KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Pembelahan Spermatozoa Secara Miosis Dan Mitosis” Pada makalah ini
kami banyak mengambil dari
berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini
sangat jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima
kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak yajmfihijopkpng membaca…
Taluk Kuantan, Oktober
2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar...................................................................................... ............................................................................................................. i
Daftar
Isi............................................................................................... ............................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN...................................................................... ............................................................................................................ 1
1.1
Latar Belakang.......................................................................... ........................................................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................... ........................................................................................................ 2
1.3
Tujuan....................................................................................... ........................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................... ............................................................................................................ 3
2.1
syarat tumbuh........................................................................... ........................................................................................................ 3
2.2
pedoman budidaya.................................................................... ........................................................................................................ 3
2.3
hama dan penyakit.................................................................... ........................................................................................................ 8
BAB
III PENUTUP............................................................................... .......................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan............................................................................... ...................................................................................................... 14
DAFTARPUSTAKA............................................................................. .......................................................................................................... 15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jahe(Zingiber
officinale rose) yang termasuk famili Zingiberaceae, adalah tanaman rimpang
yang sangat popular sebagai rempaj-rempah dan bahan obat.Rimpangnya berbentuk
jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah .Rasa dominan pedas karena
disebabkan oleh senyawa keton bernama zingeron .Nama ilmiahnya diberikan oleh
William Roxburgh dari kata yunani Zingiberi,dari bahasa sansekerta Singaberi. Dalam
De Madeteria Medica, disebutkan bahwa jahe saat itu banyak digunakan sebagai
obat pembantu pencernaan karena efek panasnya terhadap perut dan sebagai obat
anti racun.
Manfaat
dari tanaman yang mempunyai aroma khas ini adalah sebagai persediaan makanan
segar dan sebagai obat pencegah penyakit kulit bagi para pelayarpada pelayaran
antara China dan Asia Tenggara. Di Indonesia,jahe telah di akrapi oleh sebagian
warga di Indonesia.Nama-nama daerah bagi jahe tersebut antara lain adalah
hilia(Aceh),bahing(Batak Karo), sipadeh atau sipodeh (sumatera
barat),jahi(Lampung),jae(Jawa),jahe(Sunda)jhai(Madura),pese(Bugis),lali(Irian)
Tanaman
ini dapat tumbuh di daerah terbuka sampai agak ternaungi.Tanah yang di sukai
berbahan organic,berjenis atosol atau andosol dan berdainase baik.tanaman ini
dapat tumbuh mencapai ketinggian 900 m di atas permukaan lau.Budidaya jahe
biasanya dilakukan di lading secara monokultur atau tumpangsari.Perbanyakan
yang biasa dilakukan adalah secara vegetative dengan perbanyakan rimpang. Rimpangnya sangat bermanfaat membantu pencernaan,mencengah
mual sebagai anti koagulan,menurunkan tekanan darah,gigitan
serangga,diare,rematik dan masih banyak lagi.
Rimpang
jahe merupakan bagian penting tanaman dan banyak manfaatnya, baik secara
biologis maupun ekonomis.Secara biologis : Rimpangnya sangat bermanfaat bagi
kesehatan,misalnya membantu pencenaan,mencegah mual,gigitan serangga,dll.Secara
ekonomis: Rimpang jahe dapat digunakan sebagai olahan ataupun bentuk jahe
segar.Jahe segar sering digunakan sebagai rempah dan berbagai keperluan lain
seperti obat tradisional.Jahe olahan dapat berupa jahe kering,jahe asin,jahe
dalam sirup,jahe Kristal,bubuk jahe,minyak asiri,dan oleoresin.Sesuai dengan
hasil perhitungan analisis usaha bahwa membudidayakan jahe dapat membawa
keuntunganyang lua biasa.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apakah
syarat pertumbuhan tanaman jahe?
2. Bagaimana pedoman budidaya tanaman
jahe
3.
Apa
saja hama & penyakit tanaman jahe?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui syarat pertumbuhan tanaman jahe?
2. Untuk mengetahui pedoman budidaya
tanaman jahe
3.
Untuk
mengetahui hama & penyakit tanaman jahe?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Syarat Pertumbuhan
- Iklim
2. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau
lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe
dilakukan di tempat yg terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
3. Suhu udara optimum utk budidaya
tanaman jahe antara 20-35°C.
- Media Tanam
1. Tanaman jahe paling cocok ditanam
pada tanah yg subur, gembur & banyak mengandung humus.
2. Tekstur tanah yg baik adalah lempung
berpasir, liat berpasir & tanah laterik.
3. Tanaman jahe dapat tumbuh pada
keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum utk
jahe gajah adalah 6,8-7,0.
- Ketinggian Tempat
1. Jahe tumbuh baik di daerah tropis
& subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl..
2. Di Indonesia pada umumnya ditanam
pada ketinggian 200 - 600 m dpl.
2.2 Pedoman
Budidaya
A. Pembibitan Jahe
- Persyaratan Bibit Jahe : Bibit berkualitas adalah bibit yg memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yg tinggi), & mutu fisik. yg dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yg bebas hama & penyakit. Oleh karena itu kriteria yg harus dipenuhi antara lain:
1. Bahan bibit diambil langsung dari
kebun (bukan dari pasar).
2. Dipilih bahan bibit dari tanaman yg
sudah tua (berumur 9-10 bulan).
3. Dipilih pula dari tanaman yg sehat
& kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
- Teknik Penyemaian Bibit : utk pertumbuhan tanaman yg serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
1. Penyemaian pada peti kayu : Rimpang
jahe yg baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan
sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap
potongan memiliki 3-5 mata tunas & dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya
potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu
dicelupkan dalam larutan fungisida & zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit
kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara
penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu
diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam
padi, demikian seterusnya sehingga yg paling atas adalah abu gosok atau sekam
padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
2. Penyemaian pada bedengan : Buat
rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m utk menanam bibit 1 ton (kebutuhan
jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan
dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan
jerami lalu ditutup jerami, & di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami
pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan
bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan
penyiraman setiap hari & sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2
minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak
terbawa bibit berkualitas rendah..Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan
dengan tangan & setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas & beratnya
40-60 gram.
- Penyiapan Bibit Jahe : Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung & dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
B. Pengolahan Media Tanam
- Persiapan Lahan : utk mendapatkan hasil panen yg optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yg dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yg ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yg dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
- Pembukaan Lahan : Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan utk mendapatkan kondisi tanah yg gembur atau remah & membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit & hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yg kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam & sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
- Pembentukan Bedengan : Pada daerah-daerah yg kondisi air tanahnya jelek & sekaligus utk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
- Pengapuran : Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) & calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yg masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp & pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yg sangat diperlukan tanaman utk mengeraskan bagian tanaman yg berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah & merangsang pembentukan biji.
- Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
- Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
- Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
- Penentuan Pola Tanaman : Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi & produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
- Mengurangi kerugian yg disebabkan naik turunnya harga.
- Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
- Meningkatkan produktivitas lahan.
- Memperbaiki sifat fisik & mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Praktek di lapangan, ada jahe yg ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis & lain-lain. Ada juga yg ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah & beberapa kacang-kacangan lainnya.
- Pembutan Lubang Tanam : utk menghindari pertumbuhan jahe yg jelek, karena kondisi air tanah yg buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm utk menanam bibit.
- Cara Penanaman : Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yg sudah disiapkan.
- Perioda Tanam : Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September & Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak utk pertumbuhannya.
D. Pemeliharaan Tanaman
- Penyulaman : Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan utk melihat rimpang yg mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yg baik serta pemeliharaan yg benar.
- Penyiangan : Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yg tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar..
- Pembubunan : Tanaman jahe memerlukan tanah yg peredaran udara & air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan utk menimbun rimpang jahe yg kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam & diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan & sekaligus terbentuk sistem pengairan yg berfungsi utk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yg terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah & banyaknya hujan.
- Pemupukan :
1. Pemupukan Organik : Pada pertanian
organik yg tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan &
obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk
kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita
menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan
pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak
60 – 80 ton per hektar yg ditebar & dicampur tanah olahan. utk menghemat
pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap
lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan
selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, & 8 – 10 bulan.
Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk
kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan & bersamaan
dengan kegiatan pembubunan.
2. Pemupukan Konvensional : Selain
pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan
kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yg digunakan adalah
pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang &
pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; & ZK 10 gram/pohon),
serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yg berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan
dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), & K2O (75 kg/ha). Pupuk
P diberikan pada awal tanam, pupuk N & K diberikan pada awal tanam (1/3
dosis) & sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan
& 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar
tanaman atau dalam bentuk alur & ditanam di sela-sela tanaman.
- Pengairan & Penyiraman : Tanaman Jahe tidak memerlukan air yg terlalu banyak utk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
- Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yg utk disemai & pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yg mendorong pertumbuhan jahe.
2.3 Hama
& Penyakit
Hama yg dijumpai pada tanaman jahe adalah:
- Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
- Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering & mati.
- Kumbang.
- Penyakit layu bakeri
Gejala: Mula-mula helaian daun
bagian bawah melipat & menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari
hijau menjadi kuning & mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk &
akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yg sakit itu berwarna
gelap & sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir
berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada
umur 3-4 bulan & yg paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yg dingin,
genangan air & kondisi tanah yg terlalu lembab.
- Pengendalian:
- jaminan kesehatan bibit jahe;
- karantina tanaman jahe yg terkena penyakit;
- pengendalian dengan pengolahan tanah yg baik;
- pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)
- Penyakit busuk rimpang
- Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C & terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
- Gejala: Daun bagian bawah yg berubah menjadi kuning lalu layu & akhirnya tanaman mati.
- Pengendalian:.
- penggunaan bibit yg sehat;
- penerapan pola tanam yg baik;
- penggunaan fungisida.
- Penyakit bercak daun
- Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.
- Gejala: Pada daun yg bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercak-bercak itu berwarna abu-abu & ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yg terserang bisa mati.
- Pengendalian: baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yg dijelaskan di atas.
C. Gulma
Gulma
potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah
rumput teki, alang-alang, ageratum, & gulma berdaun lebar lainnya.
D. Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam
pertanian organik yg tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan
dengan bahan-bahan yg ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak
awal pertanaman utk menghindari serangan hama & penyakit tersebut yg
dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yg komponennya adalah sbb:
1. Mengusahakan pertumbuhan tanaman yg
sehat yaitu memilih bibit unggul yg sehat bebas dari hama & penyakit serta
tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
2. Memanfaatkan semaksimal mungkin
musuh-musuh alami
3. Menggunakan varietas-varietas unggul
yg tahan terhadap serangan hama & penyakit.
4. Menggunakan pengendalian
fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
5. Menggunakan teknik-teknik budidaya
yg baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yg saling
menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya utk memutuskan siklus
penyebaran hama & penyakit potensial.
6. Penggunaan pestisida, insektisida,
herbisida alami yg ramah lingkungan & tidak menimbulkan residu toksik baik
pada bahan tanaman yg dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan
bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yg
diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa
tanaman yg dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati & digunakan dalam
pengendalian hama antara lain adalah:.
1. Tembakau (Nicotiana tabacum) yg
mengandung nikotin utk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut.
Aplikasi utk serangga kecil misalnya Aphids.
2. Piretrum (Chrysanthemum
cinerariaefolium) yg mengandung piretrin yg dapat digunakan sebagai insektisida
sistemik yg menyerang urat syaraf pusat yg aplikasinya dengan semprotan.
Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, &
lalat buah.
3. Tuba (Derris elliptica & Derris
malaccensis) yg mengandung rotenone utk insektisida kontak yg diformulasikan
dalam bentuk hembusan dan
semprotan.
semprotan.
4. Neem tree atau mimba (Azadirachta
indica) yg mengandung azadirachtin yg bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun
ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng & serangga pengunyah
seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif
utk menanggulangi serangan virus RSV, GSV & Tungro.
5. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yg
bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yg dapat digunakan sebagai
insektisida & larvasida.
6. Jeringau (Acorus calamus) yg
rimpangnya mengandung komponen utama asaron & biasanya digunakan utk racun
serangga & pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
E. Panen
- Ciri & Umur Panen Jahe: Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan utk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang & sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe utk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yg sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning & batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan & akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
- Cara Panen : Cara panen yg baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah & kotoran lainnya yg menempel pada rimpang dibersihkan & bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab & penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.
- Periode Panen. : Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang & menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
- Perkiraan Hasil Panen : Produksi rimpang segar utk klon jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan utk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.
F. Pascapanen
- Penyortiran Basah & Pencucian : Sortasi pada bahan segar dilakukan utk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, & gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran & tempatkan dalam wadah plastik utk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya & jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yg terlalu lama agar kualitas & senyawa aktif yg terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran & banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yg belubang-lubang agar sisa air cucian yg tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
- Perajangan : Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel & alasi bahan yg akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya & taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
- Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yg lembab & dari bahan-bahan disekitarnya yg bisa mengkontaminasi..Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 ° C - 60 ° C. Rimpang yg akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven & pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yg dihasilkan
- Penyortiran Kering. : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yg telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
- Pengemasan : Setelah bersih, rimpang yg kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yg bersih & kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yg jelas pada wadah tersebut, yg menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih & metode penyimpanannya.
- Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab & suhu tidak melebihi 30 ° C & gudang harus memiliki ventilasi baik & lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yg menurunkan kualitas bahan yg bersangkutan, memiliki penerangan yg cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih & terbebas dari hama gudang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman
rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya
berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas
disebabkan senyawa keton bernama zingeron.
Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh
William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari bahasa
Sansekerta, singaberi.
DAFTAR PUSTAKA
klasifikasi dan kandungan
tanaman jahe
and manfaat jahe sebagai tanaman
obat herbal
on tanamanobat-herbal.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar