KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Masyarakat Tamadun Melayu”Pada makalah ini kami
banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai
pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat
jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima
kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Taluk Kuantan, Juli 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................. i
Daftar
Isi...................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3
Tujuan..................................................................................................... ........ 2
BAB
II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1
Pengertian Tamadun ....................................................................................... 3
2.2 Etos Dan
Etika Tamadun ............................................................................... 3
2.3
Pandangan Orang Melayu Terhadap Kerja...................................................... 4
2.4
Mata
Pencaharian Orang Melayu.................................................................... 6
2.5 Etos Dan
Etika Kerja Dalam Budaya Melayu................................................ 7
2.6
Pandangan
Orang Melayu Terhadap Harta...................................................... 8
BAB
III PENUTUP...................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................................. 10
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................... 11
BAB I
1.1
Latar Belakang
Dalam kehidupan
orang melayu, etika atau budaya kerja mereka telah di wariskan oleh orang
tuanya secara turun menurun. Masyarakat
melayu dulunya memiliki budaya kerja yang di sebut “ semangat kerja” yang tinggi, semangat
yang mampu harkat dan martabat kaumnya”
untuk duduk sama rendah tegak sama tinggi” dengan masyarakat dan dengan
bangsa lain. Sedangkan, budaya kerja masyarakat
melayu yang lazim di sebut dengan “ pedoman kerja melayu “, di akui oleh
banyak ahli, karena hal ini sangat ideal dengan budaya kerja yang universal,
terutama di dunia islam.dengan modal “ pedoman kerja melayu” tersebut
masyarakat melayu mampu membangun negri dan kampung halaman, mereka juga mampu
mensejahterakan kehidupan masyarakat dan menghadapi persaingan.
Dalam ekonomi
melayu, perinsip keadilan dan kebersamaanmerupakan hal yang penting. Prinsip
dan kebersamaan dan tolong menolong juga merupakan dasar dalam ekonomi melayu.
Di dalam makalah ini, penulis sedikit membahas mengenai Etos Kerja Orang
Melayu. Dengan begitu, kita akan mengetahui sedikit banyak mengenai budaya
kerja orang melayu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tamadun dan melayu?
2. Bagaimana etos dan etika kerja dalam budaya
melayu?
3. Bagaimana pandangan orang melayu
terhadap kerja?
4. Apa mata pencaharian orang melayu?
5. Bagaimana pandangan orang melayu terhadap harta?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tamadun
dan melayu
2. Untuk mengetahui bagaimana etos dan etika kerja dalam budaya
melayu
3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan orang melayu
terhadap kerja
4. Untuk mengetahui apa mata pencaharian orang melayu
5. Untuk mengetahui bagaimana pandangan orang melayu terhadap harta
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Tamadun Dan Melayu
Pengertian tamadun yang berasal dari kata Arab “maddana”
yang berarti peradaban, dapat diartikan sebagai keadaan atau kondisi kehidupan
bermasyarakat yang bertambah maju. Oleh karenanya, melalui Pusat Kajian Tamadun
Melayu Nusantara, berbagai fenomena yang terkait dengan kehidupan masyarakat
Melayu, serta berbagai aspek yang menyertainya akan dipelajari, dikaji
diteliti, dan dikembangkan oleh para peneliti baik yang berasal dari UI maupun
dari luar UI.
Berbagai hasil penelitian yang nantinya akan dihasilkan oleh
Pusat Kajian Tamadun Melayu Nusantara dapat memberikan sumbangan atau
kontribusi yang signifikan bagi UI yang telah mencanangkan sebagai universitas
riset yang bertaraf nasional maupun internasional.
Hal yang menarik adalah penelitian tentang Tamadun Melayu
Nusantara dapat dilakukan dengan pendekatan yang bersifat multidisiplin atau
interdisiplin. Untuk itulah diperlukan juga suatu dialog kritis melalui
berbagai kerjasama dari berbagai pihak, baik institusi UI maupun institusi di
luar UI, agar penelitian tentang Tamadun Melayu Nusantara dapat bermanfaat
secara pragmatis bagi pendidikan, penelitian, dan masyarakat luas yang
membutuhkan wawasan kajian Tamadun Melayu Nusantara dengan benar.
2.2 Etos Dan Etika Kerja Dalam Budaya Melayu
Dalam kehidupan
orang melayu, etika atau budaya kerja mereka telah di wariskan oleh orang
tuanya secara turun menurun. Masyarakat
melayu dulunya memiliki budaya kerja yang di sebut “ semangat kerja” yang tinggi, semangat
yang mampu mengangkat harkat dan martabat kaumnya” untuk duduk sama rendah
tegak sama tinggi” dengan masyarakat dan dengan bangsa lain. Sedangkan,
budaya kerja masyarakat melayu yang
lazim di sebut dengan “ pedoman kerja melayu “, di akui oleh banyak
ahli.
Karena hal ini
sangat ideal dengan budaya kerja yang universal, terutama di dunia islam.Dengan
modal “ pedoman kerja melayu” tersebut masyarakat melayu mampu membangun
negri dan kampung halaman.Mereka juga mampu mensejahterakan kehidupan
masyarakat dan menghadapi persaingan.
Orang- orang
tua melayu dulu mengatakan “ berat tulang ringan lah perut “ maksutnya orang yang malas kerja hidupnya
akan melarat. “ sebaliknya, “ ringan tulang berat lah perut “ maksudnya
adalah barang siapa yang bekerja keras, hidupnya pasti akan tenang dan
berkecukupan. Di dalam untaian ungkapan masyarakat melayu di katakan :
Kalau hendak menjadi orang
Rajin rajin membanting tulang
Manfaatkan umur sebelum petang
Pahit dan getir usah di pantang
Kalau hendak menjadi manusia
Ringankan tulang habiskan daya
Kerja yang berat usah di kira
Pahit dan manis supaya di rasa
Kalau tak ingin mendapat malu
Ingatlah pesan ayah dan ibu
Bekerja jangan tunggu menunggu
Manfaatkan hidup sebelum layu
Ungkapan di
atas, dahulunya di sebarluaskan di tengah-tengah masyarakat di jabarkan, di
uraikan, dan di hayati secara keseluruhan oleh anggota masyarakat.
Penyebarluasan ungkapan tersebut melalui beberapa cara seperti dalam cerita,
nasihat, upacara adat, nyanyian rakyat, dll. Hal ini di lakukan agar dapat menumbuhkan
semangat kerja yang tinggi, sehingga setiap anggota masyarakat mampu mencari
dan memanfaatkan peluang yang ada bahkan mampu pula menciptakan usaha-usaha
baru yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka masing masing.
Dalam adat
melayu, banyak menyerap nilai nilai agama islam , terdapat suatuungkapan yang
mengatakan “ adat bersendikan syara, syarak besendikan kitabullah”. Menurut ungkapan ini orang yang tidak bekerja
, apalagi sengaja tidak mau bekerja, dianggap melalaikan kewajiban, melupakan
tanggung jawab, menafikkan ajaran agama dan tuntunan adat istiadatserta
mengabaikan tunjuk ajar yang banyak memberikan petuah tentang budaya
kerja.sikap malas dan sikap lalai dianggap sikap tercela oleh masyarakat
melayu, yang di sebut “ tak ingat hidup akan mati, tak ingat hutang yang di
sandang, tak ingat beban yang dipikul “.
Oleh karena itu
dalam masyarakat melayu, orang yang pemalas di rendahkan oleh masyarakatnya.
Itulah sebabnya orang orang tua dahulu mengatakan :
Kalau malu di
rendahkan orang
Bantinglah
tulang pagi dan petang
Bekerja jangan
lang kepalang
Gunakan akal
mencari peluang
Di dalam
bekerja jangan berlengah
Manfaatkan
peluang mana yang ada
Kuatkan hati
lapangkan dada
Kalau tak mau
hidup melarat
Carilah kerja
cepat cepat
Jangan di kira ringan
dan berat
Asal sesuai
dengan syariat
Budaya melayu juga mengajarkan etika
kerja. Adapun konsep etika kerja dalam budaya melayu dapat di lihat dari
pribahasa berikut ini :
1.
Biar lambat asal selamat
Orang-orang tua melayu, menekankan pada
anak anaknya supaya berhati hati dalam bekerja dan mengambil keputusan.
1. Tidak lari
gunung di kejar
Orang melayu di sarankan tidak tergopoh
gopoh dan selalu bersabar dalam bekerja, sebab dengan tergopoh gopoh hasilnya
tidak baik.
2. Awal di buat,
akhir di ingat
Pekerjaan yang di kerjakan secara
tergesa gesa selalu menimbulkan kesulitan dan tidak lengkap, tidak terurus.
Oleh sebab itu, masyarakat melayu jika hendak membuat suatu aktivitas selalu di
fikirkan semasak masaknyasehingga hasilnya maksimal
3. Alang-alang
berdawat, biarlah hitam
Jangan asal asalan dalam bekerja
4. Kerja
beragak-agak tidak menjadi, kerja berangsur angsur tidak bertahan
5. Sifat padi,
semakin berisi semakin merunduk
6. Baru berlatih
hendak berjalan, langsung bersembam
7. Selera bagai
taji, tulang bagai kanji, menanti nasi tersaji di mulut
8. Bekerja jangan
lah berulah dan degil
9. Hemat dan
cermat merupakan amalan terpuji bagi orang melayu
2.3
Pandangan orang Melayu Terhadap Kerja
Orang melayu
yang mendasarkan budayanya dengan teras islam selalu memandang bahwa
bekerjamerupakan ibadah, kewajiban dan tanggung jawab.bekerja sebagai ibadah
merupakan hasil pemahaman orang melayu tehadap al-qur’an dan hadits nabi
muhammad saw. Di dalam al-qur’an
mengatakan” apabila kamu telah selesai melaksanakan solat, bertebarlah kamu
di muka bumi ( untuk mencari rezeki dan rahmat allah ). Pada ayat lain juga
di katakan “ maka apabila telah selesai ( dari suatu urusan) kerjakanlah
dengan sungguh sungguh (urusan) yang lain” ( QS. Alam nasyrah : 7).
Masalah budaya
kerja sering kali muncul ketika kita membuat perbandingan, misalnya di antara
suku-suku yang ada di indonesia, antara kaum pribumui dan non pribumi. Suku
minang dan suku bugis di kenal sebagai suku suku pedagang. Dari profesi yang
mereka tekuni inilah orang melihat bahwa kedua suku ini memiliki etos kerja
yang tinggi. Kedua suku ini di kenal sebagai perantau di berbagai daerah, sementara itu, bebrapa suku lainnya di
indonesia di kenal mempunyai etos kerja yang rendah, sebut saja suku melayu
yang di kenal atau sering di beri label stereotip “ pemalas “
Pandangan
serupa juga di terapkan dalam menilai antara pribumi dan non pribumi. Orang
orang cina sering kali dinilai mempunyai etos kerja yang tinggi bila di
bandingkan dengan penduduk pribumi. Di kalangan masyarakat melayu sendiri muncul pengakuan
bahwa orang melayu belum mempunyai budaya kerja yang tinggi . pada tahun 1970,
mahathir bin muhammad mengemukakannya dalam the malay dilemma yang
menyoroti perihal orang melayu. Mahatir menilai orang melayu di manjakan oleh
lingkungan geografisnya, yang tidak mendorong orang melayu untuk bersaing,
sehingga mereka menjadi lemah dan tidak mampu bekerja keras ( luthfi dalam
hitami, 2005 : 112)
Pandangan yang
menilai orang melayu tidak mempunyai semangat kerja dan terkesan malas tidak
lah di setujui oleh semua pihak. S.H. alatas (1988) mengkritik dengan keras tentang pendapat itu. Alatas
mengatakan bahwa pendapat yang di
kemukakan oleh orang orang tersebut, di sebabkan oleh kurangnya wawasan mereka
tentang ilmu ilmu sosial dan ketidak tahuan mereka dengan sejarah melayu.
Alatas menolak anggapan tentang kemalasan orang melayu, karena kemalasan adalah
konsep yang relatif, yang lebih di cirikan tidak adanya unsur penting dari
padanya unsur penting. Kemalasan di cirikan oleh sikap mengelak terhadap
keadaan yang seharusnya memerlukan usaha dan kerja keras
2.4
Mata Pencaharian Orang Melayu
Mata pencarian
masyarakat orang melayu beraneka ragam, mulai dari usaha yang bergantung kepada
alam sampai pada usaha yang mengandalkan jasa. Kekayaan yang di miliki oleh
bumi melayu merupakan anugrah allah, dan membuat masyarakatnya hidup dalam
serba cukup. Secara geografis, mata pencaharian tradisional masyarakat bisa di
bagi dalam dua kelompok, yaitu, masyarakat yang hidup di daerah daratan yang
berhutan lebat, bersungai sungai dan berawa rawa dan masyarakat yang hidup di
daerah pesisir yang berlaut luas.maka usaha tradisionalpun di sesuaikan dengan
keadaan kedua daerah tersebut.
Pada dasarnya,
dahulu kedua jenis daerah ini sistem mata pencahariannya adalah dengan cara
mengumpulkan bahan bahan makanan yang di sediakan alam.akan tetapi, dalam
perkembangan selanjutnya masyarakatnya tidak bisa lagi menggantungkan
kehidupannya hanya pada pemberian alam saja. Perkembangan ini lambat laun
menimbulkan pula pembagian kerja secara alamiah. mereka yang hidup di pesisir
akhirnya terdiri dari masyarakat taniu adan masyarakat nelayan. Dan mereka yang
hidup di daerah pedalaman yang berhutan, bersungai dan berawa-rawa, dalam
perkembangan kemudian lebih mengutamakan bercocok tanam dengan sistem ladang.
Paling kurang,
ada delapan mata pencaharian tradisional masyarakat melayu. Kedelapan
pencaharian ini di sebut juga tapak lapan, maksudnya dari situlah kehidupan
berpijak atau bertumpu ( hamidy, 1999 : 212). Adapun tapak delapan tersebut
adalah :
a. Berkebun , seperti
membuat kebun getah dan kebun kelapa
b. Beladang, yakni menanam
padi, jagung dan sayur-sayuran
c. Beniro, yaitu
mengambil air enau lalu menjadikannya manisan atau gula enau
d. Beternak, seperti
memelihara ayam, itik, kambing, sapi dan kerbau.
e. Bertukang, membuat
rumah, sampan, tongkang dan peralatan lainnya
f. Berniaga atau menjadi
saudagar
g. Nelayan, yaitu
mengambil hasil laut atau di sungai
h. Mendulang ( mengambil
emas disepanjang sungai ) serta mengambil hasil hutan berupa rotan, damar
jelutung, dan lain lain sebagainya.
2.5 Pandangan Orang
Melayu Terhadap Harta
Pandangan orang
melayu terhadap harta benda pada umumnya sangat terpengaruh oleh ajaran islam,
sehingga term-term yang di gunakan untuk mencari harta tersebut banyak
mengandung simbol simbol islam. Mengenai harta benda, dalam pandangan orang
melayu yang utama ialah “berkahnya dan bukan jumlahnya”. Harta yang bisa
mendatangkan berkah adalah harta yang di peroleh dengan cara yang halal.
Pandangan seperti ini tentu saja di pengaruhi oleh ajaran islam.
Karena itulah
mereka cenderung mencari harta benda untuk sekedar untuk di pakai, kalau sudah
berlebih lebihan mereka khawatir menjadi siksa. Dari pandangan seperti inilah,
membuat orang melayutidak melakukan penumpukan harta atau mencari harta dengan
jalan yang tidak benar.
Sebenarnya
islam juga mengajarkan orang untuk jadi kaya, tentu saja dengan cara-cara yang
benar, agar bisa membantu orang lain, baik dalam bentuk sedekah, infak, zakat
dan ibadah lainnya.
Dari sisi
lain, orang Melayu memandang kerja bukan semata-mata untuk kepentingan hidup
didunia, tetapi juga untuk keselamatan hidup diakhirat. Oleh karenannya, kerja
haruslah mampu membawa peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan duniawi,
selain itu juga dapat menjadi bekal hidup di akhirat. Untuk itu pekerjaan
haruslah yang halal, dilakukan secara ikhlas. Dalam ungkapan orang melayu
dikatakan:
Apabila kena
menurut sunnah
Manfaatnya
sampai ke dalam tanah
Apa bila
kena menurut syariat
Berkah
melimpah dunia akhirat
Apabila
kerja niatnya ikhlas
Dunia
akhirat Allah membalas
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Seperti yang telah kita bahas
bersama-sama tadi, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa gambaran tentang Budaya
kerja masyarakat Melayu, serbagian besar masih terdapat dalam masyarakat
Melayu, baik yang tinggal dikota maupun dikampung-kampung. Nilai luhur budaya
Melayu ini tentulah akan member manfaat apabila disimak, di cerna, dan dihayati
dengan baik dan benar. Mudah-mudahan dengan apa yang telah kami paparkan, kita
semua dapat mengenal dan mengetahui bahwa masyarakat Melayu memiliki budaya
kerjanya sendiri. Secara teoritis dan filosofis, orang Melayu memiliki budaya
kerja yang hampir sempurna, walaupun banyak anggapan bahwa orang Melayu serba
ketinggalan, perajuk dan sebagainya.
3.2
KRITIK DAN SARAN
Dalam makalah ini tentunya akan ada
kekurangan-kekurangan argumentasi atau mugkin terdapat kekeliruan dalam
penulisan atau susunan kata-kata, oleh karena itu kritik dan saran kami
butuhkan guna perbaikan berikutnya. Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam, kami sarankan juga untuk membaca referensi-referensi lain yang
terkait dengan pengaruh kebudayaan terhadap jiwa keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Tenas, Efendi. 1989. Ungkapan
Tradisional Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Dahril, Tengku.2000. Tamadun Melayu.
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Husein, Ismail, dkk.2003. Etos Kerja
DalamAcuan Budaya Melayu. Jakarta: Gema Insani Press
Hasbulla, Islam dan Tamadun Melayu, Riau
: Penelitian dan Pengembangan fakultas ushuludin UIN SUSKA
Vanvanlana.blogspot.com/2011/06/budaya-kerja-masyarakat-melayu//html
JENIS-JENIS
TOPOLOGI
OLEH
: ADIVA RAFNI ELDI
KELAS
: IX. 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar