Minggu, 04 Desember 2016

makalah budidaya pala



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang 
Tanaman pala ( Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari pulau Banda. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat  berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis, selain di Indonesia terdapat pula di Amerika, Asia dan Afrika. Pala termasuk famili Myristicaceae yang terdiri atas 15 genus (marga) dan 250 species (jenis). Tanaman pala merupakan tumbuhan berbatang sedang dengan tinggi mencapai 18 m, memiliki daun berbentuk bulat telur atau lonjong yang selalu hijau sepanjang tahun. Pohon pala dapat tumbuh di daerah tropis pada ketinggian di bawah 700 m dari permukaan laut, beriklim lembab dan panas, curah hujan 2.000-3.500 mm tanpa mengalami periode musim kering secara nyata. Daerah penghasil utama pala di Indonesia adalah Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Nanggroe Aceh Darusalam, Jawa Barat dan Papua.
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan multiguna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji, fuli dan minyak pala merupakan komoditas ekspor dan digunakan dalam industri makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun banyak digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan kosmetik. Buah pala berbentuk bulat berkulit kuning jika sudah tua, berdaging putih. Bijinya berkulit tipis agak keras berwarna hitam kecokelatan yang dibungkus fuli  berwarna merah padam.Buah pala terdiri atas daging buah (77,8%), fuli (4%), tempurung (5,1%) dan biji (13,1%). Secara komersial biji pala dan fuli (mace) merupakan bagian terpenting dari  buah pala dan dapat dibuat menjadi berbagai produk antara lain minyak atsiri dan oleoresin.


































BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Syarat  Tumbuh
1.       Tanah
       Tanah berstruktur remah (Vulkanis) / gembur dan kaya akan bahan organik.
       Derajat keasaman (PH) tanah antara 5,5 – 7
       Tanah tidak becek/ ada genangan air.
2.      Iklim
       Curah hujan 2.656 mm/th dengan distribusi merata.
       Suhu udara 18° – 34 ° C

2.2  TEKNIK BUDIDAYA
1.     Persemaian
Biji- biji pala yang akan digunakan sebagai benih harus memenuhi beberapa syarat, antara lain :
-        Harus berasal dari pohon induk terpilih,
-        Biji segar matang, panen berwarna coklat muda dan tertutup penuh dengan seludang fuli yang berwarna merah,
-        Biji yang kering berwarna coklat tua sampai hitam mengkilap dengan     bobot minimal 50 gram/biji, serta tidak terserang hama dan penyakit.
Setelah pemetikan haruslah disemaikan dengan selambat lambatnya + 24 jam penyimpanan. Untuk        mendapatkan benih dengan daya kecambah yang tinggi, sebaiknya biji diambil dari pohon induk yang letaknya berdekatan dengan pohon yang berbunga jantan. Pengecambahan, perlu dilakukan sebab biji pala termasuk benih rekalsitran yang cepat menurun daya kecambahnya. Perkecambahan dapat dilakukan dengan beberapa cara sbb :
a.      Sesaat setelah panen segera lakukan seleksi benih dengan memilih          benih yang tua ditandai dengan tempurung mengkilat berwarna hitam   kecoklatan, bebas dari hama dan penyakit, tidak keriput dengan fuli tebal dan biji besar
b.     Selanjutnya tutup dengan karung goni atau daun rumbia atau kertas koran. Kelembaban harus selalu dijaga
c.      Untuk mempercepat pengecambahan dapat diberi perlakuan pemecahan kulit/batok pangkal biji, sehingga retak atau belah atau mengelupas dengan tidak merusak daging bijinya. Dapat dilakukan       pengikiran/hampelas batok pangkal biji sehingga tipis.
d.     Setelah biji berkecambah, kemudian dilakukan pesemaian pada polibeg yang telah disediakan (diisi dengan media campuran   kompos/pupuk kandang dan tanah.
Pembibitan ini merupakan langkah awal dari penentuan terlaksananya usaha perkebunan tanaman tersebut. Pesemaian dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengecambahkan biji dengan menggunakan kotak yang telah diisi pasir halus, serbuk
sabut kelapa, serbuk gergaji yang sudah steril. Biji diatur sedemikian rupa dan bersentuhan dan bakal kecambah mengarah pada satu sisi yang sama. Setelah berumur 4-8 minggu, bakal akar sudah keluar dengan diikuti keluarnya kecambah, selanjutnya bisa dipindahkan ke polibag.
Pesemaian dapat pula dilakukan pada bedengan yang sudah disiapkan sebelum buah dipetik. Pesemaian ini sekaligus berfungsi sebagai persemaian pemeliharaan dan diperlukan pengolahan tanah yang sempurna. Jarak tanam pada pesemaian ini perlu diatur yaitu 15 x 15 cm atau 15 x 20 cm agar nanti pada saat pemindahan mudah diputar pada umur + 1 tahun dengan ketinggian + 1 meter. Pesemaian dapat juga dilakukan langsung pada polibag ukuran 20 x 30 cm. Media yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang 2 : 1, polibag diatur berjejer di bawah naungan dengan lebar 120 cm, sedangkan panjangnya tergantung situasi setempat. Dengan mempergunakan polibag akan mempermudah pemindahan bibit ke lapangan.



3.          Persiapan Lahan
Sebelum bibit ditanam, kebun harus sudah dipersiapkan. Pada garis besarnya, persiapan lahan meliputi kegiatan sebagai berikut :
a.      Pemangkasan semak belukar dan penebangan pohon-pohon (kebun yang baru dibuka). Sebaiknya pembukaan areal ini dilakukan pada musim kemarau, sehingga semak belukar tersebut tidak cepat tumbuh kembali.
b.     Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk menggemburkan tanah, menyingkirkan akar dan sisa-sisa tanaman serta menciptakan areal yang serasi. Pengolahan tanah pada areal miring harus dilakukan menurut arah melintang lereng (contour). Efek utama pengolahan tanah menurut cara       ini adalah terbentuknya alur yang dapat menghambat aliran permukaan       dan menghindari terjadinya penghanyutan tanah bagian atas (erosi). Pada tanah dengan tingkat kemiringan 20 % perlu dibuat teras dengan ukuran + 2 m (disesuaikan dengan keadaan solum tanah, makin dalam solum            makin lebar ukuran teras) atau dapat pula dibuat teras terusan dengan penanaman sistem contour.
c.      Sebelum dilakukan pembuatan lubang tanam, ditentukan dahulu jarak    tanam yang akan digunakan. Pada umumnya jarak tanam untuk tanaman           pala ialah 9 x 10 m dengan sistem bujur sangkar atau 10 x 10 m. Dengan     jarak tanam tersebut dahan-dahannya tidak akan bersilangan dan   dengan      keadaan ini kapasitas untuk berproduksi adalah maksimal pada umur dewasa (Flach, 1966). Pembuatan lubang tanam biasanya berukuran 60 x            60 x 60 cm. Pada tanah yang berliat tinggi, sebaiknya ukuran lubang tanam lebih besar 100 x 100 x 100 cm. Tanah lapisan atas dan lapisan bawah dipisah, karena kedua lapisan tersebut mengandung unsur yang berbeda. Setelah pembuatan lubang tanam berumur lebih satu bulan,    tanah dikembalikan, lapisan bawah kembali ke lapisan bawah dan lapisan          atas setelah dicampur dengan pupuk kandang matang, baru dimasukkan kembali ke dalam lubang bagian atas. Dua atau tiga minggu kemudian      penanaman dapat dilakukan.
3.   Penanaman
      Bibit yang akan ditanam biasanya yang telah berumur lebih satu tahun dan tidak lebih dari dua tahun. Kalau bibit lebih dari ketentuan tersebut, akibat lama dipembibitan, pertumbuhannya akan terlambat, sebab akar sudah berlipat-lipat. Sebaiknya penanaman dilaksanakan pada awal musim penghujan agar ketersediaan air terjamin.
Cara penanaman adalah dengan membuat lubang tanam kecil ditengah lubang tanam awal, setinggi dan selebar keranjang atau polibag bibit, lalu polibag disayat dari atas ke bawah dengan pisau secara hati-hati agar akar dan tanah dalam polibag tersebut tidak rusak, kemudian dilakukan penanaman sampai leher batang terkubur tanah, lalu tanah dirapihkan kembali. Uintuk menjaga tanaman muda dari sengatan matahari langsung perlu dibuatkan naungan dari tiang bambu atau kayu dengan atap daun kelapa atau alang-alang, sampai tanaman betul-betul tahan dari sinar matahari.
Pola Tanam
Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani, salah satu upaya adalah dengan memanfaatkan lahan seoptimal mungkin, dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan memperhatikan syarat tumbuh dari setiap tanaman itu sendiri. Peluang tanaman pala sebagai tanaman pokok atau pun sebagai tanaman sela sangat memungkinkan karena banyak lahan diantaranya belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk menentukan/ mendapatkan jenis tanaman apa yang tepat bergandengan dengan tanaman pala, beberapa hal yang perlu di perhatian adalah sebagai berikut :
-                    Kesesuaian lingkungan yang diartikan sebagai kecocokkan lahan      untuk tanaman tersebut.
-                    Tidak bersifat saling merugikan baik terhadap tanaman sela atau      tanaman pokok.
-                    Tidak menimbulkan persaingan, terutama dalam pengambilan          zat                      makanan.
-                    Tidak memiliki kesamaan sebagai inang timbulnya hama atau          penyakit.
-                    Memiliki kemampuan saling menguntungkan.
-                    Tanaman tersebut memiliki nilai ekonomis.
-                    Berwawasan lingkungan, artinya berkemampuan mengawetkan alam.
Sehingga kelestariannya tetap terjamin sesuai konsep ekologi yang diinginkan bersama. Sebagai contoh upaya menekan sekecil mungkin tingkat erosi tanah yang kelak dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah. Peluang tanaman pala sebagai tanaman sela jumlahnya tergantung umur tanaman pokok, pada tanaman kelapa berumur 10 tahun, tanaman pala dapat tumbuh dan berproduksi cukup baik sebagai tanaman sela diantara tanaman kelapa. Sedangkan sebagai tanaman pokok, tanaman pala dapat dipola tanamkan dengan berbagai jenis tanaman palawija, tanaman temu-temuan serta berbagai tanaman obat. Jarak tanam pala yang biasa dipergunakan adalah 10 x 10 m, dengan jarak tanam tersebut banyak lahan yang kosong terutama pada saat tanaman pala berumur dibawah 4-5 tahun, lahan ini dapat dimanfaatkan untuk ditanami berbagai jenis tanaman semusim misalnya tanaman palawija. 
4. Pemupukan
    Untuk menjamin ketersediaan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman pala terutama unsur makro (N, P dan K ) di dalam tanah, bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, maka diperlukan pemupukan. Dosis pemupukan yang dianjurkan berdasarkan tingkat umur untuk tanaman pala.
5.  Pemeliharaan
– Lakukan penyulaman bila ada tanaman yang mati.
– Siangi pertanaman sebelum dilakukan pemupukan bila terdapat gulma.
6.  Pengendalian Hama dan Penyakit
     Disamping perbaikan teknik bercocok tanam, perlu pula diupayakan penanggulangan serangan hama dan penyakit sehingga kelangsungan pertanaman serta kualitas dan kuantitas produksi dapat terus dipertahankan malah dapat ditingkatkan.
- Hama-hama yang sering dijumpai menyerang biji pala adalah Oryzaephilus Mercator (Faufel) dan Areacerus fasciculatus.
Kedua hama ini bersifat kosmopolitan dan menyebabkan kerugian besar terutama pada produk-produk dalam simpanan. Hama lain adalah yang menyerang batang yaitu Batocera hercules. Hama ini banyak ditemukan di Sulawesi Utara dengan tingkat serangan yang cukup tinggi. Usaha pengendalian terhadap hama yang menyerang biji yang                           sudah berada digudang-gudang adalah dengan melakukan fumigasi Methyl Bromida. Sedangkan penyemprotan insektisida kontak dapat pula dilakukan untuk serangan di lapang dengan menggunakan insektisida Malathion. Pengendalian terhadap hama penggerek batang adalah dengan memberikan insektisida pada kapas kemudian dimasukkan pada semua lobang gerekan dan kemudian ditutup dengan sepotong kayu.
-                  Penyakit
Penyakit utama yang paling merugikan pada pertanaman pala di Indonesia adalah penyakit busuk kering dan busuk basah yang disebabkan oleh jamur serta penyakit layu yang diduga disebabkan oleh mikroorganisme.
·        Penyakit busuk kering
·        Penyakit busuk basah
·        Penyakit Layu

7.  Panen
     Tanaman pala mulai berbuah pada umur 7 - 8 tahun dan pada umur 10 tahun dapat berproduksi secara menguntungkan. Tanaman pala hasil grafting dapat berbuah umur 4 - 5 tahun sedang tanaman hasil cangkokan berbuah umur 3 - 4 tahun. Produksi tanaman pala terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi dan dapat terus berproduksi sampai umur 60 - 70 tahun. Dalam satu tahun pala dapat dipanen dua kali.
Umumnya buah pala telah dapat dipanen setelah cukup tua, umur buah + 6 bulan sejak dari bunga. Tanda-tanda buah pala yang sudah cukup tua adalah jika sebahagian buah pala dari suatu pohon sudah merekah.
Cara pemanenan buah pala dapat dilakukan dengan menggunakan galah yang pada bagian ujungnya diberi keranjang atau dengan cara memetik langsung dengan cara menaiki batang dan memilih buah-buah yang telah betul-betul tua. Buah yang telah dipetik segera dibelah, dipisahkan daging buah, biji dan fulinya. Biji pala dan fulinya segera dijemur untuk menghindari serangan hama dan penyakit yang dapat mengurangi mutunya.



BAB III
PROSESING BENIH
A. Pembersihan Benih
1. Pemungutan/Pengumpulan Benih
Kegiatan pemungutan benih tidak kalah pentingnya dengan pemilihan sumber benih, karena bila pemungutan benih dilakukan dengan tidak benar maka akan diperoleh benih dengan mutu yang jelek. Semua usaha yang dilakukan untuk mencari sumber benih yang baik akan percuma bila pengumpulan benih tidak dilakukan dengan cara yang benar. Untuk itu perlu juga adanya suatu regu khusus untuk pengambilan benih karena pekerja kontrak biasanya kurang memperhatikan mutu benih mereka hanya melihat jumlahnya saja. Berikut ini diterangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam kegiatan pengumpulan benih.
  1. Yang perlu dilakukan sebelum benih dikumpulkan
  • Menentukan waktu pengumpulan benih. Setiap jenis pohon memiliki masa berbuah tertentu untuk itu mengetahui masa berbunga atau berbuah perlu dilakukan sehingga waktu panen yang tepat dapat ditentukan dengan tepat pula. Tanda-tanda buah masak perlu diketahui sehingga buah yang dipetik cukup masak (masak fisiologis)
  • Menyiapkan alat yang dibutuhkan untuk pengumpulan benih
2.      Cara pengumpulan benih
  • Benih yang dikumpulkan dipermukaan tanah : Benih yang dikumpulkan dipermukaan tanah seringkali mutunya tidak sebaik yang dikumpulkan langsung dari pohon, benih akan hilang daya kecambahnya jika terkena sinar matahari (benih yang rekalsitran), benih akan terserang hama/penyakit dan benih yang berkecambah.
  • Benih yang dikumpulkan langsung dari pohon : Pengambilan dengan cara ini yaitu, benih yang sudah masak dipetik langsung dengan bantuan galah/tangga, cabang yang jauh dapat ditarik dengan tali/kait kayu.  Pengambilan juga dapat dilakukan dengan cara diguncang. Pengambilan dengan cara ini dapat menggunakan terpal/ plastik untuk menampung benih yang jatuh. Mutu benih yang dikumpulkan dengan cara ini sangat baik, karena dapat memilih buah yang betul-betul matang. Setelah benih dikumpulkan dimasukkan kedalam wadah untuk dibawah ketempat pengolahan.
3.      Beri label identitas
Setiap wadah berisi buah / polong harus diberi label agar identitas benih tetap diketahui.
4.      Penyimpanan sementara
Bila tidak mungkin untuk untuk langsung mengekstrasi biji, simpanlah wadah yang berisi buah/polong ditempat yang kering dan dingin dengan ventilasi udara yang baik. Jangan meletakkan wadah langsung dilantai, tetapi beri alas kayu sehingga memungkinkan peredaran udara dibawah wadahya, dengan demikian bagian bawahnya tidak lembab.
2. Penanganan Benih Setelah Dikumpulkan
Penanganan benih harus dilakukan dengan baik, agar mutu benih dapat dipertahankan. Kegiatan penanganan benih meliputi : Sortasi buah/polong, ekstrasi benih, pembersihan benih, sortasi benih, pengeringan benih.
  1. Sortasi buah/ polong : Sortasi buah/ polong merupakan kegiatan pemisahan buah/polong yang susah masak dari yang belum/kurang masak, kemudian dimasukkan kedalam wadah yang terpisah.
  2. Ekstrasi benih : Ekstrasi benih adalah proses pengeluaran benih dari buahnya/polongnya. Cara ekstrasi berbeda-beda tergantung dari jenis pohon, dapat dilakukan dengan bantuan alat dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan benih.
  • Benih dari buah berdaging : Buah yang berdaging dibuang pericarp buahnya dengan cara merendam buah tersebut dalam air, sehingga daging buahnya mengembang sedang bijinya mengendap.
  • Benih dari buah kering : Benih dijemur dipanas matahari, contohnya : polong-polongan dari Leguminoceae, kerucut dari Coniferae, capsule dari Eucaliptus, dsb. Sehingga terbuka.
  1. Pembersihan dan sortasi benih : Benih yang sudah diekstrasi masih mengandung kotoran berupa sekam, sisa polong, ranting, sisa sayap, daging buah, tanah dan benih yang rusak, harus dibuang untuk meningkatkan mutunya. Ada dua cara sederhana untuk membersihkan benih yaitu:
  • Cara sederhana  : manual dengan tampi/nyiru atau menggunakan saringan.
  • Cara mekanis : menggunakan alat peniup benih (seed blower) setelah pembersihan  jika dirasa perlu dilakukan sortasi benih untuk memilih benih sesuai dengan ukuran.
2.      Pengeringan benih
Benih yang baru diekstrasi biasanya mengandung kadar air yang cukup tinggi, untuk itu perlu dikeringkan sebelum benih – benih itu disimpan (tetapi tidak semua benih biasa dikeringkan). Kadar air untuk masing-masing benih berbeda-beda, misalnya ada benih – benih yang dikeringkan sampai kadar air rendah sehingga dapat disimpan lama, benih – benih ini disebut benih yang ortodoks, contohnya: akasia, kayu besi, salawaku, gamal, dll. Sebaliknya ada benih yang tidak dapat dikeringkan dan tidak dapat disimpan lama. Benih – benih ini disebut benih yang bersifat rekalsitran seperti: meranti, damar, mahoni, dll.
3. Penyimpanan Benih
Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau disemaikan segera setelah benih – benih  itu dikumpulkan atau dipanen, jadi mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin kareana musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba.
Tujuan penyimpanan :
  • Menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah tetap tinggi)
  • Melindungi biji dari serangan hama dan jamur
  • Mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi kebutuhan.
Ada dua faktor yang penting selama penyimpanan benih yaitu, suhu dan kelembaban udara. Umumnya benih dapat dipertahankan tetap baik dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga maka mutu benih dapat terjaga. Untuk itu perlu ruang khusus untuk penyimpanan benih.
  • Untuk benih ortodoks
Benih ortodoks dapat disimpan lama pada kadar air 6-10% atau dibawahnya. Penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan wadah seperti : karung kain, toples kaca/ plastik, plastik, laleng, dll. Setelah itu benih dapat di simpan pada suhu kamar atau pada temperature rendah “cold storage” umumnya pada suhu 2-5oC.
  • Untuk benih rekalsitran
Benih rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan. Penyimpanan dapat menggunakan serbuk gergaji atau serbuk arang. Caranya yaitu dengan memasukkan benih kedalam serbuk gergaji atau arang
Berikut adalah tabel mengenai tahap-tahap penyimpanan benih :
No
Tahap-tahap
Penyimpanan benih
Mengapa diperlukan
Metode dan teknik
1
Menanam tanaman yang sehat
Untuk kesehatan & lingkungan
Memilih tanaman & benih organik
2
Pilih benih yang terbaik
Untuk mendapatkan tanaman yang terbaik
Memilih benih yang utuh bukan yang rusak
3
Gunakan waktu & metode yang sesuai untuk mengumpulkan
benih dari tanaman
Untuk mendapatkan benih yang lebih baik
Memilih tanaman yang terbaik, tanpa serangga, sehat dan siap untuk dipanen
4
Membersihkan benih dengan benar
Untuk mencegah jamur
Merendam selama sekurangnya
1 hari 1 malam, lalu bersihkan
5
Keringkan benih
dengan benar
Untuk mengurangi kadar air agar
benih bisa bertahan lama
Tutup benih dengan kain dan jemur, atau gunakan pengering benih
6
Simpan benih dengan benar
Untuk menjaga kualitas dan agar
bertahan lama
Simpan di tempat yang sejuk
dan kering
B. Grading
Bibit adalah awal dari kehidupan tanaman. Masing-masing benih harus menjalani proses tertentu seperti pengeringan, pembersihan, dan grading. Grading benih adalah tindakan untuk memeriksa kualitas benih yang akan berperan sebagai keturunan berikutnya. Grading merupakan penggolongan benih berdasarkan dari ukuran atau warna. Penggolongan tersebut dilaksanakan berdasarkan pada sifat-sifat morfologi benih atau fisiologi benih seperti dimensi benih atau berat jenis benih. Grading benih dapat mencegah penggunaan benih yang tidak baik. Hal ini dapat membantu mengurangi biaya pemupukan, budidaya, dan pengendalian gulma. Grading (pemilahan benih) dilakukan untuk mendapatkan benih yang seragam dalam ukuran, bentuk dan bobotnya (Anonim, 2010).
Terdapat beberapa cara grading benih:
  1. Secara manual, dengan menggunakan tangan dan ketelitian kita ketika memisahkan benih menjadi beberapa kelompok (ukuran).
  2. Secara mekanik, dengan menggunakan alat yang memiliki beberapa saringan bertingkat dengan diameter lubang yang berbeda setiap tingkat. Tingkat atas selalu lebih besar diameternya dibandingkan dengan tingkat yang berada dibawahnya.
  3. Pemisahan benih berdasarkan warna melalui komputer dengan cara Pre-Vac dan IDS yang populer khususnya untuk jenis tanaman berdaun jarum. Dengan demikian akan didapatkan benih yang berkualitas baik dengan ukuran seragam.
  4. Memisahkan benih yang rusak karena mesin dari benih yang tidak rusak dengan memanfaatkan perbedaan tingkat penyerapan (uptake) air.
  5. Pemisahan melalui inkubasi pengeringan (Incubation – Drying – Separation), yaitu memisahkan benih yang mati dengan memanfaatkan perbedaan tingkat pengeringan benih.
C. Perlakuan Benih
1. Perlakuan benih padi sebelum penanaman
    1. Menyortir benih yang masih memiliki daya tumbuh tinggi dengan menggunakan larutan garam.
  • Siapkan larutan garam dalam ember dengan volume sesuai dengan benih padi yang akan disortir. Konsentrasi larutan garam (takaran garam) tersebut diukur dengan menggunakan telur ayam/bebek mentah. Masukkan telur ke dalam ember berisi air. Masukkan garam sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk pelan. Pemberian garam dihentikan ketika telur mulai mengapung dalam air, hal ini menunjukkan bahwa kandungan garam telah cukup sebagai penguji benih.
  • Masukkan benih padi yang akan disortir. Kemudian diaduk sehingga semua benih tercampur dengan larutan garam tersebut. Biarkan beberapa menit, sehingga terlihat benih padi tersebut tenggelam dan sebagian kecil terapung.
  • Benih yang masih terapung merupakan benih hampa/rusak/tidak sempurna, sehigga tidak layak untuk dijadikan bibit. Walaupun benih tersebut dapat tumbuh, akan tetapi akan tumbuh menjadi bibit yang tidak sempurna.
  • Benih yang tenggelam dipilih sebagai benih yang akan disemaikan. Benih tersebut kemudian dibilas dengan air bersih sebanyak 2 kali agar larutan garamnya tercuci dengan baik.
2.      Memeram benih sebelum disemai.
  • Benih yang akan disemai sebaiknya dibantu pertumbuhannya dengan cara diperam.
  • Benih direndam dalam air bersih selama kurang lebih 1 jam, kemudian ditiriskan dalam ayakan atau saringan sampai tidak ada air yang menetes.
  • Benih yang lembab tersebut kemudian dimasukkan dalam karung goni atau karung terigu (atau kain katun) dan dibiarkan selama 2 hari dalam ruangan yang terlindung.
  • Setelah dua hari akan nampak pada pangkal benih berwarna putih yang menandakan bahwa akar benih telah mulai tumbuh dan telah siap disemai dalam persemaian.
  • Benih yang telah diperam akan memiliki daya tumbuh yang lebih cepat dan lebih baik dibanding dengan benih yang tidak diperam, sehingga dalam persemaian akan tumbuh lebih kuat dan sehat.
Produksi padi yang baik dimulai dari benih yang baik.
2. Perlakuan benih setelah pasca panen
Seiring benih diberi perlakuan tertentu yang tujuannya adalah untuk mencegah atau mematikan penyebab penyakit yang terbawa oleh benih. Benih dapat diperlakukan dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakan sinar ultraviolet : infra merah, panas dengan penggunaan zat-zat kimia. Berdasarkan sifat dan masalahnya perlakuan benih dapat dibedakan menjadi :
  1. Disinfektasi benih: apabila perlakuan diberikan dengan tujuan untuk mengeradikasi patogen yang telah menginfeksi benih, dimana patogennya berada dalam kulit biji atau jaringan –jaringan yang lebih dalam. Contoh:
  • Perlakuan benih dengan air panas.
  • Perendaman benih dalam 0,8 % acetid acid selama 24 jam.
  • Organisme penyebab bakterial kanker dapat dieradikasi dari benih tomat dengan cara membiarkan benih bersama daging buahnya mengalami fermentasi selama 96 jam pada 20 0C. patogen akan mati disebabkan meningkatnya kandungan asam dalam daging buah.
  1. Disinfestasi benih yang ditujukan terhadap organisme yang terdapat dipermukaan benih. Bahan kimia yang digunakan antara lain: ceresa MDB panogen 15 ceresan L dan chipcote.
  2. Proteksi benih didasarkan pada prinsip untuk melindungi benih dan kecambah tanaman dengan suatu fungisida yang akan mencegah infeksi dan kerusakan yang disebabkan oleh patogen terutama organisme tanah. Contohnya: captan, thiram, dichlone.
Beberapa sejumlah organik yang diberikan pada benih tanaman berbiji kecil sebagai disinfestasi juga bertindak sebagai protektan. Misalnya senyawa heksaclorobenzena yang diberikan pada benih gandum bertindak sebagai disinfestan dan protektan terhadap serangan semut teliospore dalam tanah. Cara pemberantasan yang efektif untuk penyakit yang terbawa oleh benih ialah dengan mengetahui terlebih dahulu kehadiran patogen pada benih sebelum benih ditanam yaitu dengan pengujian benih. Tindakan selanjutnya adalah mencegah dilakukannya penanaman atau mengadakan perlakuan benih terlebih dahulu sebelum tanam.
Tujuan dari perlakuan benih yang telah disebutkan diatas adalah untuk mencegah dan membasmi terjadinya infeksi yang disebabkan oleh patogen yang terbawa benih baik didalam, dipermukaan maupun bersama benih. Dengan perlakuan benih maka inokulum yang terdapat pada benih dapat dibasmi secara langsung atau pada waktu setelah benih berkecambah. Selain itu perlakuan benih juga dapat melindungi benih dari serangan  patogen yang berada dalam tanah hal ini dikarenakan benih dan kecambah tanaman pada awal pertumbuhannya sangat peka terhadap serangan patogen tanah.
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama maupun penyakit tanaman dikenal dengan istilah pestisida yang berasal dari kata “caido“ yang berarti membunuh. Menurut penggunaanya pestisida dibedakan menjadi insektisida, rodentisida, bakterisida dan lainnya. Sedangkan untuk cendawan disebut fungisida, secara ideal fungisida harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
  1. Fungisida harus efektif pada konsentrasi yang tidak membahayakan benih atau tanaman yang diperlakukan
  2. Tidak beracun bagi manusia ataupun hewan.
  3. Cukup stabil dan lekat agar tetap efektif dalam waktu lama
  4. Tidak memiliki efek samping yang dapat merugikan keseimbangan biologis
  5. Tidak menimbulkan resistensi pada patogen.
  6. Harganya cukup murah ditinjau dari segi ekonomis.
Berdasarkan Komposisinya fungisida dapat digolongkan sebagai berikut:
  1. Senyawa tembaga (Cu)
  2. Senyawa belerang
  3. Senyawa air raksa (Hg)
  4. Senyawa quinon
  5. Senyawa benzene
  6. Senyawa heterosiklis
  7. Senyawa fosfor organik
  8. Zat-zat anti biotika
Untuk Perlakuan Benih fungisida dapat digunakan secara:
  1. Kering (dry methode): fungisida berbentuk tepung (dust).
  2. Basah (wet methode): fungisida digunakan dalam bentuk cairan atau larutan (liquid).
    1. Slurry Methode: fungisida digunakan sebagai suspensi dan dicampur dengan benih didalam suatu alat yang disebut slurry treader, benih tak perlu dikeringkan.
    2. Quick wet methode: fungisida digunakan ialah yang mudah menguap dalam konsentrasi pekat yang dicampurkan secara merata.
3. Perlakuan Benih untuk tujuan memecahkan dormansi
Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat. Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah :
  1. Perlakuan mekanis
Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
  1. Perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
  • Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam.
    • Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
    • Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 – 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
2.      Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 – 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
3.      Perlakuan dengan suhu.
  • Stratifikasi
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili. Benih apel yang diberi perlakuan stratifikasi pada 4 0C selama lebih dari 2 bulan persentase perkecambahannya meningkat.
  • Perlakuan dengan cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari. Menurut Flint dan McAlister menemukan bahwa cahaya merah lebih efektif dalam memecahkan doemansi pada benih selada vatietas Arlington fancy. Sedangkan cahaya biru terutama cahaya infra merah sangat menghambat perkecambahan.





         




































BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian di atas maka dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya :
  1. Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor fisik
  2. Processing / pengolahan benih terbagi atas beberapa bagian, yaitu pembersihan benih, grading dan perlakuan benih
  3. Pembersihan terdiri dari pemungutan/pengumpulan benih, penanganan benih setelah dikumpulkan, dan penyimpanan benih
  4. Grading benih adalah tindakan untuk memeriksa kualitas benih yang akan berperan sebagai keturunan berikutnya
  5. Perlakuan benih terdiri dari perlakuan benih padi sebelum penanaman, perlakuan benih setelah pasca panen dan perlakuan benih untuk tujuan memecahkan dormansi
  6. Menyortir benih yang masih memiliki daya tumbuh tinggi dengan menggunakan larutan garam
  7. Seiring benih diberi perlakuan tertentu yang tujuannya adalah untuk mencegah atau mematikan penyebab penyakit yang terbawa oleh benih
  8. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat













DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998. Pedoman Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Departemen Kehutanan Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Anonim. 2010. Seed Cleaning, Drying & Grading Services. http://www.yellowpages.com. Diakses Selasa, 4 Mei 2010.
Anonim. 2010. Perlakuan Benih Padi. http://sukatani-banguntani.blogspot.com. Jumat 7 Mei 2010.
Coppelad, 1980. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publ. co. Minneapolis, Minnesota.
Doran, J. C., Turnbull, J.W., Bolland, J. D. 1983. Handbook on seed of dry-zone acacias. A guide for collecting, extracting, cleaning, and stering the seed and for treatment to promote germination of dry-zone acacias. FAO Rome.
Kartasapoetra, A.G. 1986. Teknologi Benih. Bina Aksara. Jakarta.
Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis (terjemahkan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Winarno, F.G. 1981. Fisiology Lepas Panen. Sastra Hudaya Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar