KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah, yang dengan limpahan rahmat, hidayah serta karunia-Nyalah kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “HUBUNGAN CUACA DAN IKLIM TERHADAP HAMA DAN
PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN KARET” dengan lancar dan tanpa hambatan. Hal ini
juga tidak terlepas dari dukungan dosen serta rekan-rekan yang membantu dalam
memberikan referensi.
Kami
mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini atas semua bantuan, bimbingan dan kemudahan yang telah
diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah untuk mata kulian
Agroklimatologi.
Meskipun
telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih belum sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan saran
dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya senantiasa akan
kami terima dengan tangan terbuka.
Akhirul
kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang telah
membimbing kami untuk membuat makalah ini.
Teluk Kuantan, Juni 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar........................................................................................................... i
Daftar
Isi.................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3
Tujuan Makalah....................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................................ 3
2.1
Penyesuaian............................................................................................. 3
2.2
Peramalan................................................................................................ 5
2.3
Pengubahsuaian....................................................................................... 6
2.4
Penyulihan............................................................................................... 6
BAB
III PENUTUP.................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 10
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karet merupakan komoditi ekspor yang
mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa
Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3
juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004.
Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar,
yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Sejumlah lokasi di Indonesia
memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada
di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005
tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan
hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta.
Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2
juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan
memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak
produktif yang sesuai untuk perkebunan karet.
Dengan memperhatikan adanya
peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan
datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui
perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang
efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang
bisa memberikan modal bagi petani atau perkebun swasta untuk membiayai
pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa saja tahap dalam Penyesuaian ?
2. Bagaimana
konsap dari Peramalan?
3. Apa
defenisi Pengubahsuaian dan bagaimana cara menerapkannya?
4. Bagamana cara Penyulihan terhadap
perkebunan karet?
1.3 Tujuan
Makalah
1.
Mengetahui apakah pengertian Penyesuaian
.
2. Mengetahui
bagaimana konsap dari Peramalan.
3. Mengetahui
apa defenisi Pengubahsuaian.
4. Mengetahui
bagamana cara Penyulihan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyesuaian
1. Iklim
Daerah
yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU.
Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai
produksinya juga terlambat (Suhendry, I. 2002).
Suhu
yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu optimal
rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari
yang cukup antara 5 sampai 7 jam (Santosa. 2007.).
2. Curah
Hujan
Tanaman
karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000
mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam,
Syam. 2009.).
3. Ketinggi
Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh
optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut.
Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman
karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).
4. Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan
tanaman karet. Angin yang kencang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet
yang berasal dari klon-klon tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada
tanah latosol, podsolik merah kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut
sekalipun (Maryadi. 2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang
pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet Untuk lahan kering/darat tidak
susah dalam mensiasati penanaman karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu
adanya trik-trik khusus untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut
antara lain dengan pembuatan petak-petak guludan tanam, jarak tanam dalam
barisan agar lebih diperapat. Metode ini dipakai berguna untuk memecah terpaan
angin (Deptan. 2006.).
5. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan
tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan
dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah
dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan
pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup
baik terutama struktur,btekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan
drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan
haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya
terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,
0 – pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat
tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
· Sulum tanah sampai 100 cm, tidak
terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
· Tekstur tanah remah, poreus dan
dapat menahan air
· Struktur terdiri dari 35% liat dan
30% pasir
· Kandungan hara NPK cukup dan tidak
kekurangan unsur hara mikro
· Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
· Kemiringan tanah < 16% dan
· Permukaan air tanah < 100 cm
2.2 Peramalan
Peramalan adalah pengelolaan suatu usaha pertanian
dengan menduga cuaca (iklim) yang akan terjadi di suatu wilayah. sesuai dengan
pengertian nya maka peramalan untuk penanaman karet adalah memperhatikan bentuk
tanah dan musim. Tanaman
karet umumnya lebih mempersyaratkan keadaan tanah dari sisi sifat fisiknya
dibandingkan sifat kimianya.
Tanaman
karet ( Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15
– 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki
percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah
tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung
getah yang dikenal dengan nama lateks (Dewi, 2008). Sesuai dengan habitat
aslinya di Amerika Selatan, terutama di Brazil yang beriklim tropis, maka karet
juga cocok ditanam di daerah-daerah tropis lainnya. Daerah tropis yang
baik ditanami karet mencakup luasan antara 15o Lintang Utara sampai
10o Lintang Selatan. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya tetap menyimpan
kelembapan yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata – rata 25 – 30o C. Apabila
dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20o C,
maka tanaman karet tidak cocok di tanam di daerah tersebut.
Pada
daerah yang suhunya terlalu tinggi, pertumbuhan tanaman karet tidak optimal
(Setiawan, 2000). Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara
1-600 m dari permukaan laut. Curah hujan yang cukup tinggi antara
2000-2500 mm setahun. Akan lebih baik lagi apabila curah hujan itu merata
sepanjang tahun (Nazarrudin dan Paimin, 2006).
Sebaiknya melakukan penanaman karet disaat musim
hujan karena dapat menyuburkan tanah dan mempercepat pertumbuhan karet.
Biasanya karet siap sisadap setelah berumus 5 - 6 tahun. Penulis memperkirakan
jika karet ditaman saat musim hujan maka saat waktunya karet siap disadap pohon
karet dalam kondisi yang subur dan mengeluarkan banyak getah.
2.3 Penguabahsuaian
Pengubahsuaian yang dapat dilakukan untuk tanaman tanaman perkebuna karet misalnya jika tanaman karet dalam kondisi
yang sangat gersang atau tidak subur, daun berguguran, dan mengeluarkan sedikit
getah maka kita dapat melakukan pemupukan yang tepat bertujuan untuk
memperbaiki kondisi tanaman agar tumbuh dengan baik. Tanaman karet yang dipupuk
dengan baik akan mempunyai struktur akar yang lebih lebar yang akan membuat
tanaman mampu menggunakan air tanah lebih efektif.
Pemberian pupuk berjumlah dua kali
lebih tinggi dari dosis yang dianjurkan, secara signifikan akan berpengaruh
pada ketahanan tanaman terhadap kekeringan, yang ditujukkna dengan perkembangan
ukuran lingkar batang yang lebih baik. Teknik ini hanya dianjurkan bila supplai
air tanah kurang dari 30%.
Ketika
musim kemarau atau masa kekeringan hamper tiba disarankan untuk melakukan
pembarantasan gulma guna meminimalisir kompetisi penggunaan air, unsur hara dan
cahaya antara tanaman yang dibudidayakan dengan gulma/rumput-rumputan.
Melakukan monitoring dan evaluasi pada daerah rawan kebakaran di musim
kemarau/kekeringan dan membangun resapan "biopori" pada daerah
dataran tinggi sebagai penampung air. Cara lain yang lebih efesien adalah
menerapkan teknik konservasi air dan penggunaan air yang efisien seperti
membangunan kolam penampung air di dataran tinggi.
2.4 Penyulihan
Perubahan cuaca dan iklim sangat berdampak besar
pada tanaman karet. Perubahan iklim seperti pemanasan bumi (global warming) menyebabkan perubahan iklim di
Indonesia yang cenderung ekstrim yang berakibat terjadinya perubahan musim bila
musim hujan banjir dan pada musim kemarau kekeringan. Iklim ekstrim ini
berdampak terhadap pertumbuhan tanaman baik tanaman pangan maupun tanaman
perkebunan termasuk tanaman karet. Untuk mengurangi (mitigasi) dampak perubahan
iklim terhadap tanaman karet salah satu komoditi penyumbang devisa negara,
sehingga perlu dilakukan berbagai upaya baik jangka panjang maupun jangka
pendek.
Kekeringan
yang berkepanjangan akan menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman
karet antara lain sebagai berikut:
1) Pohon di bedeng pembibitan akan
berguguran daunnya dan selanjutnya produksti mata tunas untuk okulasi akan
menurun;
2) Pertumbuhan tanaman belum
menghasilkan menjadi terhambat dan kritis terhadap kebakaran;
3) Periode penyadapan menjadi mundur;
4) Menurunnya produksi lateks sekitar
10% dari rata-rata produksi normal.
Upaya mitigasi jangka pendek pada tanaman karet dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Membuat rorak yang dikombinasikan
dengan penanaman tanaman penghasil pupuk hijau/suplai mulsa dengan tujuan untuk
menangkap dan mengawetkan air hujan dan sekaligus mencegah erosi. Rorak diisi dengan
mulsa yang disusun diantara tanaman yang belum menghasilkan untuk menahan
runoff selama musim penghujan. Air yang tertahan dalam rorak akan mempercepat
pembusukan mulsa, yang akan meningkatkan perkembangan cacing tanah dan
mikroorganisme pembusuk, dan tahapan selanjutnya adalah cukup tersedianya bahan
organik yang siap digunakan untuk pupuk tanaman. Rorak juga bermanfaat untuk
meningkatkan poros kapiler tanah sehingga meningkatkan kapasitas menahan air
tanah. Selanjutnya air yang tertahan akan dapat digunakan untuk suplai tanaman
selama musim kering.
2. Pembuatan kolam sebagai sarana untuk
penampungan air dan sekaligus untuk
distribusi
air. Kolam dapat dibuat secara permanen maupun tidak permanen.
Kolam permanen, kolam yang dibangun dengan menggunakan bahan beton dan bahan kedap air lainnya, kolam jenis ini umumnya mampu menyerap dan menahan air sekitar 65% dari volume hujan di daerah tangkapan air hujan. Kolam permanen cocok untuk daerah dengan tipe tanah dengan permeabilitas tinggi. Kolam semi permanen, dibangun dari formasi timbunan tanah, dengan kemampuan menyerap dan menahan air sekitar 30-50% dari volume hujan di daerah tangkapan air hujan. Kolam semi permanen cocok dibangun didaerah dengan tanah yang mempunyai permeabilitas lebih rendah.
Kolam permanen, kolam yang dibangun dengan menggunakan bahan beton dan bahan kedap air lainnya, kolam jenis ini umumnya mampu menyerap dan menahan air sekitar 65% dari volume hujan di daerah tangkapan air hujan. Kolam permanen cocok untuk daerah dengan tipe tanah dengan permeabilitas tinggi. Kolam semi permanen, dibangun dari formasi timbunan tanah, dengan kemampuan menyerap dan menahan air sekitar 30-50% dari volume hujan di daerah tangkapan air hujan. Kolam semi permanen cocok dibangun didaerah dengan tanah yang mempunyai permeabilitas lebih rendah.
3. Suplai pupuk hijau dan mulsa yang
bertujuan untuk mengawetkan air tanah dan kelembaban tanah agar tetap dalam
kondisi yang cocok untuk perkembangan tanaman. Selain itu mulsa juga dapat
bermanfaat menjaga agregat tanah dan mempercepat tingkat infiltrasi air, menekan
pertumbuhan gula sekaligus meningkatkan aktifitas biologis serta tingkat
kesuburan tanah. Tanah yang bermulsa dapat menjaga suhu permukaan tanah pada
kisaran 25 derajat Celcius. Mulsa dengan jumlah 6 ton/hektar dapat menekan
penguapan hinga 30%. Manfaat lain adalah, mulsa mendorong tanaman yang belum
menghasilkan untuk tumbuh sehat dan mempercepat pencapaian ukuran tanaman siap
sadap.
4. Penyesuaian jadwal penanaman dengan
mempertimbangkan prakiraan cuaca untu meminimalisir resiko kehilangan hasil
produksi.
5. Melakukan pemupukan yang tepat
bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanaman agar tumbuh dengan baik. Tanaman
karet yang dipupuk dengan baik akan mempunyai struktur akar yang lebih lebar
yang akan membuat tanaman mampu menggunakan air tanah lebih efektif. Pemberian
pupuk K berjumlah dua kali leih tinggi dari dosis yang dianjurkan, secara
signifikan akan berpengaruh pada ketahanan tanaman terhadap kekeringan, yang
ditujukkna dengan perkembangan ukuran lingkar batang yang lebih baik. Teknik
ini hanya dianjurkan bila supplai air tanah kurang dari 30%.
6. Pemberantasan gulma yang
dilaksanakan ketika kekeringan akan segera tiba guna meminimalisir kompetisi
penggunaan air, unsur hara dan cahaya antara tanaman yang dibudidayakan dengan
gulma/rumput-rumputan.
7. Implementasi pengendalian hama
terpadu melalui konservasi musuh alami, peningkatan keanekaragaman (diversity)
tanaman, mengintensifkan pests surveillance yang berkelanjutan dan penggunaan
pestisida secara selektif.
8. Melakukan monitoring kebakaran
secara intensif terutama didaerah yang banyak rumput/semak belukar dan kaya
mulsa.
9. Menggunakan varietas yang tahan
kekeringan seperti Klon GT 1 yang lebih tahan terhadap kekeringan daripada klon
RRIM.
Upaya
yang dilakukan dalam jangka panjang antara lain:
1) membangun kebun bibit dengan benih
yang toleran terhadap kekeringan.
2) penanaman tanaman pupuk hijau
seperti rumput guatemala (Azolla spp).
3) menerapkan teknik konservasi air dan
penggunaan air yang efisien antara lain melalui pembangunan kolam penampung air
di dataran tinggi.
4) perbaikan daerah aliran sungai (DAS) dengan
menanam tanaman perkebunan sepanjang sempadan sungai didaerah hulu sungai.
5) membangun resapan
"biopori" pada daerah dataran tinggi.
6) pengembangan pengelolaan air dengan memadukan
komponen sumberdaya manusia dan sumberdaya alam.
7) melakukan perbaikan daerah lahan
kritis melalui perbaikan vegetasi dan ekologi; dan
8) melakukan monitoring dan evaluasi
pada daerah rawan kebakaran di musim kemarau/kekeringan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karet merupakan salah satu
komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia. Untuk mendapatkan hasil
getah karet yang optimal dengan kualitas tinggi, tanaman karet tentu pelru
dikembangkan dengan cara budidaya yang tepat. Hal yang mendasar dan
penting hatus diperhatikan dalam berkebun karet adalah cuaca dan iklim.
Uraian diatas sangat membuktikan
pentingnya memperhatikan cuaca dan iklim ini. Ada 4 tahap dalam pengelolaan
cuaca yaitu penyesuaian, peramalan, pengubahsuaian, dan penyulihan.
DAFTAR PUSTAKA
Nazarrudin dan Paimi. 2006.
Karet, Strategi Pemasaran dan Pengolahan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan dan Andoko. 2005.
Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet . Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sianturi, H. S. D. 2001. Budidaya
Tanaman Karet . Universitas Sumaera Utara Press, Meda.
Dewi, R. I. 2008. Panduan
Lengkap Karet . Universitas Padjadjaran. Bandung.
Setiawan, 2000. Usaha Pembudidayaan
Karet . Penebar Swadaya. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar