Senin, 05 Desember 2016

MAKALAH HUBUNGAN CUACA DAN IKLIM TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN KARET



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, yang dengan limpahan rahmat, hidayah serta karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “HUBUNGAN CUACA DAN IKLIM TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN KARET” dengan lancar dan tanpa hambatan. Hal ini juga tidak terlepas dari dukungan dosen serta rekan-rekan yang membantu dalam memberikan referensi.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini atas semua bantuan, bimbingan dan kemudahan yang telah diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah untuk mata kulian Agroklimatologi.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya senantiasa akan kami terima dengan tangan terbuka.
Akhirul kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang telah membimbing kami untuk membuat makalah ini.




Teluk Kuantan,   Juni 2015


                Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................        i
Daftar Isi....................................................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................        1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................        1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................        2
1.3 Tujuan Makalah.......................................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................        3
2.1 Penyesuaian.............................................................................................        3
2.2 Peramalan................................................................................................        5
2.3 Pengubahsuaian.......................................................................................        6
2.4 Penyulihan...............................................................................................        6
BAB III PENUTUP....................................................................................................      10
3.1  Kesimpulan.............................................................................................      10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................      11









BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia.   Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada  tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004.  Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan.  Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.  Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta.  Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta  ton.  Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui  perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa  memberikan modal bagi petani atau perkebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.


1.2       Rumusan Masalah
1.     Apa saja tahap dalam Penyesuaian ?
2.     Bagaimana konsap dari Peramalan?
3.     Apa defenisi Pengubahsuaian dan bagaimana cara menerapkannya?
4.     Bagamana cara Penyulihan terhadap perkebunan karet?

1.3  Tujuan Makalah
1.     Mengetahui apakah pengertian Penyesuaian .
2.     Mengetahui bagaimana konsap dari Peramalan.
3.     Mengetahui apa defenisi Pengubahsuaian.
4.     Mengetahui bagamana cara Penyulihan.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Penyesuaian
1.     Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat (Suhendry, I. 2002).
Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu optimal rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam (Santosa. 2007.).
2.     Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam, Syam. 2009.).
3.     Ketinggi Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).
4.     Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada tanah latosol, podsolik merah kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut sekalipun (Maryadi. 2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam mensiasati penanaman karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu adanya trik-trik khusus untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain dengan pembuatan petak-petak guludan tanam, jarak tanam dalam barisan agar lebih diperapat. Metode ini dipakai berguna untuk memecah terpaan angin (Deptan. 2006.).
5.     Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur,btekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 – pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
·       Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
·       Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
·       Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
·       Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
·       Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
·       Kemiringan tanah < 16% dan
·       Permukaan air tanah < 100 cm

                                                                                


2.2  Peramalan
Peramalan adalah pengelolaan suatu usaha pertanian dengan menduga cuaca (iklim) yang akan terjadi di suatu wilayah. sesuai dengan pengertian nya maka peramalan untuk penanaman karet adalah memperhatikan bentuk tanah dan musim. Tanaman karet umumnya lebih mempersyaratkan keadaan tanah dari sisi sifat fisiknya dibandingkan sifat kimianya.
Tanaman karet ( Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan  berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15  –  25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Dewi, 2008). Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama di Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di daerah-daerah tropis lainnya. Daerah tropis yang  baik ditanami karet mencakup luasan antara 15o Lintang Utara sampai 10o Lintang Selatan. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya tetap menyimpan kelembapan yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata  – rata 25  –  30o C. Apabila dalam jangka waktu  panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20o C, maka tanaman karet tidak cocok di tanam di daerah tersebut.
Pada daerah yang suhunya terlalu tinggi, pertumbuhan tanaman karet tidak optimal (Setiawan, 2000). Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1-600 m dari  permukaan laut. Curah hujan yang cukup tinggi antara 2000-2500 mm setahun. Akan lebih  baik lagi apabila curah hujan itu merata sepanjang tahun (Nazarrudin dan Paimin, 2006).
Sebaiknya melakukan penanaman karet disaat musim hujan karena dapat menyuburkan tanah dan mempercepat pertumbuhan karet. Biasanya karet siap sisadap setelah berumus 5 - 6 tahun. Penulis memperkirakan jika karet ditaman saat musim hujan maka saat waktunya karet siap disadap pohon karet dalam kondisi yang subur dan mengeluarkan banyak getah.
2.3  Penguabahsuaian
Pengubahsuaian yang dapat dilakukan untuk tanaman tanaman perkebuna karet misalnya jika tanaman karet dalam kondisi yang sangat gersang atau tidak subur, daun berguguran, dan mengeluarkan sedikit getah maka kita dapat melakukan pemupukan yang tepat bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanaman agar tumbuh dengan baik. Tanaman karet yang dipupuk dengan baik akan mempunyai struktur akar yang lebih lebar yang akan membuat tanaman mampu menggunakan air tanah lebih efektif.
Pemberian pupuk berjumlah dua kali lebih tinggi dari dosis yang dianjurkan, secara signifikan akan berpengaruh pada ketahanan tanaman terhadap kekeringan, yang ditujukkna dengan perkembangan ukuran lingkar batang yang lebih baik. Teknik ini hanya dianjurkan bila supplai air tanah kurang dari 30%.
Ketika musim kemarau atau masa kekeringan hamper tiba disarankan untuk melakukan pembarantasan gulma guna meminimalisir kompetisi penggunaan air, unsur hara dan cahaya antara tanaman yang dibudidayakan dengan gulma/rumput-rumputan. Melakukan monitoring dan evaluasi pada daerah rawan kebakaran di musim kemarau/kekeringan dan membangun resapan "biopori" pada daerah dataran tinggi sebagai penampung air. Cara lain yang lebih efesien adalah menerapkan teknik konservasi air dan penggunaan air yang efisien seperti membangunan kolam penampung air di dataran tinggi.

2.4  Penyulihan
Perubahan cuaca dan iklim sangat berdampak besar pada tanaman karet. Perubahan iklim seperti pemanasan bumi (global warming) menyebabkan perubahan iklim di Indonesia yang cenderung ekstrim yang berakibat terjadinya perubahan musim bila musim hujan banjir dan pada musim kemarau kekeringan. Iklim ekstrim ini berdampak terhadap pertumbuhan tanaman baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan termasuk tanaman karet. Untuk mengurangi (mitigasi) dampak perubahan iklim terhadap tanaman karet salah satu komoditi penyumbang devisa negara, sehingga perlu dilakukan berbagai upaya baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Kekeringan yang berkepanjangan akan menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman karet antara lain sebagai berikut:
1)       Pohon di bedeng pembibitan akan berguguran daunnya dan selanjutnya produksti mata tunas untuk okulasi akan menurun;
2)       Pertumbuhan tanaman belum menghasilkan menjadi terhambat dan kritis terhadap kebakaran;
3)       Periode penyadapan menjadi mundur;
4)       Menurunnya produksi lateks sekitar 10% dari rata-rata produksi normal.
Upaya mitigasi jangka pendek pada tanaman karet dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1.     Membuat rorak yang dikombinasikan dengan penanaman tanaman penghasil pupuk hijau/suplai mulsa dengan tujuan untuk menangkap dan mengawetkan air hujan dan sekaligus mencegah erosi. Rorak diisi dengan mulsa yang disusun diantara tanaman yang belum menghasilkan untuk menahan runoff selama musim penghujan. Air yang tertahan dalam rorak akan mempercepat pembusukan mulsa, yang akan meningkatkan perkembangan cacing tanah dan mikroorganisme pembusuk, dan tahapan selanjutnya adalah cukup tersedianya bahan organik yang siap digunakan untuk pupuk tanaman. Rorak juga bermanfaat untuk meningkatkan poros kapiler tanah sehingga meningkatkan kapasitas menahan air tanah. Selanjutnya air yang tertahan akan dapat digunakan untuk suplai tanaman selama musim kering.
2.     Pembuatan kolam sebagai sarana untuk penampungan air dan sekaligus untuk
distribusi air. Kolam dapat dibuat secara permanen maupun tidak permanen.
Kolam permanen, kolam yang dibangun dengan menggunakan bahan beton dan bahan kedap air lainnya, kolam jenis ini umumnya mampu menyerap dan menahan air sekitar 65% dari volume hujan di daerah tangkapan air hujan. Kolam permanen cocok untuk daerah dengan tipe tanah dengan permeabilitas tinggi. Kolam semi permanen, dibangun dari formasi timbunan tanah, dengan kemampuan menyerap dan menahan air sekitar 30-50% dari volume hujan di daerah tangkapan air hujan. Kolam semi permanen cocok dibangun didaerah dengan tanah yang mempunyai permeabilitas lebih rendah.
3.     Suplai pupuk hijau dan mulsa yang bertujuan untuk mengawetkan air tanah dan kelembaban tanah agar tetap dalam kondisi yang cocok untuk perkembangan tanaman. Selain itu mulsa juga dapat bermanfaat menjaga agregat tanah dan mempercepat tingkat infiltrasi air, menekan pertumbuhan gula sekaligus meningkatkan aktifitas biologis serta tingkat kesuburan tanah. Tanah yang bermulsa dapat menjaga suhu permukaan tanah pada kisaran 25 derajat Celcius. Mulsa dengan jumlah 6 ton/hektar dapat menekan penguapan hinga 30%. Manfaat lain adalah, mulsa mendorong tanaman yang belum menghasilkan untuk tumbuh sehat dan mempercepat pencapaian ukuran tanaman siap sadap.
4.     Penyesuaian jadwal penanaman dengan mempertimbangkan prakiraan cuaca untu meminimalisir resiko kehilangan hasil produksi.
5.     Melakukan pemupukan yang tepat bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanaman agar tumbuh dengan baik. Tanaman karet yang dipupuk dengan baik akan mempunyai struktur akar yang lebih lebar yang akan membuat tanaman mampu menggunakan air tanah lebih efektif. Pemberian pupuk K berjumlah dua kali leih tinggi dari dosis yang dianjurkan, secara signifikan akan berpengaruh pada ketahanan tanaman terhadap kekeringan, yang ditujukkna dengan perkembangan ukuran lingkar batang yang lebih baik. Teknik ini hanya dianjurkan bila supplai air tanah kurang dari 30%.
6.     Pemberantasan gulma yang dilaksanakan ketika kekeringan akan segera tiba guna meminimalisir kompetisi penggunaan air, unsur hara dan cahaya antara tanaman yang dibudidayakan dengan gulma/rumput-rumputan.
7.     Implementasi pengendalian hama terpadu melalui konservasi musuh alami, peningkatan keanekaragaman (diversity) tanaman, mengintensifkan pests surveillance yang berkelanjutan dan penggunaan pestisida secara selektif.
8.     Melakukan monitoring kebakaran secara intensif terutama didaerah yang banyak rumput/semak belukar dan kaya mulsa.
9.     Menggunakan varietas yang tahan kekeringan seperti Klon GT 1 yang lebih tahan terhadap kekeringan daripada klon RRIM.
Upaya yang dilakukan dalam jangka panjang antara lain:
1)     membangun kebun bibit dengan benih yang toleran terhadap kekeringan.
2)     penanaman tanaman pupuk hijau seperti rumput guatemala (Azolla spp).
3)     menerapkan teknik konservasi air dan penggunaan air yang efisien antara lain melalui pembangunan kolam penampung air di dataran tinggi.
4)      perbaikan daerah aliran sungai (DAS) dengan menanam tanaman perkebunan sepanjang sempadan sungai didaerah hulu sungai.
5)     membangun resapan "biopori" pada daerah dataran tinggi.
6)      pengembangan pengelolaan air dengan memadukan komponen sumberdaya manusia dan sumberdaya alam.
7)     melakukan perbaikan daerah lahan kritis melalui perbaikan vegetasi dan ekologi; dan
8)     melakukan monitoring dan evaluasi pada daerah rawan kebakaran di musim kemarau/kekeringan.








BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia. Untuk mendapatkan hasil getah karet yang optimal dengan kualitas tinggi, tanaman karet tentu pelru dikembangkan dengan cara budidaya yang tepat. Hal yang mendasar dan penting hatus diperhatikan dalam berkebun karet adalah cuaca dan iklim.
Uraian diatas sangat membuktikan pentingnya memperhatikan cuaca dan iklim ini. Ada 4 tahap dalam pengelolaan cuaca yaitu penyesuaian, peramalan, pengubahsuaian, dan penyulihan.














DAFTAR PUSTAKA


Nazarrudin dan Paimi. 2006.  Karet, Strategi Pemasaran dan Pengolahan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan dan Andoko. 2005.  Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet . Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sianturi, H. S. D. 2001. Budidaya Tanaman Karet . Universitas Sumaera Utara Press, Meda.
Dewi, R. I. 2008.  Panduan Lengkap Karet . Universitas Padjadjaran. Bandung. 
Setiawan, 2000. Usaha Pembudidayaan Karet . Penebar Swadaya. Jakarta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar