Senin, 05 Desember 2016

makalah mengenal pola pertanaman



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Mengenal Pola Pertanaman”Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
           




Taluk Kuantan,   Oktober 2016


Penyusun

 



DAFTAR ISI


Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1  Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3  Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1  Hakikat Tuhan.................................................................................................. 3
2.2  Pengertian Tuhan Dalam Perspektif Islam...................................................... 5
2.3  Pemikiran Manusia Tentang Tuhan................................................................. 7
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 10
3.1  Kesimpulan.................................................................................................... 10
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................. 11











BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pola tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media tanam baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam. Sedangkan pengertian dari pola tanam menurut Novitan (2002) adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu. Di Indonesia sering kali petani menggunakan pola tanam monokultur dibandingkan pola tanam polikultur. Pola tanam monokultur yaitu penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang sama.
Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Pola tanam polikultur yaitu penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama.Pola tanam sangat tergantung pada iklim, topografi, ketersediaan air, jenis tanah dan kondisi ekonomi petani. Selain itu penggunaan mulsa juga sering digunakan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan dan kondisi tanamannya. Antara tanam dan pola tanaman hubungannya sangat erat karena tanaman yang akan ditanam dan pola tanam yang akan digunakan harus mempunyai kesesuaian. Sehingga nantinya akan didapatkan hasil produksi yang maksimal baik secara kualitas maupun kuantitas. Jika kita menanam suatu tanaman sedangkan kurang memperhatikan factor pola tanam yang digunakan maka akan mempengaruhi hasil produksi. Karena dengan pola tanam yang salah maka dalam penyerapan hara dan perkembangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) serta penerimaan sinar matahari yang tidak sesuai akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang ditanam. Maka dari itu
dalam praktikum Dasar Budidaya Tanaman ini dibahas pola tanam monokultur dan polikultur dengan beberapa jenis macam tanaman sehingga kita paham jenis tanaman apa yang sesuai dengan pola tanam yang dipakai.
1.2  Rumusan Masalah
1.     apa yang dimaksut dengan pola pertanaman ?
2.     Bagaimana pola pertanaman dengan Kondisi Lahan ?
3.      
1.3  Tujuan






























BAB II
PEMBAHAN
2.1 Pengertian Pola Tanam
1.     Pola tanam atau (cropping patten) iyalah suatu urutan pertanaman pada sebidang tanah selama satu periode. Lahan yang dimaksut bisa berupa lahan kosong atau lahan yang sudah terdapat tanaman yang mampu dilakukan tumpang sirih. (Semeru, 1995)
2.     Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada  sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan  tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa  tidak ditanami selama periode tertentu. (Novitan, 2002)

2.2 Pola Tanam Berdasar Kondisi Lahan
1. Lahan Kering (tegalan)
Di lahan kering, palawija dapat ditanam secara monokultur atau tumpangsari. Ada dua alternatif pelaksanaannya. Alternatif pertama, awal musim hujan, lahan dapat ditanami palawija berumur pendek sebanyak satu kali. Penanaman dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan saat tanam yang bersamaan. Saat akhir atau pertengahan musim hujan, lahan dapat ditanami palawija berumur pendek atau berumur panjang sebanyak satu kali tanam. Pelaksanaannya dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan waktu tanam yang bersamaan. Alternatif kedua, pada awal musim
hujan, lahan ditanami jagung. Kurang lebih 3 sampai 4 minggu sebelum panen, singkong ditanami di antara tanaman jagung.
2. Lahan Sawah Tadah Hujan
Di lahan tadah hujan, palawija bisa ditanam secara monokultur atau tumpangsari. Ada dua alternatif untuk pelaksanaannya. Alternatif pertama, pada awal musim hujan sampai pertengahan musim huajn, lahan ditanami padi sebanyak satu kali. Pada akhir atau pertengahan musim hujan, lahan ditanami palawija secara monokultur sebanyak satu kali.
Sedangkan alternatif kedua pada awal musim hujan, lahan ditanami padi sebanyaksatu kali. Pada akhir atau pertengahan musim hujan sampai musim kemarau lahan dapat ditanami palawija secara tumpangsari. Tumpangsari dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah tumpangsari dua tanaman berumur pendek. Misalnya, jagung dengan kacang kedelai, kacang tanah atau kacang hijau. Pada metode ini waktu tanam dilakukan bersamaan. Demikian pula waktu panennya. Karena terdapat tanaman lain, maka jarak tanam jagung harus lebih lebar. Cara kedua dilakukan antara dua tanaman dengan umur berbeda. Misalnya, ubi kayu dengan kacang tanah, kedelai atau kacang hijau. Metode ini waktu tanamnya bersamaan. Ketika tanaman yang berumur pendek sudah dipanen, singkong masih dibiarkan tumbuh sampai saatnya panen.  Dengan cara ini, jarak tanam singkong harus lebih lebar.
3. Lahan Sawah Beririgasi
Di lahan sawah, palawija umumnya ditanami secara monokultur dengan pola tanam sebagai berikut. Pada awal musim hujan sampai akhir musim hujan, lahan ditanami padi sebanyak dua kali tanam. Pada musim kemarau, lahan dapat ditanami palawija berumur pendek sebanyak satu kali.  Kerugian pola lahan sawah beririgasi tanam ini adalah Pola pergiliran tanaman pada setiap daerah berbeda sebab masing masing daerah mempunyai kondisi iklim, tanah dan kecocokan tanaman untuk pergiliran yang berbeda pula sehingga tidak bisa di samaratakan.
4. Lahan Rawa Pasang Surut
Sebelum ditanam palawija, lahan rawa harus diolah dengan sistem sarjan. Pada sistem ini, sebagian lahan ditinggikan untuk ditanami palawija atau tanaman lain yang tidak tahan genangan air. Bagian yang lebih tinggi ini disebut guludan. Bagian yang lain, dibuat lebih rendah untuk ditanami padi. Bagian yang rendah ini disebut tabukan. Perbandingan luas tabukan dan guludan pasang tertinggi. Bagian guludan tidak boleh dilampaui air. Sementara itu, permukaan tanah tidak lebih rendah dari lapisan pirit. Lapisan ini merupakan akumulasi bahan-bahan beracun, sehingga bila terangkat ke permukaan akan sangat mengganggu pertumbuhan tanaman. Di lahan rawa, palawija juga ditanami secara monokultur atau tumpang sari.  Aturannya sebagai berikut. Di lahan di bagian tabukan, ditanami padi dua kali setahun.
Sedangkan di bagian guludan pada awal dan akhir musim hujan ditanami palawija berumur pendek (jagung dan kacang-kacangan). Atau, pada awal musim hujan ditanami palawija berumur pendek dan akhir musim hujan ditanami singkong.
2.3 Pengertian Monokultur
1.     Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang sama. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit tanaman) (Wirosoedarmo, 1985)
2.     monokultur merupakan pola tanam denan membudidayakan hanya satu jenis tanaman dalam satu lahan pertanian selama satu tahun. Misalnya pada suatu lahan hanya ditanami padi, dan penanaman tersebut dilakukan sampai tiga musim tanam (satu tahun). (Wirosoedarmo, 1985)
2.4 Tata Pergiliran Tanam
Pemilihan jenis tanaman budidaya umumnya disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Diketahuinya ketersediaan air disuatu daerah dengan adanya neraca air maka penentuan pola tanam dalam satu tahun dapat diatur sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Penentuan pola tanam sangat dipengaruhi ketersediaan air. Maka dari itu, ketika waktu deficit air penentuan pola tanam akan berbeda jika air dapat ditambahkan ataupun tidak dapat diberikan penambahan air. Berikut akan diberikan lima contoh model pergiliran tanam:
1. Padi - Padi - Padi
Jika air saat terjadi defisit dapat disediakan maka dapat dilakukan penanaman padi sepanjang tahun. Namun jika air sulit tersedia ketika defisit air maka masih memungkinkan dilakukan penanaman padi sepanjang tahun namun dengan beberapa kriteria. Jika dalam satu tahun akan ditanam padi sebanyak tiga kali maka varietas padi yang digunakan adalah varietas genjah agar umurnya lebih pendek sehingga saat surplus air dapat dimanfaatkan penanaman hingga panen.
Awal bulan nopember merupakan awal musim hujan namun pada dekade pertama masih terjadi defisit air. Maka penanaman padi kesatu dapat mulai. Jika persiapan hingga panen memerlukan waktu empat bulan maka saat penanaman padi kedua yaitu pada bulan maret masih terdapat air namun bulan april hingga juni terjadi defisit air. Maka varietas padi yang ditanam mengunakan padi lahan kering. Penanaman padi ketiga pada bulan juli jika tetap tidak dapat diusahakan pengairan maka padi yang ditanam menggunakan varietas lahan kering.
2. Padi - Padi - Palawija
Penanaman dengan pola tanam padi-padi-palawija dapat dimulai dengan penanaman padi pertama saat awal musim yaitu awal nopember. Persiapan dimulai bulan oktober sehingga pada awal musim penanaman telah siap. Pada bulan pebruari penanaman padi kedua dapat dilaksanakan sehingga pada waktu defisit air yaitu pada bulan juni hingga oktober dapat digunakan untuk penanaman palawija dan pengolahan tanah.
3. Padi - Padi - Bero
Untuk memperbaiki keadaan tanah maka disamping dilakukan penanaman dapat juga dilakukan pemberoan. Jika padi ditanam dua kali seperti pola tanam padi-padi-palawija maka waktu penanaman palawija dapat digunakan untuk pemberoan dan pengolahan tanah. Waktu penanaman padi dapat disamakan dengan pola tersebut.
4. Padi - Palawija - Bero
Menurut rekomendasi Oldeman, pola tanam yang sesuai untuk tipe iklim ini yaitu hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija setahun tergantung pada adanya persediaan air irigasi. Pola tanam ini sesuai dengan rekomendasi Oldeman maka penanaman padi dapat dilakukan saat terjadi surplus air yaitu pada bulan nopember hingga maret. Dengan waktu lima bulan ini maka pertumbuhan padi dapat dioptimalkan. Sedangkan penanaman palawija ini dapat disesuaikan dengan jenis palawija dengan kebutuhannya terhadapa air. Jika palawija yang ditanam tidak terlalu tahan kekeringan maka penanamannya dapat dilakukan bulan maret disesuaikan saat surplus air sehingga waktu untuk penanaman padi lebih dimajukan dan sisanya untuk palawija.
Jika palawija yang ditanam tahan terhadap kekeringan maka penanamannya dapat dilakukan bulan april kemudian dilakukamn pemberoan.  Padi - Padi  Jika penanaman padi akan dilaksanakan dua kali dalam satu tahun tanpa kegiatan lagi. Maka penanaman padi pertama dilakuka saat surplus air yaitu bulan nopember hingga maret. Sedangkan penanaman padi kedua dapat digunakan padi lahan kering yang ditanam setelah padi kedua. Varietas padi dapat menggunakan varietas berumur panjang karena dalam satu tahun hanya dilakukan dua kali penanaman.
2.5  Pembagian Jenis Tanaman Berdasar Siklus Hidup
a.      Tanaman Annual atau disebut tanaman setahun merupakan jenis tanaman yang menyelesaikan satu kali siklus hidupnya dalam rentang waktu setahuanan (bisa kurang ataupun lebih sedikit). Siklus hidup yang dimaksud adalah dari mulai proses perkecambahan, berbunga dan memproduksi benih, sampai tanaman itu mati. Tanaman annual biasanya herbaceus . contoh tanaman annual adalah penghasil biji- bijian dan polong-polongan. Seperti padi, kacang hijau, jagung, paprika, ubi jalar.
b.     Tanaman biennial merupakan tanaman yang menyelesaikan satu kali siklus hidupnya dalam rentang waktu dua tahunan (biasanya kurang dari dua tahun). Setelah menyelesaikan satu kali siklus hidupnya (yaitu mulai dari tumbuh, anakan, berkembangbiak, dewasa) tanaman jenis ini akan mati. Tanaman Biennial biasanya herbaceus. Contoh tanaman biennial adalah wortel, kol, seledri, rebung, peterseli.
c.      Tanaman perennial atau disebut juga tanaman tahunan merupakan tanaman yang mampu hidup beberapa tahun. Tanaman ini meliputi tanaman berbatang basah (herbaceus) maupun berkayu. Termasuk diantaranya adalah pohon, perdu, dan beberapa rumput-rumputan. Tanaman perennial yang akhirnya mati, kematian tersebut umumnya bukan disebabkan karena usia lanjut, akan tetapi akibat trauma lingkungan tertentu seperti kekeringan yang hebat. Contoh tanaman perennial adalah kaktus, rambutan, bunga mawar.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa bera. Dalam penerapannya pada bidang pertanian pola tanam tentu harus dilaksanakan dengan sistim yang benar dan sesuai dengan kondisi lahan yang akan di jadikan sebagai media tanam. Manusia sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya dalam pelaksanaan tanam tersebut diantaranya adalah pembelajaran dari petani tersebut,banyak petani yang melakukan pembelajaran secara otodidak.Selain itu kemampuan juga sangat diperlukan untuk mencapai suatu keberhasilan.
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan pola tanam(usaha tani)adalah ketersediaan air yang menyangkup waktu dan lamanya ketersediaan yang tergantung pada kinerja air irigasi serta pola distribusi dan jumlah hujan. Pola penanaman dapat dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan polikultur. Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang sama. Sedangkan polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama.

3.2  Saran
Pertanian di Indonesia menghasilkan beberapa kemajuan yang cukup pesat bagi bangsa ini. Tapi pada beberapa persoalan terdapat hal-hal yang mengalami kekurangan yang mengakibatkan  pertanian berjalan tidak seimbang. pertanian pada daerah yang masih lebih tertinggal dari daerah lainnya hendaknya meningkatkan penyuluh pertanian untuk memberikan penyuluhan bagi para petani.


DAFTAR PUSTAKA



fisiologi-tumbuhan-soal-dan-jawaban.html
Jumin, Hasan Basri. 1998. Dasar-dasar Agronomi. Jakarta : Rajawali.
Novitan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Mada University Press. Yogyakarta
Semeru,1995.Hortikultura dan Aspek Budaya. UI Press. Jakarta
Wirosoedarmo. 1985. Dasar-dasar Irigasi Pertanian. universitas brawijaya: malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar