik75.000 volt
(sebagai pengganti kilatan halilintar yang selalu terjadi di alam padawaktu
itu). Setelah seminggu,ternyata Miller mendapatkan zat organik yang berupa asam
amino. Zat ini merupakan bahan dasar pembangunan kehidupan. Berdasarkan percobaan ini Ilmuwan menyebutnya sebagai Teori Evolusi
Kimia. Teori evolusi pada awalnya juga telah dikembangkan para
ilmuwan seperti mutasi makhluk hidup dan seleksi alam. Seorang. Ilmuwan yang
mengembangkan teori ini ialah Charles Darwin. Ia merupakan seorang Naturalis
berkebangsaan Inggris. Menurut Darwin manusia
dan semua makhluk hidup berasal dari nenek moyang yang sama yang berupa makhluk
bersel satu. Makhluk bersel satu tersebut terus berevolusi hingga menjadi kera,
dari kera menjadi manusia dalam waktu yang lama.
Teori evolusi inilah yang banyak diterima oleh Pakar
Biologi Modern. Akan tetapi teori ini dibantah oleh seorang Ilmuwan muslim
kebangsaan Turki yang bernama Adnan Oktar atau lebih dikenal dengan nama Harun
Yahya. Beberapa bantahannya ialah :
1.
Darwin berasumsi bahwa makhluk hidup yang ada
sekarang berasal dari hal yang sama, yaitu makhluk bersel satu. Setelah
mengalami berbagai variasi kecil dan bertahap, ia berevolusi menjadi makhluk
yang lebih kompleks, hingga menjadi seperti makhluk yang ada saat ini. Jika Darwin berkata bahwa makhluk hidup,
termasuk manusia adalah hasil evolusi yang berasal dari makhluk bersel satu,
dengan sendirinya ia menafikan kepercayaan bahwa manusia sebenarnya adalah
ciptaan Tuhan yang disempurnakan sendiri oleh-Nya, terbuat dari tanah yang lantas
turun ke Bumi karena melakukan sebuah kesalahan. Itu secara keyakinan agama.
2.
Secara ilmiah, bukti tentang makhluk hidup
bersel satu yang sedang berevolusi menjadi makhluk hidup lain yang lebih
kompleks (seharusnya sampai saat ini pun makhluk itu harus terus berevolusi),
tidak pernah ditemukan. Sampai saat ini belum ada ilmuwan dari pihak pembela
teori evolusi yang berhasil membuat sel tunggal yang dipercaya terjadi secara
kebetulan oleh teori Darwin. Dengan bukti ini saja telah meyakinkan kita bahwa
sebenarnya teori evolusi adalah kesalahan dalam memahami fakta sebenarnya
tentang alam dan kehidupan. Belum ada orang yang mampu menghidupkan kembali
yang mati terkecuali atas kehendak Allah lewat para Nabi-nya.
3.
Sebuah tengkorak "Manusia Piltdown"
yang diklaim sebagai bentuk peralihan dari monyet ke manusia oleh pendukung
teori evolusi, ternyata setelah melalui "uji fluorin" diketahui
umurnya baru beberapa ratus tahun saja. Dan yang mengejutkan, terungkap bahwa
tengkorak itu rekayasa tengkorak manusia yang dipadukan dengan rahang tengkorak
monyet. Sebuah penipuan untuk mendukung teori sesat.
4.
Teori evolusi menurut Harun Yahya adalah dasar
filsafat "Materialisme", tentang menuhankan materi dan tidak
mempercayai adanya Tuhan di segala bidang kehidupan manusia. Karena teori itu
percaya bahwa segalanya berjalan dengan sendirinya. Teori itu dapat menyesatkan
pemikiran orang awam yang tidak mengetahui tujuan adanya teori tersebut.Teori
evolusi menurut Harun Yahya hakikatnya adalah perang terhadap kepercayaan
tentang adanya Tuhan pencipta alam semesta.[5]
Dari beberapa bantahan tersebut, maka beragam teori diatas, belum dapat menunjukkan bukti bukti
yang konkrit tentang asal mula kehidupan.
2.3 Konsep Islam Tentang Kehidupan
ALLAH SWT membagi
kehidupan menjadi dua bagian yakni kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang dilakukan manusia di dunia
akan berdampak dalam kehidupan akhirat.Enak dan tidaknya kehidupan seseorang
sangat bergantung pada bagaimana ia menjalani kehidupan di dunia ini. Manakala
manusia beriman dan beramal shaleh dalam kehidupan di dunia ia pun akan mendapatkan kenikmatan
dalam kehidupan di akhirat.
Karena itu ketika seseorang berorientasi
memperoleh kebahagiaan di akhirat maka ia akan menjalani kehidupan di dunia ini
sebaik-baiknya sebagaimana ditentukan oleh Allah dan rasulya.Ketika manusia
berorientasi kepada kehidupan akhirat bukan berarti ia tidak boleh menikmati
kehidupan di dunia. hal ini karena segala hal-hal yang bersifat duniawi sangat
disukai oleh manusia,karenanya islam tidak pernah mengharamkan manusia
untuk menikmati kehidupan dunia selama tidak melanggar ketentuan Allah SWT
apalagi sampai melupakan Allah SWT sebagai pencipta dan pengatur dalam
kehidupan ini.
1. Kehidupan di Dunia
pandangan
manusia terhadap kehidupan beragam, mulai dari pandangan optimistis hingga
pandangan pesimistis. Demikian, penjelasan tentang kehidupan dan peranannya
dalam Islam menjadi sesuatu yang sangat penting.
Tentang
hidup dan kehidupan manusia sering menjadi perdebatan banyak orang. Sudah
banyak para ilmuwan (scientist) yang merumuskan teori-teori tentang kehidupan
manusia. Salah satunya adalah teori yang dikemukakan oleh ilmuwan berkebangsaan
Inggris yang bernama Charles Darwin yang terkenal dengan Teori Evolusinya.
Menurut seorang cendekiawan muslim bernama Prof. DR. M.Mutawalli Asy-Sya‟rawi dalam bukunya “Al-Hayatu Wal Maut” yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi ”Esensi Hidup dan Mati” dikatakan bahwa sesungguhnya
indera manusia tidak memiliki kemampuan untuk melihat esensi hidup dan kalaupun
bisa hal itu hanyalah praduga semata, sedangkan praduga akan cenderung
menghasilkan suatu kesimpulan yang salah pada akhirnya. Memang benar yang
dikemukakan beliau tersebut, hal ini terbuktikan dengan adanya praduga yang
fatal dari Teori Evolusi Charles Darwin. Dalam teori evolusinya ia mengatakan
bahwa manusia berasal dari seekor kera, yang berhasil ia temukan fosilnya dan
diberi nama Loisy. Perhatikan Firman Allah yang diterangkan dalam Al-Qur’ an
sebagai berikut : Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang manusia dari tanah liat
kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr, 15 :
28) Maka dengan demikian, Teori Evolusi Darwin secara otomatis langsung
terbantahkan dan terpatahkan. Demikianlah, melalui Firman Allah tersebut
menjelaskan bahwasannya manusia diciptakan langsung sebagai manusia, bukannya
sebagai kera terlebih dahulu. Masih banyak lagi Firman Allah yang menegaskan
bahwa manusia diciptakan langsung oleh Allah sebagai manusia seutuhnya, seperti
pada Al-A’raf (7) : 11 dan Hud (11) : 61. Begitulah, Allah Sang Pencipta
seluruh alam semesta telah menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang
asal-usul kejadian manusia, namun mereka kebanyakan masih mencari bukti-bukti
lain selain penjelasan Allah tersebut. Naudzubillahi min dzalik.
Baru
kemudian di awal abad ke-21 atau di awal milenium ke-3 ini muncul seorang
cendekiawan dan ilmuwan muslim yang bernama Adnan Oktar dari Turki yang dalam
tulisan-tulisan ilmiahnya lebih dikenal dengan nama Harun Yahya. Beliau telah
memiliki bukti-bukti sebagai sanggahan secara ilmiah berdasarkan cara berpikir
logika modern terhadap Teori Evolusi Darwin. Diperkuat pula secara arkeologi
yang menjelaskan bahwasannya tidak ada satu pun bukti yang berhasil ditemukan yang
dapat memperkuat argumentasi bahwa Teori Evolusi itu benar adanya. Harun Yahya
jelas-jelas mengatakan bahwa Teori Evolusi telah menyesatkan umat manusia,
bahkan beliau mengatakan bahwa Teori Evolusi Darwin telah membahayakan Aqidah
Islam, sehingga bagi umat Islam yang mempercayai Teori Evolusi tersebut
dikategorikan telah melanggar Aqidah Islam. Bagaimana mungkin mereka bisa
menduga bahwa manusia (yang juga termasuk dirinya Darwin) itu berasal dari
seekor kera, sedangkan kera adalah spesies binatang bukan manusia. Allah Sang
Pencipta manusia itu sendiri menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
sebaik-baik ciptaan-Nya, sebagaimana yang dijelaskan melalui Firman-Nya :
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dalam bentuk/rupa
yang sebaik- baiknya. (QS. At-Tin, 95 : 4) Perhatikan Firman Allah berikut :
Artinya : Dan segala sesuatunya Kami ciptakan berpasang-pasangan agar supaya
kamu mengingat kebesaran Allah. (QS. Adz-Dzariyat, 51 : 49) Ayat di atas begitu
gamblang menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatunya secara
berpasang-pasangan, yakni laki-laki dan perempuan (untuk manusia), jantan dan
betina (untuk fauna), bahkan berlaku pula untuk tumbuh-tumbuhan (flora).
Dahulu kala orang mengasosiasikan jenis
kelamin hanya untuk manusia dan hewan, serta tidak berlaku untuk
tumbuh-tumbuhan. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di akhir
abad ke-20, orang sudah tahu bahwa dalam dunia tumbuh-tumbuhan (flora) pun
terdapat yang namanya “jenis kelamin”, yakni yang disebut sebagai serbuk sari
(jantan) dan kepala putik (betina). Jadi maha benarlahapa-apa yang dikatakan
Allah dalam Firman-Nya. Dalam penciptaan manusia pertama (Adam), setelah Allah
meniupkan ruh ke dalam tubuh Adam, bersamaan dengan itu pula Allah telah
menciptakan bahan dasar (substansi) keturunan manusia pada punggung Adam, dalam
bentuk material substansi calon manusia (ciptaan) yang amat teliti dan teramat
kompleks yang tercermin dalam DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) pada tiap-tiap
manusia yang dilahirkan kemudian. Sementara itu, Siti Hawa (isteri Adam)
diciptakan langsung oleh Allah dari tulang rusuk Adam. Hal ini diterangkan
Allah dalam Firman-Nya : Artinya : Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada
Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah
menciptakan isterinya (Hawa) dari (diri)nya; dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada
Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan
kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. (Q.S. An-Nisa,
4 : 1).
Sejak
awal, Allah SWT telah memperlihatkan eksistensi Dzat-Nya kepada semua makhluk
ciptaan-Nya, dari yang pertama diciptakan sampai yang terakhir, termasuk kepada
manusia. Sebab tanpa persaksian ini, manusia tidak akan pernah mampu mencerna
dan menangkap dengan panca inderanya atas pemahaman hal-hal yang bersifat ghaib
(tidak nyata). Dari awal kejadian manusia itu, sebenarnya manusia sudah
meyakini bahwa Allah itu ada. Inilah yang disebut sebagai Fitrah Iman kepada
Allah yang terdapat di dalam Af-idah (Akal & Hati nurani) manusia itu
sendiri. Hati nurani manusia senantiasa akan selalu mendekatkan jiwa dan diri
manusia itu sendiri kepada Sang Penciptanya, yakni Allah SWT. Hati nurani akan
selalu melekat pada diri manusia sejak ia dilahirkan hingga ajal menjemputnya,
bahkan hingga manusia dibangkitkan kembali oleh Allah SWT pada hari kiamat
nanti.
Di antara ilmu-ilmu fisiologi yang sudah
begitu jauh berkembang sampai dengan pengenalan mekanisme dan fungsi
organ-organ tubuh manusia, ditambah lagi dengan temuan-temuan di bidang ilmu
genetika manusia yang sedemikian spektakuler pada milenium ketiga ini, namun
hingga saat ini masih sangat banyak manusia yang belum sepenuhnya mengerti
tentang hakikat (esensi) dirinya sendiri, karena memang ilmu pengetahuan
tentang esensi hidup manusia masih sangat jarang dibicarakan dan masih sangat
jauh dari kemajuan sehingga sampai kini masih berada pada tahap awal pengenalan
sisi-sisi penting kehidupan manusia. Islam memandang eksistensi manusia sebagai
suatu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan antara jasmani, rohani, serta
akal dan budi. Akal dan budi tersebut sebagai Af-idah yang telah dikaruniakan
Allah kepada manusia. Budi itulah yang disebut sebagai hati nurani. Antara
jasmani, rohani, dan akal budi (Af-idah) saling terkait serta membentuk suatu
ikatan yang saling menguatkan satu dengan yang lainnya (interdependensi).
Pandangan Islam terhadap manusia dalam hal ini adalah seimbang (tawazun). Oleh
karena manusia tidak mampu membuat sistem bagi kehidupannya sendiri, maka yang
paling kompeten (kuasa) membuat sistem kehidupan manusia adalah Allah SWT. Maka
dari itu, untuk mengungkap esensi hidup manusia di dunia ini haruslah melalui
wahyu-wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW berupa Al-Qur’an dan
Hadits yang dapat menjelaskan tentang hakikat manusia itu sendiri. Dia-lah yang
paling menguasai tentang manusia karena Dia (Allah) yang menciptakannya.
Perhatikan Firman Allah berikut ini : Artinya : Apakah Allah yang menciptakan
itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan kamu rahasiakan)? (QS. Al-Mulk, 67
: 14).
Kehidupan
Manusia di Dunia yang Fana’ ini pada Hakikatnya adalah : 1. Kesenangan yang
Menipu atau Memperdaya. …dan tidaklah kehidupan dunia itu melainkan hanyalah
kesenangan yang menipu/memperdaya. (QS. Ali Imran, 3 : 185) 2. Permainan dan
Sesuatu yang Melalaikan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu
hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, …. (QS. Al-Hadid, 57 : 20) 3.
Kesenangan yang Teramat Sedikit Sekali. … kenikmatan hidup di dunia ini bila
dibandingkan dengan akhirat amatlah sedikit sekali. (QS. At-Taubah, 9 : 38) 4.
Rangkaian Ujian dan Cobaan Hidup.
Dan
Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai suatu cobaan.
Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan. (QS. Al-Anbiya, 21 : 35) Allah
akan memberi cobaan hidup kepada manusia dengan bermacam-macam cobaan yang bisa
berupa kesulitan atau kesusahan hidup, himpitan ekonomi, penyakit dan
kesedihan-kesedihan lainnya, tetapi bisa pula berupa kesenangan hidup, rizki
yang berlimpah, isteri yang sangat cantik, anak yang banyak, perhiasan dari
emas dan perak, ternak yang banyak atau hasil sawah, kebun dan hasil pertanian
yang berlimpah. Semua itu dimaksudkan Allah SWT untuk menguji manusia serta
untuk menyeleksi mana di antara manusia tersebut yang paling baik perbuatannya,
paling baik akhlaqnya, paling baik imannya, dan yang paling tinggi
kesabarannya. Dengan memberikan cobaan-cobaan dan ujian kepada manusia
tersebut, Allah ingin mendengar sendiri secara langsung dari manusia yang
diuji-Nya tentang reaksi dan komentar atas cobaan itu.
2. Kehidupan di
Akhirat
a.
Alam Barzah
Mengenai
kehidupan sesudah mati, Al-Qur’an tidak menjelaskan tentang hari akhir saja,
tetapi juga memberikan banyak informasi menyangkut kejadian dan peristiwa saat
kematian, kehidupan barzah, dan peristiwa-peristiwa sesudahnya. Dengan
kematian, seseorang memasuki tahap pertama kehidupan akhirat. Hal ini
dinyatakan oleh hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Turmuzi, Ibn Majah dan hakim
melalui Usman, yang artinya: Sesungguhnya kubur itu adalah tahap pertama untuk
alam akherat. Jika seseorang telah selamat dalam menempuh tahap pertama ini,
maka dalam menempuh tahap-tahap berikutnya akan lebih ringan. Jika ia tidak
selamat dalam menempuh tahap pertama, maka dalam menempuh tahap-tahap
berikutnya, ia akan lebih berat. Tahap pertama setelah kematian disebut dengan
alam barzah atau alam kubur. Dalam tahap ini semua orang yang telah mati akan
“hidup” dalam satu alam penantian datangnya hari kiamat. Tahap ini dimulai
sejak seseorang meninggal dunia hingga hari kebangkitan. Hal ini diungkapkan
dalam Al-Mu’minuun (23) : 99-100 sebagai berikut : Artinya : Hingga apabila
datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku,
kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang
telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan
yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka
dibangkitkan. (QS. Al-Mu’minun, 23 : 99-100).
b. Hari Kiamat (Yaum al-Qiyamah)
Kehidupan
akhirat dimulai dengan peniupan sangkakala yang pertama. Dengan peniupan
sangkakala itu, alam raya dan dunia seisinya menjadi hancur, matahari digulung,
bulan terbelah, bintang-bintang pudar cahayanya, dan gunung-gunung dihancurkan
menjadi debu yang beterbangan bagaikan kapas. Itu semua merupakan kehancuran
total. Dalam Al Qur’an peristiwa itu disebut kiamat. Hal ini diungkapkan,
misalnya, dalam Al-Haqqah (69); 13-16 sebagai berikut. Artinya: Maka apabila
sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu
dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah kiamat, dan
terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. (Qs Al-haqqah
(69); 13-16). Dalam An-Naba’ (78) : 17-20 juga dipaparkan kejadian dan
peristiwa pada hari kiamat seperti berikut. Artinya : Sesungguhnya hari keputusan
(baca: hari kiamat) adalah suatu waktu yang ditetapkan, yaitu hari (yang pada
waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok dan
dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu dan dijalankanlah
gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia. (QS An-Naba (78):17-20) Ayat di
atas menginformasikan bahwa datangnya hari kiamat itu telah ditetapkan oleh
Tuhan. Tuhan sendirilah yang mengetahui kapan datangnya. Tuhan hanya memberi
sinyal bahwa hari kiamat itu ditandai dengan peniupan sangkakala. Dalam
Az-Zumar (39) : 68 diungkapkan proses peniupan sangkakala oleh malaikat seperti
berikut. Artinya : Dan ditiuplah sangkakala maka matilah siapa yang di langit
dan di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala
itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya
masing-masing). (QS. Az-Zumar, 39 : 68) Ayat di atas menginformasikan bahwa
peniupan sangkakala itu tidak hanya sekali saja. Pada peniupan sangkakala yang
pertama tidak seluruh makhluk akan hancur dan binasa. Namun, ada yang
dikehendaki oleh Allah untuk tidak hancur, yakni Malaikat Izrofil yang bertugas
meniup sangkakala. Pada peniupan sangkakala yang kedua manusia seisi bumi dan
langit bangun dan hidup kembali. Peristiwa kiamat dikemukakan oleh Al-Qur’an
dengan kedahsyatannya yang hebat. Kedahsyatannya itu tidak hanya berbentuk
materi-fisik, seperti kehancuran langit, bumi dan gunung, melainkan juga
berbentuk mental-psikologis. Goncangan mental-psikologis ini diungkapkan dalam
Al-Hajj (22) : 1-2 sebagai berikut. Artinya : Hai manusia, bertakwalah kepada
Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang
sangat besar (dahsyat). Ingatlah pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan
itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya
dan gugurlah segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan
mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat
kerasnya. (QS. Al-Hajj, 22 : 1-2) Dalam ayat di atas juga diinformasikan
terjadinya perubahan perilaku kejiwaan manusia. Diantaranya, para ibu yang
tidak memikirkan keselamatan dan kesehatan bayinya sehingga lupa menyusui.
Goncangan mental-psikologis lainnya ialah gugurnya kandungan semua wanita yang
hamil.
Banyak
sekali ayat Al-Qur’an yang menginformasikan peristiwa kehancuran alam secara
total pada hari kiamat, tetapi tidak ada informasi sedikitpun kapan hari kiamat
datang dan terjadi. Bahkan secara tegas dalam berbagai ayat dinyatakan bahwa
tidak seorangpun yang mengetahui kapan hari kiamat itu datang. Dalam An-Nazi’at
(79) : 42-44, yang artinya : (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad)
tentang hari berbangkit, “Kapankah terjadinya?” “Siapakah kamu, (maka) dapat
menyebutkan (waktunya)?” Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan
waktunya). (QS. An-Nazi’at, 79 : 42-44) Walaupun demikian, Al-Qur’an
menginformasikan bahwa waktu datangnya kiamat itu sudah dekat. Hal ini
diungkapkan dalam Al-Anbiya’ (21) : 1 berikut. Artinya : Telah dekat kepada
manusia hari menghisab segala amalan mereka (baca : kiamat), sedang mereka
berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya). (QS. Al-Anbiya’, 21 : 1)
Waktu datangnya kiamat tetaplah misteri, meskipun ada sejumlah ayat Al-Qur’an
dan hadist yang menginformasikan tanda-tandanya. Karena informasi itu banyak
bersumber dari hadist, sebagian ulama meyakini dan sebaliknya, dan sebagian
lagi menolaknya. Tanda-tanda yang berasal dari informasi hadis, antara lain:
1. Terbitnya matahari dari
arah barat. Informasi ini diungkapkan dari hadis yang diriwayatkan oleh
Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud melalui Abu Hurairah;
2. Datangnya imam mahdi. Kedatangan imam Mahdi ini diungkapkan
melalui berbagai hadis nabi, seperti yang diungkapkan oleh Abu Dawud dan
Turmuzi. Namun, hadis-hadis yang menginformasikan datangnya Imam Mahdi itu
dinilai oleh sebagian ulama sebagai hadis yang lemah (daif);
3. Datangnya Dajjal. Hadis
yang menginformasikan kedatangan Dajjal ini dinilai oleh sebagian ulama sebagai
hadis sahih, seperti yang diriwayatkan oleh Turmuzi, Bukhari, Muslim, Nasa’i,
dan Ibnu Majah melalui ‘Aisyah;
4. Turunnya Nabi Isa ke dunia. Sekian banyak hadis nabi yang
menginformasikan turunnya nabi Isa, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim melalui Abu Hurairah. Bahkan, As Suyuthi melengkapi dengan sekian banyak
hadis yang dinilainya sebagai hadis yang sahih. Walaupun demikian, sebagian
ulama menyatakan bahwa hadis-hadis yang menginformasikan turunnya Nabi Isa
menjelang kiamat itu adalah hadis yang lemah (daif):
5. Rusaknya kakbah. Hadis
tentang rusaknya kakbah sebagai tanda kiamat diriwayatkan oleh Muslim melalui
Abu Hurairah;
6. Lenyapnya Al Qur’an dari hati manusia. Diinformasikan oleh hadis
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah melalu Huzaifah;
7. Kafirnya semua manusia yang hidup di muka bumi. Hadis mengenai
hal ini diriwayatkan oleh muslim melalui Anas. Kualitas hadis-hadis yang
menginformasikan tanda-tanda kiamat di atas memang menjadi polemik para ulama.
Sebagian ulama menyatakan sebagai hadis sahih, tetapi sebaian yang lain
menyatakan sebagai hadis yang lemah (daif).
Tanda-tanda
kiamat yang diinformasikan oleh Al-Qur’an setidaknya ada tiga. Pertama,
munculnya binatang ajaib yang biasa disebut dabbah al-ard, seperti dalam
An-Naml (27) : 82, yang artinya : Dan apabila perkataan telah jatuh atas
mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan
kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat
Kami. (QS. An-Naml, 27 : 82). Berdasarkan makna harfiah ayat di atas, tanda
kiamat adalah munculnya binatang yang bernama dabbah al-ard. Binatang ini
mempunyai keistimewaan, yaitu dapat berbicara kepada orang-orang kafir. Hanya
tidak diketahui bagaimana bentuk dan wujud binatang itu karena Al-Qur’an
sendiri tidak menginformasikan lebih jauh tentang binatang itu.
Kedua,
munculnya Yakjuj dan Makjuj, seperti terdapat dalam Al-kahfi (18) : 94. Artinya
: Mereka berkata, “Hai Zulqarnain, sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj itu
orang-orang yang membuat kerusakan di bumi, maka dapatkah kami memberikan
sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara Kami dan
mereka.” (QS. Al-Kahfi, 18 : 94). Yang dimaksud Yakjuj dan Makjuj ialah dua
bangsa yang membuat kerusakan di muka bumi, sebagaimana yang dilakukan oleh
bangsa Tortor dan Mongol.
Ketiga,
adanya kabut atau asap yang menutupi semua manusia, seperti terdapat dalam
Ad-Dukhan (44) : 10-12, yang artinya : Maka tunggulah hari ketika langit
membawa kabut (asap) yang nyata, yaitu meliputi manusia. Inilah azab yang
pedih. (mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, lenyapkanlah kami dari azab itu.
Sesungguhnya kami akan beriman.” (Qs Ad-Dukhan, 44 : 10-12) Sebagian ulama
meyakini bahwa “hari” yang dimaksud adalah hari kiamat. Namun, sebagian ulama
yang lain tidak sependapat bahwa “hari” pada ayat di atas tidak secara tegas
mengacu pada hari kiamat. Informasi tanda-tanda yang bersumber dari Al-Qur’an
bukan merupakan informasi yang tegas (zanny ad dalalah).
c. Hari Kebangkitan (Yaum Al-Ba’as)
Hari
kebangkitan (yaum al-ba’as) ditandai dengan peniupan sangkakala yang kedua.
Jika dengan peniupan sangkakala yang pertama manusia dan seluruh alam raya
hancur dan binasa, dengan peniupan sangkakala yang kedua manusia bangkit dari
kubur mereka. Tidak diinformasikan bagaimana wujud dan bentuk manusia yang
bangkit dan hidup kembali itu, apakah seperti manusia pada waktu di dunia
ataukah dalam bentuk lain. Situasi dan kondisi manusia pada saat dibangkitkan
kembali diungkapkan dalam Al-Qamar (54) : 6-8, yang artinya : Maka berpalinglah
kamu dari mereka. (Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru
kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan), sambil menundukkan
pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang
beterbangan, mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir
berkata, “Ini adalah hari yang berat.” (QS.Al-Qamar, 54 : 6-8) Ayat di atas
menginformasikan bahwa manusia hidup kembali dari kematiannya seraya
menundukkan pandangannya. Ini disebabkan manusia baru menyadari kekerdilan dan
ketidakmampuannya saat menghadapi situasi yang berat. Sementara itu, mengenai
cara bangkit dan keluarnya manusia dari kubur diungkapkan dalam Qaf (50) :
41-44, yang artinya : Dan dengarlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat)
menyeru dari tempat yang dekat. (Yaitu) pada hari mereka mendengar teriakan
dengan sebenar-benarnya, itulah hari keluar (kubur). Sesungguhnya Kami
menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada Kamilah tempat kembali (semua
makhluk). (Yaitu) pada hari bumi terbelah-belah menampakkan mereka (lalu mereka
keluar) dengan cepat. Yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi
Kami. (QS. Qaf, 50 : 41-44.
Ketika semua makhluk telah hancur dan
meninggal, termasuk malaikat Izrafil, Tuhan berseru dan bertanya, “Kepunyaan
siapakah kerajaan atau kekuasaan hari ini?” kemudian Tuhan menjawab sendiri,
“Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” Dialog tersebut
diungkapkan dalam Gafir (40) : 16. Artinya : (Yaitu) hari (ketika) mereka
keluar (dari kubur); tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi
Allah. (Lalu Allah berfirman) “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?”
“Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (QS. Gafir, 40 : 16).
d. Hari
Berkumpul (Yaumul-Hasyr)
Setelah
dibangkitkan, seluruh manusia digiring dan dikumpulkan ke Mahsyar (tempat
berkumpul). Informasi ini diungkapkan dalam Al-Ma’arij (70) : 8-14, yang
artinya : Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak. Dan
gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan). Dan tidak ada seorang
teman akrab pun yang menanyakan temannya, sedang mereka saling melihat.
Orang-orang kafir ingin kalau sekiranya dia mendapat menebus (dirinya) dari
azab hari itu dengan anak-anaknya, istrinya dan saudaranya, dan kaum familinya
yang melindunginya (di dunia), dan orang-orang di atas bumi seluruhnya;
kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya. (QS. Al-Ma’arij, 70
: 8-14) Pada berkumpulnya manusia di Mahsyar, menurut ayat di atas, kondisi
alam dalam keadaan hancur, yang diibaratkan gunung seperti bulu yang
beterbangan dan langit seperti luluhan perak. Situasi dan kondisi Mahsyar yang
menakutkan dan menyeramkan itu menyebabkan manusia tidak saling kenal. Bahkan
orang-orang kafir rela mengorbankan orang-orang yang dicintainya, (kalau bisa)
untuk menebus dirinya. Bagi orang yang bertawakal hari itu sangat menyenangkan
karena mereka menjadi “duta” dari Tuhan sebagaimana diinformasikan dalam Maryam
(19) : 85 sebagai berikut. Artinya : (Ingatlah) hari (ketika) kami mengumpulkan
orang-orang yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang
terhormat. (QS. Maryam, 19 : 85) Kondisi orang-orang kafir pada saat berkumpul
di Mahsyar di ungkapkan dalam An-Naml (27) : 83-85, yang artinya: Dan (ingatlah)
hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Lalu mereka dibagi bagi (dalam kelompok-kelompok).
Hingga apabila mereka datang, Allah berfirman, “Apakah kamu telah mendustakan
ayat-ayat-Ku, padahal ilmu kamu tidak meliputinya, atau apakah yang telah kamu
kerjakan?” dan jatuhlah perkataan (azab) atas mereka disebabkan kezaliman
mereka, maka mereka tidak dapat berkata (apa-apa). (QS. An-Naml, 27 : 83-85)
e. Hari Pengadilan (Yaum Al-Hisab)
Setelah
manusia berkumpul di mahsyar diadakanlah suatu Pengadilan Agung yang dilakukan
oleh Tuhan untuk menghitung (menghisab) amal perbuatan yang telah dilakukan
setiap manusia di muka bumi. Saat berlangsung penghitungan amal itu biasa
disebut yaum al-hisab (hari perhitungan). Pada hari perhitungan itu semua
makhluk secara sendiri-sendiri menghadap Tuhan untuk ditimbang amal
perbuatannya secara teliti dan penuh kecermatan. Informasi ini diungkapkan
dalam Maryam (19) : 93-95, yang artinya : Tidak ada seorangpun di langit dan di
bumi kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.
Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung dengan
hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari
kiamat dengan sendiri-sendiri. (QS. Maryam, 19 : 93-95).
Mahkamah
Tuhan (Pengadilan Illahi) pada yaum al-hisab menjunjung tinggi keadilan dan
keobjektifan sehingga tidak satu amal perbuatan pun yang tertinggal untuk
dipertanggungjawabkan. Setiap amal perbuatan manusia akan dibalas walau sekecil
zarrah. Ini diungkapkan dalam Al-Zalzalah (99) : 7-8, yang artinya :
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah
pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Al-Zalzalah, 99 : 7-8)
Sebagai tolok ukur keadilan, Tuhan membuat alat pengukur amal perbuatan manusia
yang disebut al-mizan. Mengenai al-mizan ini Tuhan menginformasikan adanya dua
substansi. Pertama, al-mizan itu akurat dan pasti terpercaya ketepatannya. Ini
diungkapkan dalam Al-Anbiya’ (21) : 47 sebagai berikut. Artinya : Kami akan
memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat zarrah pasti
Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.
(QS. Al-Anbiya’, 21 : 47). Kedua, al-mizan menjunjung tinggi keadilan sehingga
tingkat kebenarannya mutlak. Ini diungkapkan dalam Al-A’raf (7) : 8-9, yang
artinya : Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan) maka barangsiapa
berat timbangan kebikannya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan
barangsiapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang
merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.
(QS. Al-A’raf, 7 : 8-9)
e. Surga dan Neraka.
Surga dan neraka merupakan kelanjutan alami
dari perbuatan baik dan jahat manusia. Secara logis manusia memerlukan keduanya
sebagai balasan amal mereka di dunia. Bentuk dan hakekat kehidupan surga dan
neraka masih merupakan polemik bagi para ulama sehingga dalam ajaran Islam pun
umat tidak dituntut untuk meyakini bentuk dan hakikat kehidupan surga dan
neraka. Ajaran dasar Islam hanya menuntut agar setiap Muslim meyakini adanya
kehidupan surga dan neraka.
3. Keseimbangan Kehidupan Dunia dan Akhirat.
Kehidupan yang sesungguhnya
adalah kehidupan setelah mati, yakni akhirat. Sayangnya, banyak manusia yang
lupa atau bahkan melupakan diri. Meraka mengabaikan tujuan penciptan manusia
untuk beribadah kepada Allah (QS. Adz-Dzariyat, 51 : 56). Perkembangan zaman yang
semakin maju tidak diiringi oleh peningkatan iman kepada-Nya. Geliat
perekonomian yang semakin berkembang justru memalingkan perhatian manusia untuk
lebih mencari harta, bahkan mendewakannya. Dalam mencari keridhoan Allah, harus
melalui pintu pengabdian kepada orang tua. Sayang sekali hal ini sering
terlupakan oleh kebanyakan manusia di muka bumi ini. Akibatnya kita banyak
menyaksikan fenomena yang memilukan hati. Fenomena tersebut diantaranya di
suatu sisi kita melihat si anak hidup kaya raya, tetapi membiarkan orang tua
terlantar, dan lain sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa anak seperti ini tidak
akan mendapatkan ridha Allah. Dari kehidupan di dunia ini kita hendaknya juga
jangan melupakan kehidupan di akhirat kelak. Kalau kiranya yang menjadi pusat perhatian
manusia untuk mengisi kehidupan hanya urusan dunia saja, mungkin bisa tercapai,
tapi sungguh merugi, karena belum lebih dari tingkat mahluk yang lain. Mahluk
hidup lain selain manusia itu banyak, ada yang berbentuk kambing, sapi, cacing,
ulat, kucing, dan lain sebagainya. Makhluk-mahluk tersebut makan, minum dan
berkembang biak, tetapi manusia seharusnya lebih dari itu. Memang banyak
manusia yang hanya memikirkan hdupnya di dunia ini, tidak memikirkan bagaimana
nanti di akhirat, dalam Al – Baqarah (2) : 200, Allah berfirman : Maka diantara
manusia ada orang yang berdoa : “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di
dunia.” dan tidalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat. Jika orang
hanya memikirkan hidupnya yang sekarang di dunia ini saja, di akhirat ia tidak
mendapatkan bagian. Maka dari itu
difirmankan oleh Allah supaya kita berdoa yang baik. Dalam Al-Baqarah (2) :
201, telah ditunjukkan doa yang baik : Dan di antara meraka ada orang yang
berdoa : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat
dan periharalah kami dari siksa neraka” Inilah doa yang sebaik – baiknya bagi
seorang muslim. Jadi, yang harus kita cari dan kita perjuangkan bukan enaknya
di dunia ini saja tapi harus selalu berusaha untuk kebaikan dunia dan akhirat,
keuntungan dunia dan keuntungan akhirat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dari pemaparan makalah yang telah penulis susun, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Asal usul kehidupan masih berada dalam
perdebatan panjang para Ilmuwan hingga kini.
2. Teori Kehidupan yang dikemukakan dan
dipercayai Pakar Kimia dn Biologi Modern banyak bertentangan dengan keyakinan
ummat islam.
3. Islam Mengajarkan dalam kehidupan manusia
untuk menjadi pribadi yang Solih ritual dan Solih Sosial.
4.
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin
maupun lahir akan tetapi, kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut
juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan
pegangan hidup yang disebut agama karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada
suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung
dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbangan manusia dilandasi kepercayaan
beragama.Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia karena Agama : Sumber moral, Merupakan petunjuk kebenaran, Merupakan sumber informasi tentang
masalah metafisika,
Memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka maupun dikala
duka.
3.2 Saran
Membahas peran islam dalam kehidupan individu, kelompok
dalam perspektif islam itu sangat lah luas cakupan
nya, makalah ini hanya bisa menjelas kan sebagian peran islam dalam kehidupan
manusia dalam hal ilmu pengetauan dan sosial semata, sedang kan dalam hal ekonomi,
politik di butuhkan peninjauan yang lebih luas lagi, demi tercapainya akurasi
ilmu pengetahuan
ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasbi
Ash-shiddieqi, Al-Islam,
Jakarta:Bulan bintang,1997.
Atang abdul
hakim, Jaih mubarok, Metodeologi Studi
islam,Bandung:Remaja Rosda karya,2011.
Barmawie
umary, Materia Akhlak,
Solo:Ramdani:2000.
Nasr sayyed
tasser, The Heart Of Islam,
Bandung:PT.MizanPustaka,2007.
Nurcholis madjid, Islam Doktrin & Peradaban, Bandung:Remgia resada karya,2011.
Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2005.
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,
Yogyakarta: Gama Media, 2005.
Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta:
Kanisius, 2006.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1989).
Dra. Irnaningtyas,Biologi
Sma/Ma ,Yogyakarta : Erlangga, 2015
Kusnadi, S.Pd., M.Si., Soni
Muhsinin, S.Si., Yayan Sanjaya, S.P., M.Si, Buku
Saku Biologi SMA 1,2,3,Bandung : KawanPustaka, 2009.
K.H ahmad
Warson Munawwir, Kamus Indonesia-Arab, Surabaya : Pustaka Progresif, cet
1, 1984.
John M. Echols,
Hassan Shadily, Kamus
Inggris-Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,Cet XXX, 2012.
[1]Tim Penyusun Pusat, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, hal 128, Jakarta : Balai Pustaka,1987.
[2] K.H ahmad Warson
Munawwir, Kamus Indonesia-Arab, hal 167, Surabaya : Pustaka Progresif,
cet 1, 1984.
[3] John M. Echols, Hassan Shadily, Kamus
Inggris Indonesia,hal 270, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,Cet XXX, 2012.
|
2012
|
[4]Kusnadi, S.Pd., M.Si., Soni Muhsinin,
S.Si., Yayan Sanjaya, S.P., M.Si, Buku Saku Biologi SMA
1,2,3,hal 37 Bandung : KawanPustaka, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar