Senin, 05 Desember 2016

makalah masyarakat tamadun melayu



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Masyarakat Tamadun Melayu”Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
           




                                                                      Taluk Kuantan,   Juli 2016



    Penyusun

 



DAFTAR ISI


Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1  Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3  Tujuan..................................................................................................... ........ 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1  Pengertian Tamadun ....................................................................................... 3
2.2  Etos Dan Etika  Tamadun ............................................................................... 3
2.3  Pandangan Orang Melayu Terhadap Kerja...................................................... 4
2.4  Mata Pencaharian Orang Melayu.................................................................... 6
2.5  Etos Dan Etika  Kerja Dalam Budaya Melayu................................................ 7
2.6  Pandangan Orang Melayu Terhadap Harta...................................................... 8
BAB III PENUTUP...................................................................................................... 10
3.1  Kesimpulan...................................................................................................... 10
3.2  Saran................................................................................................................. 10
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................... 11







BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Dalam kehidupan orang melayu, etika atau budaya kerja mereka telah di wariskan oleh orang tuanya secara turun menurun. Masyarakat  melayu dulunya memiliki budaya kerja yang di  sebut “ semangat kerja” yang tinggi, semangat yang mampu  harkat dan martabat kaumnya” untuk duduk sama rendah tegak sama tinggi” dengan masyarakat dan dengan bangsa lain. Sedangkan, budaya kerja masyarakat  melayu yang lazim di sebut dengan “ pedoman kerja melayu “, di akui oleh banyak ahli, karena hal ini sangat ideal dengan budaya kerja yang universal, terutama di dunia islam.dengan modal “ pedoman kerja melayu” tersebut masyarakat melayu mampu membangun negri dan kampung halaman, mereka juga mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat dan menghadapi persaingan.
Dalam ekonomi melayu, perinsip keadilan dan kebersamaanmerupakan hal yang penting. Prinsip dan kebersamaan dan tolong menolong juga merupakan dasar dalam ekonomi melayu. Di dalam makalah ini, penulis sedikit membahas mengenai Etos Kerja Orang Melayu. Dengan begitu, kita akan mengetahui sedikit banyak mengenai budaya kerja orang melayu.











1.2  Rumusan Masalah
1.     Apa pengertian tamadun dan melayu?
2.     Bagaimana etos dan etika  kerja dalam budaya melayu?
3.     Bagaimana pandangan orang melayu terhadap kerja?
4.     Apa mata pencaharian orang melayu?
5.     Bagaimana pandangan orang melayu terhadap harta?

1.3  Tujuan
1.     Untuk mengetahui pengertian tamadun dan melayu
2.     Untuk mengetahui bagaimana etos dan etika  kerja dalam budaya melayu
3.     Untuk mengetahui bagaimana pandangan orang melayu terhadap kerja
4.     Untuk mengetahui apa mata pencaharian orang melayu
5.     Untuk mengetahui bagaimana pandangan orang melayu terhadap harta

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Tamadun Dan Melayu
Pengertian tamadun yang berasal dari kata Arab “maddana” yang berarti peradaban, dapat diartikan sebagai keadaan atau kondisi kehidupan bermasyarakat yang bertambah maju. Oleh karenanya, melalui Pusat Kajian Tamadun Melayu Nusantara, berbagai fenomena yang terkait dengan kehidupan masyarakat Melayu, serta berbagai aspek yang menyertainya akan dipelajari, dikaji diteliti, dan dikembangkan oleh para peneliti baik yang berasal dari UI maupun dari luar UI.
Berbagai hasil penelitian yang nantinya akan dihasilkan oleh Pusat Kajian Tamadun Melayu Nusantara dapat memberikan sumbangan atau kontribusi yang signifikan bagi UI yang telah mencanangkan sebagai universitas riset yang bertaraf nasional maupun internasional.
Hal yang menarik adalah penelitian tentang Tamadun Melayu Nusantara dapat dilakukan dengan pendekatan yang bersifat multidisiplin atau interdisiplin. Untuk itulah diperlukan juga suatu dialog kritis melalui berbagai kerjasama dari berbagai pihak, baik institusi UI maupun institusi di luar UI, agar penelitian tentang Tamadun Melayu Nusantara dapat bermanfaat secara pragmatis bagi pendidikan, penelitian, dan masyarakat luas yang membutuhkan wawasan kajian Tamadun Melayu Nusantara dengan benar.

2.2  Etos Dan Etika  Kerja Dalam Budaya Melayu
Dalam kehidupan orang melayu, etika atau budaya kerja mereka telah di wariskan oleh orang tuanya secara turun menurun. Masyarakat  melayu dulunya memiliki budaya kerja yang di  sebut “ semangat kerja” yang tinggi, semangat yang mampu mengangkat harkat dan martabat kaumnya” untuk duduk sama rendah tegak sama tinggi” dengan masyarakat dan dengan bangsa lain. Sedangkan, budaya kerja masyarakat  melayu yang lazim di sebut dengan “ pedoman kerja melayu “, di akui oleh banyak ahli.
Karena hal ini sangat ideal dengan budaya kerja yang universal, terutama di dunia islam.Dengan modal “ pedoman kerja melayu” tersebut masyarakat melayu mampu membangun negri dan kampung halaman.Mereka juga mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat dan menghadapi persaingan.
Orang- orang tua melayu dulu mengatakan “ berat tulang ringan lah perut  maksutnya orang yang malas kerja hidupnya akan melarat. “ sebaliknya, “ ringan tulang berat lah perut “ maksudnya adalah barang siapa yang bekerja keras, hidupnya pasti akan tenang dan berkecukupan. Di dalam untaian ungkapan masyarakat melayu di katakan  :
Kalau hendak menjadi orang 
Rajin rajin membanting tulang
Manfaatkan umur sebelum petang
Pahit dan getir usah di pantang
Kalau hendak menjadi manusia
Ringankan tulang habiskan daya
Kerja yang berat usah di kira
Pahit dan manis supaya di rasa
Kalau tak ingin mendapat malu
Ingatlah pesan ayah dan ibu
Bekerja jangan tunggu menunggu
Manfaatkan hidup sebelum layu
Ungkapan di atas, dahulunya di sebarluaskan di tengah-tengah masyarakat di jabarkan, di uraikan, dan di hayati secara keseluruhan oleh anggota masyarakat. Penyebarluasan ungkapan tersebut melalui beberapa cara seperti dalam cerita, nasihat, upacara adat, nyanyian rakyat, dll. Hal ini di lakukan agar dapat menumbuhkan semangat kerja yang tinggi, sehingga setiap anggota masyarakat mampu mencari dan memanfaatkan peluang yang ada bahkan mampu pula menciptakan usaha-usaha baru yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka masing masing.
Dalam adat melayu, banyak menyerap nilai nilai agama islam , terdapat suatuungkapan yang mengatakan “ adat bersendikan syara, syarak besendikan kitabullah”.  Menurut ungkapan ini orang yang tidak bekerja , apalagi sengaja tidak mau bekerja, dianggap melalaikan kewajiban, melupakan tanggung jawab, menafikkan ajaran agama dan tuntunan adat istiadatserta mengabaikan tunjuk ajar yang banyak memberikan petuah tentang budaya kerja.sikap malas dan sikap lalai dianggap sikap tercela oleh masyarakat melayu, yang di sebut “ tak ingat hidup akan mati, tak ingat hutang yang di sandang, tak ingat beban yang dipikul “.
Oleh karena itu dalam masyarakat melayu, orang yang pemalas di rendahkan oleh masyarakatnya. Itulah sebabnya orang orang tua dahulu mengatakan :
Kalau malu di rendahkan orang
Bantinglah tulang pagi dan petang
Bekerja jangan lang kepalang
Gunakan akal mencari peluang
Di dalam bekerja jangan berlengah
Manfaatkan peluang mana yang ada
Kuatkan hati lapangkan dada
Kalau tak mau hidup melarat
Carilah kerja cepat cepat
Jangan di kira ringan dan berat
Asal sesuai dengan syariat
Budaya melayu juga mengajarkan etika kerja. Adapun konsep etika kerja dalam budaya melayu dapat di lihat dari pribahasa berikut ini :
1.     Biar lambat asal selamat
Orang-orang tua melayu, menekankan pada anak anaknya supaya berhati hati dalam bekerja dan mengambil keputusan.
1.     Tidak lari gunung di kejar
Orang melayu di sarankan tidak tergopoh gopoh dan selalu bersabar dalam bekerja, sebab dengan tergopoh gopoh hasilnya tidak baik.
2.     Awal di buat, akhir di ingat
Pekerjaan yang di kerjakan secara tergesa gesa selalu menimbulkan kesulitan dan tidak lengkap, tidak terurus. Oleh sebab itu, masyarakat melayu jika hendak membuat suatu aktivitas selalu di fikirkan semasak masaknyasehingga hasilnya maksimal
3.     Alang-alang berdawat, biarlah hitam
Jangan asal asalan dalam bekerja
4.     Kerja beragak-agak tidak menjadi, kerja berangsur angsur tidak bertahan
5.     Sifat padi, semakin berisi semakin merunduk
6.     Baru berlatih hendak berjalan, langsung bersembam
7.     Selera bagai taji, tulang bagai kanji, menanti nasi tersaji di mulut
8.     Bekerja jangan lah berulah dan degil
9.     Hemat dan cermat merupakan amalan terpuji bagi orang melayu

2.3  Pandangan orang Melayu Terhadap Kerja
Orang melayu yang mendasarkan budayanya dengan teras islam selalu memandang bahwa bekerjamerupakan ibadah, kewajiban dan tanggung jawab.bekerja sebagai ibadah merupakan hasil pemahaman orang melayu tehadap al-qur’an dan hadits nabi muhammad saw.  Di dalam al-qur’an mengatakan” apabila kamu telah selesai melaksanakan solat, bertebarlah kamu di muka bumi ( untuk mencari rezeki dan rahmat allah ). Pada ayat lain juga di katakan “ maka apabila telah selesai ( dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh sungguh (urusan) yang lain” ( QS. Alam nasyrah : 7).
Masalah budaya kerja sering kali muncul ketika kita membuat perbandingan, misalnya di antara suku-suku yang ada di indonesia, antara kaum pribumui dan non pribumi. Suku minang dan suku bugis di kenal sebagai suku suku pedagang. Dari profesi yang mereka tekuni inilah orang melihat bahwa kedua suku ini memiliki etos kerja yang tinggi. Kedua suku ini di kenal sebagai perantau di berbagai daerah,  sementara itu, bebrapa suku lainnya di indonesia di kenal mempunyai etos kerja yang rendah, sebut saja suku melayu yang di kenal atau sering di beri label stereotippemalas
Pandangan serupa juga di terapkan dalam menilai antara pribumi dan non pribumi. Orang orang cina sering kali dinilai mempunyai etos kerja yang tinggi bila di bandingkan dengan penduduk pribumi. Di kalangan masyarakat melayu sendiri muncul pengakuan bahwa orang melayu belum mempunyai budaya kerja yang tinggi . pada tahun 1970, mahathir bin muhammad mengemukakannya dalam the malay dilemma yang menyoroti perihal orang melayu. Mahatir menilai orang melayu di manjakan oleh lingkungan geografisnya, yang tidak mendorong orang melayu untuk bersaing, sehingga mereka menjadi lemah dan tidak mampu bekerja keras ( luthfi dalam hitami, 2005 : 112)
Pandangan yang menilai orang melayu tidak mempunyai semangat kerja dan terkesan malas tidak lah di setujui oleh semua pihak. S.H. alatas (1988) mengkritik  dengan keras tentang pendapat itu. Alatas mengatakan bahwa  pendapat yang di kemukakan oleh orang orang tersebut, di sebabkan oleh kurangnya wawasan mereka tentang ilmu ilmu sosial dan ketidak tahuan mereka dengan sejarah melayu. Alatas menolak anggapan tentang kemalasan orang melayu, karena kemalasan adalah konsep yang relatif, yang lebih di cirikan tidak adanya unsur penting dari padanya unsur penting. Kemalasan di cirikan oleh sikap mengelak terhadap keadaan yang seharusnya memerlukan usaha dan kerja keras

2.4   Mata Pencaharian Orang Melayu
Mata pencarian masyarakat orang melayu beraneka ragam, mulai dari usaha yang bergantung kepada alam sampai pada usaha yang mengandalkan jasa. Kekayaan yang di miliki oleh bumi melayu merupakan anugrah allah, dan membuat masyarakatnya hidup dalam serba cukup. Secara geografis, mata pencaharian tradisional masyarakat bisa di bagi dalam dua kelompok, yaitu, masyarakat yang hidup di daerah daratan yang berhutan lebat, bersungai sungai dan berawa rawa dan masyarakat yang hidup di daerah pesisir yang berlaut luas.maka usaha tradisionalpun di sesuaikan dengan keadaan kedua daerah tersebut.
Pada dasarnya, dahulu kedua jenis daerah ini sistem mata pencahariannya adalah dengan cara mengumpulkan bahan bahan makanan yang di sediakan alam.akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya masyarakatnya tidak bisa lagi menggantungkan kehidupannya hanya pada pemberian alam saja. Perkembangan ini lambat laun menimbulkan pula pembagian kerja secara alamiah. mereka yang hidup di pesisir akhirnya terdiri dari masyarakat taniu adan masyarakat nelayan. Dan mereka yang hidup di daerah pedalaman yang berhutan, bersungai dan berawa-rawa, dalam perkembangan kemudian lebih mengutamakan bercocok tanam dengan sistem ladang.
Paling kurang, ada delapan mata pencaharian tradisional masyarakat melayu. Kedelapan pencaharian ini di sebut juga tapak lapan, maksudnya dari situlah kehidupan berpijak atau bertumpu ( hamidy, 1999 : 212). Adapun tapak delapan tersebut adalah :
a.      Berkebun , seperti membuat kebun getah dan kebun kelapa
b.     Beladang, yakni menanam padi, jagung dan sayur-sayuran
c.      Beniro, yaitu mengambil air enau lalu menjadikannya manisan atau gula enau
d.     Beternak, seperti memelihara ayam, itik, kambing, sapi dan kerbau.
e.      Bertukang, membuat rumah, sampan, tongkang dan peralatan lainnya
f.      Berniaga atau menjadi saudagar
g.     Nelayan, yaitu mengambil hasil laut atau di sungai
h.     Mendulang ( mengambil emas disepanjang sungai ) serta mengambil hasil hutan berupa rotan, damar jelutung, dan lain lain sebagainya.

2.5  Pandangan Orang Melayu Terhadap Harta
Pandangan orang melayu terhadap harta benda pada umumnya sangat terpengaruh oleh ajaran islam, sehingga term-term yang di gunakan untuk mencari harta tersebut banyak mengandung simbol simbol islam. Mengenai harta benda, dalam pandangan orang melayu yang utama ialah “berkahnya dan bukan jumlahnya”. Harta yang bisa mendatangkan berkah adalah harta yang di peroleh dengan cara yang halal. Pandangan seperti ini tentu saja di pengaruhi oleh ajaran islam.
Karena itulah mereka cenderung mencari harta benda untuk sekedar untuk di pakai, kalau sudah berlebih lebihan mereka khawatir menjadi siksa. Dari pandangan seperti inilah, membuat orang melayutidak melakukan penumpukan harta atau mencari harta dengan jalan yang tidak benar.
Sebenarnya islam juga mengajarkan orang untuk jadi kaya, tentu saja dengan cara-cara yang benar, agar bisa membantu orang lain, baik dalam bentuk sedekah, infak, zakat dan ibadah lainnya.
Dari sisi lain, orang Melayu memandang kerja bukan semata-mata untuk kepentingan hidup didunia, tetapi juga untuk keselamatan hidup diakhirat. Oleh karenannya, kerja haruslah mampu membawa peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan duniawi, selain itu juga dapat menjadi bekal hidup di akhirat. Untuk itu pekerjaan haruslah yang halal, dilakukan secara ikhlas. Dalam ungkapan orang melayu dikatakan:
Apabila kena menurut sunnah
Manfaatnya sampai ke dalam tanah
Apa bila kena menurut syariat
Berkah melimpah dunia akhirat
Apabila kerja niatnya ikhlas
Dunia akhirat Allah membalas



















BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Seperti yang telah kita bahas bersama-sama tadi, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa gambaran tentang Budaya kerja masyarakat Melayu, serbagian besar masih terdapat dalam masyarakat Melayu, baik yang tinggal dikota maupun dikampung-kampung. Nilai luhur budaya Melayu ini tentulah akan member manfaat apabila disimak, di cerna, dan dihayati dengan baik dan benar. Mudah-mudahan dengan apa yang telah kami paparkan, kita semua dapat mengenal dan mengetahui bahwa masyarakat Melayu memiliki budaya kerjanya sendiri. Secara teoritis dan filosofis, orang Melayu memiliki budaya kerja yang hampir sempurna, walaupun banyak anggapan bahwa orang Melayu serba ketinggalan, perajuk dan sebagainya.

3.2  KRITIK DAN SARAN
Dalam makalah ini tentunya akan ada kekurangan-kekurangan argumentasi atau mugkin terdapat kekeliruan dalam penulisan atau susunan kata-kata, oleh karena itu kritik dan saran kami butuhkan guna perbaikan berikutnya. Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam, kami sarankan juga untuk membaca referensi-referensi lain yang terkait dengan pengaruh kebudayaan terhadap jiwa keagamaan.










DAFTAR PUSTAKA

Tenas, Efendi. 1989. Ungkapan Tradisional Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Dahril, Tengku.2000. Tamadun Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Husein, Ismail, dkk.2003. Etos Kerja DalamAcuan Budaya Melayu. Jakarta: Gema Insani Press
Hasbulla, Islam dan Tamadun Melayu, Riau : Penelitian dan Pengembangan fakultas ushuludin UIN SUSKA
Vanvanlana.blogspot.com/2011/06/budaya-kerja-masyarakat-melayu//html



JENIS-JENIS TOPOLOGI
OLEH : ADIVA RAFNI ELDI
KELAS : IX. 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar