KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Perencanaan
Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia”Pada makalah ini kami banyak mengambil
dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh
sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Taluk
Kuantan, November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................. i
Daftar
Isi...................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................ 3
1.3
Tujuan.............................................................................................................. 3
BAB
II PEMBAHASAN.............................................................................................. 4
2.1
Hakekat Pengembangan SDM......................................................................... 4
2.2 Pengembangan SDM Melalui
Pendidikan....................................................... 5
2.3 Peranan Pendidikan Dalam
Meningkatkan Sumber Daya Manusia............... 7
2.4 Pengertian dan strategi Manajemen
SDM Pendidikan.......................... ........ 9
BAB
III PENUTUP...................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................................. 10
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber
daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan.
Secara makro, faktor-faktor masukan pembangunan, seperti sumber daya alam,
material dan finansial tidak akan memberi manfaat secara optimal untuk
perbaikan kesejahteraan rakyat bila tidak didukung oleh memadainya ketersediaan
faktor SDM, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pelajaran yang dapat
dipetik dari berbagai negara maju adalah, bahwa kemajuan yang dicapai oleh
bangsa-bangsa di negara-negara tersebut didukung oleh SDM yang berkualitas.
Jepang,
misalnya, sebagai negara pendatang baru (late comer) dalam kemajuan
industri dan ekonomi memulai upaya mengejar ketertinggalannya dari
negara-negara yang telah lebih dahulu mencapai kemajuan ekonomi dan industri
(fore runners) seperti Jerman, perancis dan Amerika dengan cara memacu
pengembangan SDM (Ohkawa dan Kohama 1989). Pengembangan SDM pada intinya
diarahkan dalam rangka meningkatkan kualitasnya, yang pada gilirannya akan
dapat meningkatkan produktivitas. Hasil berbagai studi menunjukkan, bahwa
kualitas SDM merupakan faktor penentu produktivitas, baik secara makro maupun
mikro.
Sumber
Daya Manusia (SDM) secara makro adalah warga negara suatu bangsa khususnya yang
telah memasuki usia angkatan kerja yg memiliki potensi untuk berperilaku
produktif (dengan atau tanpa pendidikan formal) yg mampu memenuhi kebutuhan
hidup sendiri dan keluarganya yang berpengaruh pada tingkat kesejahteraan
masyarakat di lingkungan bangsa atau negaranya. Kualitas SDM Makro sangat
dipengaruhi oleh kualitas kesehatan (fisik dan psikis), kualitas pendidikan
informal dan formal (yang berhubungan dengan keterampilan/keahlian kerja),
kepribadian terutama moral/agama, tingkat kesejahteraan hidup dan ketersediaan
lapangan kerja yang relevan.
Dalam
konteks mikro, Sumber Daya Manusia adalah manusia/orang yang bekerja di
lingkungan sebuah organisasi yang disebut pegawai, karyawan, personil, pimpinan
/ manajer, pekerja, tenaga kerja, majikan buruh dll. Di lingkungan organisasi
bidang pendidikan adalah semua pegawai administratif, pendidik /guru, dosen
serta tenaga kependidikan lainnya. Dalam kenyataannya manusia (SDM) dengan
organisasi sebagai wadah untuk mewujudkan hakikat kemanusiaan dan untuk
memenuhi kebutuhan (need) manusia memiliki hubungan yang sangat / kuat.
Hubungan tersebut sebagai berikut : Oleh karena itu SDM diperlukan oleh setiap
institusi kemasyarakatan dan organisasi. Berbagai institusi kemasyarakatan,
seperti institusi keluarga, institusi ekonomi, dan institusi keagamaan, SDM
merupakan unsur penting dalam pembinaan dan pengembangannya.
Demikian
pula dalam organisasi, SDM berperan sangat penting dalam pengembangannya,
terutama bila diinginkan pencapaian tujuan yang optimal. Bila tujuan akhir
setiap kegiatan pembangunan, baik dalam konteks makro maupun mikro, adalah
peningkatan taraf hidup, maka optimalisasi pencapaian tujuan itu adalah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia secara optimal. Berdasarkan konsep di
atas, dukungan SDM yang berkualitas sangat menentukan keoptimalan keberhasilan
pencapaian tujuan itu.
Kualitas
SDM ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, di antaranya
kesehatan dan kemampuan. Faktor kemampuan sebagai salah satu faktor penentu
kualitas SDM bisa dikembangkan di antaranya melalui pendidikan. Jadi,
pendidikan merupakan suatu upaya dalam proses pengembangan SDM (Maginson, Joy
Mattews, dan Banfield, 1993).
1.2 Rumusan Masalah
1.
Hakekat
Pengembangan SDM
2.
Pengembangan
SDM Melalui Pendidikan
3.
Peranan
Pendidikan Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia
4.
Pengertian
dan strategi Manajemen SDM Pendidikan
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah selain memenuhi tugas dosen, dalam rangka
pengambilan nilai, juga dijadikan bahan diskusi kelompok pada mata kuliah
manajemen pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Pengembangan SDM
Pengertian
SDM ada dua macam, yaitu:
1) Derajat kualitas usaha yang
ditampilkan seseorang yang terlibat dalam proses produksi untuk menghasilkan
barang atau jasa, dan
2) Manusia yang memiliki kemampuan
kerja untuk menghasilkan produksi, baik barang atau jasa (Simanjuntak, 1985).
Perbedaan
antara kedua pengertian di atas terletak pada derajat kualitas manusia itu
sendiri. Pada pengertian pertama, manusia dipandang sebagai SDM bila memiliki
kualitas yang sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan usaha. Dalam konteks makro,
ciri yang menandainya adalah kualitas untuk melaksanakan perubahan dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat, sedangkan dalam konteks mikro adalah
kualitas untuk melakukan proses produksi, misalnya dalam suatu organisasi
bisnis atau industri. Jadi, manusia menjadi SDM apabila dia terlibat
dalam proses produksi dan kualitas kemampuan yang dimilikinya sesuai untuk
menghasilkan produksi itu. Pada pengertian kedua, aspek kualitas tidak
ditonjolkan.
Karena
pada dasarnya setiap individu manusia yang termasuk pada kategori angkatan
kerja itu terlibat atau dapat dilibatkan dalam proses pembangunan atau proses
produksi, maka dalam kondisi memiliki kemampuan apapun dia termasuk kategori
SDM, apabila dia terlibat dalam proses itu. Bila belum terlibat, dia masih
dikategorikan sebagai potensi. Oleh sebab ada persyaratan keterlibatan, baik
pada pengertian pertama maupun pada pengertian kedua, maka pemanfaatan
kemampuan dalam proses pembangunan nasional maupun dalam proses produksi
merupakan indikator utama proses pengembangan SDM.
Artinya,
upaya apapun yang diarahkan untuk meningkatkan kompetensi, akan termasuk pada
upaya pengembangan SDM apabila dikaitkan dengan pemanfaatannya dalam
pembangunan atau dalam proses produksi. Pengembangan SDM merupakan suatu
istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu pendekatan bersifat
terintegrasi dan holistik dalam mengubah prilaku orang-orang yang terlibat
dalam suatu proses pekerjaan, dengan menggunakan serangkaian teknik dan
strategi belajar yang relevan (Megginson, Joy-Mattews, dan Banfield, 1993).
Konsep ini
mengandung makna adanya berbagai unsur kegiatan selama terjadinya proses
mengubah prilaku, yaitu adanya unsur pendidikan, adanya unsur belajar, dan
perkembangan. Unsur pendidikan dimaksudkan untuk menentukan teknik dan strategi
yang relevan untuk mengubah prilaku. Unsur belajar dimaksudkan untuk
menggambarkan proses terjadinya interaksi antara individu dengan lingkungan,
termasuk dengan pendidik. Adapun unsur perkembangan dimaksudkan sebagai proses
gradual dalam perubahan dari suatu keadaan, misalnya dari keadaan tidak
dimilikinya kompetensi menjadi keadaan memiliki kompetensi, yang terjadi dalam
jangka waktu tertentu.
2.2 Pengembangan
SDM Melalui Pendidikan
Pengembangan
SDM yang membawa misi sebagaimana disebutkan di atas difokuskan pada
peningkatan ketahanan dan kompetensi setiap individu yang terlibat atau akan
terlibat dalam proses pembangunan. Peningkatan ketahanan dan kompetensi ini di
antaranya dilaksanakan melalui pendidikan. Bila dikaitkan dengan pengembangan
SDM dalam rangka meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri, pendidikan juga
merupakan upaya meningkatkan derajat kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable
terhadap berbagai perubahan dan tantangan yang dihadapi.
Selain
itu, pendidikan yang diselenggarakan seharusnya juga memberi bekal-bekal
kemampuan dan keterampilan untuk melakukan suatu jenis pekerjaan tertentu yang
dibutuhkan agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan (Boediono, 1992).
Program semacam ini harus dilaksanakan dengan disesuaikan dengan keperluan dan
usaha yang mengarah kepada antisipasi berbagai perubahan yang terjadi, baik di
masa kini maupun yang akan datang (Han, 1994; Dertouzas, Lester, dan Solow,
1989). Sebagaimana dijelaskan di atas, pembangunan pada dasarnya merupakan
suatu proses melakukan perubahan, dalam rangka perbaikan, untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Kesejahteraan
terkait dengan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup rakyat, baik material maupun
mental dan spiritual. Adapun kualitas SDM terkait dengan derajat kemampuan,
termasuk kreatifitas, dan moralitas pelaku-pelaku pembangunan. Atas dasar ini,
proses perubahan yang diupayakan melalui pembangunan seharusnya menjangkau
perbaikan semua sektor secara menyeluruh dan berimbang, pada satu sisi, dan
pada sisi lain merupakan upaya meningkatkan kualitas SDM.
Perbaikan
pemenuhan kebutuhan dasar rakyat adalah fokus dari pembangunan sektor ekonomi,
dengan tujuan meningkatkan pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik dan
material, baik kebutuhan primer, sekunder, tertier maupun kuarter.
Pemenuhan kebutuhan ini seharusnya seimbang dengan pemenuhan kebutuhan mental
dan spiritual. Bebas dari rasa takut, adanya rasa aman, dihargai harkat dan
martabatnya, dilindungi kebebasan dan hak-haknya, serta tersedianya kesempatan
yang sama untuk mewujudkan cita-cita dan potensi diri adalah bentuk-bentuk
kebutuhan mental yang seharusnya diperbaiki kondisinya melalui pembangunan.
Adapun
pemenuhan kebutuhan spiritual terkait dengan kebebasan dan ketersediaan
prasarana, sarana dan kesempatan untuk mempelajari, mendalami dan menjalankan
ajaran agama yang dianut, sehingga komunikasi dengan Sang Pencipta dapat
terpelihara. Pada sisi peningkatan kualitas SDM, pembangunan diarahkan untuk
menjadikan rakyat negeri ini kreatif, menguasai serta mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), dan memiliki moralitas. Kreatifitas
diperlukan untuk bisa bertahan hidup dan tidak rentan dalam menghadapi berbagai
kesulitan. Dengan kreatifitas, seseorang menjadi dinamis dan bisa menemukan
jalan keluar yang positif ketika menghadapi kesulitan atau masalah.
Penguasaan
dan kemampuan mengembangkan IPTEKS sangat dibutuhkan untuk peningkatan taraf
hidup, dan agar bangsa ini bisa disandingkan dan ditandingkan dengan
bangsa-bangsa lain. Ini mengingat, globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan
sudah tidak bisa dihindari dan berdampak pada terjadinya persaingan yang ketat,
baik dalam kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik. Untuk bisa memasuki
pergaulan dalam kehidupan global (persandingan dengan masyarakat global) maupun
untuk meraih keberhasilan dalam berbagai kesempatan yang tersedia (pertandingan
dalam kehidupan global) diperlukan pengusaan dan kemampuan mengembangkan
IPTEKS. Adapun moralitas sangat diperlukan agar dalam menjalani kehidupannya
prilaku bangsa ini dikendalikan oleh nilai-nilai kebenaran dan keadilan yang
bersifat nasional dan universal.
Karena
nilai-nilai ini berkait dengan batas-batas antara baik dan tidak baik, benar
dan tidak benar, serta antara yang menjadi haknya dan bukan haknya, maka
tingginya moralitas dapat meningkatkan keterpercayaan dan keandalan individu
dan masyarakat, baik di mata bangsanya sendiri maupun dalam pergaulan global.
Jadi, kualitas SDM bukan hanya ditentukan oleh kemampuan dan kreativitasnya
saja tetapi juga oleh derajat moralitasnya. Selain berkaitan dengan sistem
masyarakat secara umum, kualitas SDM mempunyai keterkaitan erat dengan kualitas
pendidikan sekolah.
Karena SDM
berkualitas adalah keluaran sistem pendidikan, proses pendidikan harusnya
menjadikan kreativitas, penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS, serta
moralitas sebagai acuan dasar. Unsur penguasaan dan kemampuan mengembangkan
IPTEKS bisa dicapai melalui proses pembelajaran sejumlah mata ajaran secara
berjenjang. Unsur kretivitas bisa dirajut dalam sebagian dari mata ajaran tertentu,
misalnya matematika, IPA dan IPS, namun dengan penerapan model pembelajaran
yang kondusif, seperti keterampilan proses (melalui penemuan).
Adapun
unsur moralitas dibangun melalui proses yang kompleks, yang mengutamakan pada
pembentukan sikap yang berkait dengan norma dan nilai-nilai. Unsur ini bisa
juga dirajut melalui isi berbagai mata ajaran, tidak mesti menjadi suatu mata
ajaran tersendiri dalam kurikulum. (Fogarty, 1991).
2.3 Peranan
Pendidikan Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia
Persoalan
ketenagakerjaan selalu mendapat perhatian yang serius dari berbagai
kalangan, baik pemerintah, swasta maupun dari masyarakat. Kompleksitas
permasalahan ketenagakerjaan ini dapat dipandang sebagai suatu upaya
masing-masing individu untuk memperoleh dan mempertahankan hak-hak kehidupan
yang melekat pada manusia agar memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidup.
Tujuan
pembangunan nasional, yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai,
demokratis, berkeadilan dan berdaya saing maju dan sejahtera dalam wadah negara
kesatuan republik indonesia yang didukung oleh manusia yang sehat, mandiri dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Dari tujuan tersebut tercermin bahwa
sebagai titik sentral pembangunan adalah pemberdayaan sumber daya manusia
termasuk tenaga kerja, baik sebagai sasaran pembangunan maupun sebagai pelaku
pembangunan. Dengan demikian, pembangunan ketenagakerjaan merupakan salah satu
aspek pendukung keberhasilan pembangunan nasional.
Di sisi
lain, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pembangunan nasional tersebut, khususnya dibidang dibidang ketenagakerjaan,
sehingga diperlukan kebijakan dan upaya dalam mengatasinya. Sehubungan hal
tersebut di atas pengembangan SDM di Indonesia dilakukan melalui tiga jalur
utama, yaitu pendidikan, pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja. Jalur
pendidikan merupakan tulang punggung pengembangan SDM yang dimulai dari tingkat
dasar sampai perguruan tinggi. Sementara itu, jalur pelatihan dan pengembangan
karir di tempat kerja merupakan jalur suplemen dan komplemen terhadap
pendidikan.
Arah
pembangunan SDM di indonesia ditujukan pada pengembangan kualitas SDM secara
komprehensif meliputi aspek kepribadian dan sikap mental, penguasaan ilmu dan
teknologi, serta profesionalisme dan kompetensi yang ke semuanya dijiwai oleh
nilai-nilai religius sesuai dengan agamanya. Dengan kata lain, pengembangan SDM
di Indonesia meliputi pengembangan kecerdasan akal (IQ), kecerdasan sosial (EQ)
dan kecerdasan spiritual (SQ). Dalam rangka pengembangan SDM di indonesia,
banyak tantangan yang harus dihadapi. Tantangan pertama adalah jumlah penduduk
yang besar, yaitu sekitar 216 juta jiwa.
Tantangan
kedua adalah luasnya wilayah indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau dengan
penyebaran penduduk yang tidak merata. Tantangan ketiga adalah mobilitas
penduduk yang arus besarnya justru lebih banyak ke pulau Jawa dan ke kota-kota
besar.
Berbagai tantangan seperti itu,
memerlukan konsep, strategi dan kebijakan yang tepat agar pengembangan SDM di
Indonesia dapat mencapai sasaran yang tepat secara efektif dan efisien. Hal ini
penting dilakukan karena peningkatan kualitas SDM Indonesia tidak hanya untuk
meningkatkan produktivitas dan daya saing di dalam maupun diluar negeri, tetapi
juga untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan penghasilan bagi
masyarakat.
2.4 Pengertian
dan strategi Manajemen SDM Pendidikan
Pengertian
Manajemen SDM Pendidikan :
1. Manajemen SDM Pendidikan adalah
proses memberdayakan personal, khususnya pendidik dan tenaga kependidikan untuk
mencapai tujuan lembaga pendidikan formal secara efektif dan efisien.
2. Manajemen SDM Pendidikan adalah
proses perencanan, pengorganisasian dan pengendalian personal pendidikan
sebagai sumber daya manusia untuk mencapai tujuan lembaga pendidkan formal.
3. Manajemen SDM Pendidikan adalah
kegiatan memberdayakan personil di lingkungan organisasi bidang pendidikan
secara manusiawi, agar memberikan kontribusi secara optimal dan dengan
memperoleh kepuasan kerja.
4. Manajemen SDM Pendidikan adalah
proses mendayagunakan sumber daya manusia bidang pendidikan secara manusiawi
dalam arti diperlakukan sebagai subyek dan dipenuhi hak asasinya agar mampu
memfokuskan kinerjanya pada tujuan lembaga pendidikan formal.
Manajemen
SDM Pendidikan seperti tersebut di atas, memerlukan Strategi Manajemen SDM yang
harus diimplementasikan secara efektif dan efisien agar mampu mencapai tujuan
pendidikan secara optimal.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sebagai
suatu bentuk upaya dalam pengembangan SDM, pendidikan merupakan salah satu
sektor terpenting dalam pembangunan Pendidikan dan Perspektif nasional. Hal ini
mengingat pendidikan menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang
menjadi faktor input dominan dalam pembangunan tersebut. Oleh karena itu, untuk
mengoptimalkan pembangunan nasional, pendidikan seharusnya mendapat prioritas,
karena melalui upaya ini dapat dihimpun stok modal manusia dan stok modal
sosial yang memadai secara kualitas untuk melaksanakan pembangunan. Tanpa
tersedianya stok modal manusia dan stok modal sosial yang memadai, terutama
secara kualitas, keberhasilan pembangunan patut dipertanyakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Boediono,
(1994). Pendidikan dan Latihan Dalam Periode Tinggal Landas.
Mimbar Pendidikan, No. 1 Tahun XIII.
Dertouzas,
M.L., Lester, R.K., dan Solow, R.M., (1989). Made In America: Regaining the
Productive Edge. Cambridge, MA: Harper Perennial.
Gilley,
J.W., dan Eggland, S.E., (1989). Principles of Human Resource Development.
Reading, MA: Addison-Wisley Publishing Company, Inc.
Jones,
J dan Walter, L. Donald, (2008). Human Resource Management in Education.
Manajemen Sumberdaya Manusia dalam Pendidikan. Yogyakarta: Q-Media,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar