Senin, 05 Desember 2016

MAKALAHPengaruh Iklim Dan Cuaca Terhadap Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Tebu



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Pengaruh Iklim Dan Cuaca Terhadap Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Tebu “. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
           



                                                                      Taluk Kuantan,   Juni 2015


                             Penyusun

 



DAFTAR ISI


Kata Pengantar....................................................................................................................      i
Daftar Isi.............................................................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................      1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................      1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................      2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................      3
2.1 syarat tumbuh tanaman tebu....................................................................................      3........................................................................................................................................
2.2 hama dan penyakit tanaman tebu serta cara pengendaliannya................................      6........................................................................................................................................      ........................................................................................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. ......................................................................................................................................... 10
3.1  Kesimpulan............................................................................................................. .................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... ......................................................................................................................................... 11
                                                           









BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera.
Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri sekitar pelepah dan helai daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung varietas. Jika disentuh akan menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang menjadi salah satu penyebab kurang berminatnya petani berbudidaya tebu jika masih ada alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter batang antara 2-4 cm.
Tebu merupakan tumbuhan monokotil dari famili rumput-rumputan (Gramineae), Batang tanaman tebu memiliki memiliki anakan tunas dari pangkal batang yang membentuk rumpun. Tanaman ini memerlukan waktu musim tanam sepanjang 11- 12 bulan. Tanaman ini berasal dari daerah tropis basah sebagai tanaman liar.
Tabel 2 Klasifikasi Tanaman Tebu
Divisio
Spermatophyta
Subdivisio
Angiospermae
Kelas
Monocotyledoneae
Ordo
Graminalis
Familia
Gramineae
Genus
Saccharum
Spesies
Saccharum officinarum


1.2  Tujuan Makalah
1.          Mengetahui syarat tumbuh tanaman tebu
2.          Mengetahui hama dan penyakit tanaman tebu serta cara pengendaliannya















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Syarat Tumbuh Tanaman Tebu
a.        Kesesuaian Iklim
Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35o LS dan 39o LU. Unsur – unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan, sinar matahari, angin, suhu, dan kelembaban udara.
b.      Curah Hujan
Tanaman tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan vegetatifnya, namun menghendaki keadaan kering menjelang berakhirnya masa petumbuhan vegetatif agar proses pemasakan (pembentukan gula) dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan yang diperlukan adalah 200 mm per bulan selama 5 – 6 bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan curah hujan 125 mm per bulan, dan 4 – 5 bulan berturutan dengan curah hujan kurang dari 75 mm tiap bulannya. Daerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman tebu.
c.     Sinar Matahari
Radiasi sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan dan terutama untuk proses fotosintesis yang menghasilkan gula. Jumlah curah hujan dan penyebarannya di suatu daerah akan menentukan besarnya intensitas radiasi sinar matahari. Cuaca berawan pada siang maupun malam hari bisa menghambat pembentukan gula. Pada siang hari, cuaca berawan menghambat proses fotosintesis, sedangkan pada malam hari menyebabkan naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi gula karena meningkatnya proses pernafasan.
d.     Angin
 Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan suhu dan kadar CO2 di sekitar tajuk tebu sehingga fotosintesis tetap berlangsung dengan baik. Kecepatan angin yang lebih dari 10 km/jam disertai hujan lebat, bisa menyebabkan robohnya tanaman tebu yang sudah tinggi.
e.      Suhu
Suhu sangat menentukan kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab suhu terutama mempengaruhi pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini. Suhu siang hari yang hangat atau panas dan suhu malam hari yang rendah diperlukan untuk proses penimbunan sukrosa pada batang tebu. Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 24 – 30 oC, beda suhu musiman tidak lebih dari 6o, dan beda suhu siang dan malam hari tidak lebih dari 100.
f.      Kelembaban Udara
Kelembaban udara tidak banyak berpengaruh pada pertumbuhan tebu asalkan kadar air cukup tersedia di dalam tanah, optimumnya < 80%.
g.     Kesesuaian Lahan
Tanah merupakan faktor fisik yang terpenting bagi pertumbuhan tebu. Tanaman tebu dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah, namun tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah yang dapat menjamin kecukupan air yang optimal. Tanah yang baik untuk tebu adalah tanah dengan solum dalam (>60 cm), lempung, baik yang berpasir dan lempung liat.
Derajat keasaman (pH) tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 5,5 – 7,0. Tanah dengan pH di bawah 5,5 kurang baik bagi tanaman tebu karena dengan keadaan lingkungan tersebut sistem perakaran tidak dapat menyerap air maupun unsur hara dengan baik, sedangkan tanah dengan pH tinggi (di atas 7,0) sering mengalami kekurangan unsur P karena mengendap sebagai kapur fosfat, dan tanaman tebu akan mengalami “chlorosis” daunnya karena unsur Fe yang diperlukan untuk pembentukan daun tidak cukup tersedia. Tanaman tebu sangat tidak menghendaki tanah dengan kandungan Cl tinggi.
Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase, yaitu :
1.          Perkecambahan  
Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu.
2.           Pertunasan
Dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.
3.          Pemanjangan Batang
Dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.
4.          Kemasakan
Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur menurun. Fase ini disebut juga fase penimbunan rendemen gula.
5.          Kematian
Tujuh varietas tebu unggul harapan yang diperkenalkan dinas perkebunan dapat dipakai sebagai alternatif pendamping mengungguli varietas lama yang masih dipertahankan yaitu PS 84-16029, PS 86-17079, PS 86-8680, PS 89-19137, PS 89-22513, PS 90-13156 dan PS90-9704
2.2  Hama Dan Penyakit Tanaman Tebu Serta Cara Pengendaliannya
Kesehatan tanaman menetukan pertumbuhan tanaman.  Tanaman tebu yang terinfeksi organisme pengganggu dapat berupa hama, penyakit dan gulma dapat dipastikan tidak akan tumbuh notmal.  Kesehatan penyakit diperhatikan sejak awal, dimulai dari penyediaan bahan tanaman sampai akhir menjelang panen.  Bahan tanaman merupakan sarana awal sering terjadinya infeksi organisme terutama penyakit dan larva hama.  Bahan tanaman yang terserang penyakit kalau tanaman tidak mengalami kematian lebih awal, penyakit tersebut akan terbawa  selama fase pertumbuhannya yang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal.  Oleh karena itu, dalam pemilihan bibit sering dilakukan tahap sortasi, seleksi dan inspeksi kesehatan tanaman.
Tindakan penyehatan tanaman sering dilakuan melalui sanitasi kebun sebagai misal dengan melakukan pemeliharaan tanaman pada petak kebun dengan baik dan benar.  Salah satu faktor penghambat produksi gula adalah adanya serangan hama. Penyakit dan gulma. Upaya yang tepat pada perlindungan atau proteksi tanaman dapat menyelamatkan produksi gula kurang lebih 20 persen.
Beberapa macam hama yang sering dijumpai pada tanaman tebu adalah penggerek pucuk, penggerek batang, kutu bulu putih, tikus, uret dan babi hutan. Uret dan kutu bulu putih merupakan hama utama bagi tanaman tebu di lahan kering.
Penggerek pucuk. Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga mematikan titik tumbuh. Usaha pemberantasannya menggunakan insektisida carbofuran yang dapat diberikan dengan cara suntikan atau taburan.
Penggerek batang. Hama berupa ulat ini merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat merobohkan tanaman. Usaha pengendaliannya dapat dilakukan secara hayati dengan menggunakan parasit karawai Trichograma spp., dan parasit lalat Diatraeophaga striatalis.
Kutu bulu putih. Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas, dimasukkan ke dalam kantong plastic untuk dimusnahkan atau dibakar. Pada serangan yang sudah luas, pemberantasannya dapat menggunakan parasit Encarsia flavosculetan atau menggunakan insektisida sistemik misalnya formation 825 gr/ha atau dimetoat 1000 gr/ha.
Uret. Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu. Tanaman yang terserang menampakkan gejala kelayuan daun. Pemberantasan uret dengan insektisida disarankan menggunakan carbofuran  3 persen sebanyak 50 kg/ha. Penggunaan insektisida yang mengandung senyawa BHC hanya diperbolehkan pada lahan yang tidak ditanami tanaman pangan. Disamping cara kimiawi, pengendalian hama uret dapat dilakukan secara mekanis dengan cara mengumpulkan uret dan imagonya. Penangkapan imago harus dilakukan sebelum imago sempat kawin. Berdasarkan siklus kehidupan uret, penangkapan imago dapat dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember.
Di daerah dengan serangan hama uret kuat, dianjurkan penggunaan insektida yang berformulasi ”slow release”, antara lain dursban 14 S sebanyak 28 kg/ ha yang diberikan di dasar juringan sebelum tebu ditanam. Insektisida ini mampu mengendalikan uret selama tiga tahun tanpa merusak perakaran tebunya.
Tikus. Serangan tikus di daerah-daerah tertentu terjadi hampir setiap tahun, sehingga kemungkinan kerugian sangat besar. Pada daerah-daerah yang berbatasan dengan sawah perlu adanya kerjasama dengan petani padi untuk mengamati adanya serangan tikus pada tanaman padi. Segera setelah panen, dilakukan gropyokan dan pengasapan pada lubang-lubang persembunyian maupun pemasangan umpan beracun.
Beberapa penyakit yang biasa menyerang tanaman tebu antara lain penyakit mosaik, penyakit pembuluh, luka api (smut), blendok dan pokahbung.
Penyakit mosaik. Penyebab penyakit ini adalah virus mosaic. Tanda-tanda penyakit ini yaitu pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda berwarna hijau muda sampai kuning. Cara pencegahan yang telah dilakukan selama ini adalah dengan menggunakan bibit terseleksi yang berasal dari tanaman sehat dan dari varietas tebu yang tahan terhadap penyakit mosaik seperti Ps 56, F 154, F 156 atau M 442-51.
Penyakit pembuluh. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli. Tanaman yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna terutama tanaman keprasan tampak kerdil. Gejala yang khas yaitu terlihat warna jingga kemerah-merahan pada berkas-berkas pembuluh batang tebu menjelang masaknya tebu. Cara pencegahan penyakit ini antara lain dengan melakukan deinfeksi alat pemotong tebu dengan lisol 20%, penanaman dengan menggunakan bibit sehat yang diperoleh dengan perawatan air panas terhadap bibit tebu pada suhu 50°C selama 2-3 jam.
Penyakit luka api (smut). Penyebabnya adalah Ustilago scitaminea Syd. Gejala penyakit ini timbulnya cambuk hitam pada pucuk tebu. Pencegahannya dengan menanam bibit yang sehat dan varietas yang resisten, bibit  didesinfeksi dengan 0,5 gr b.a./triadimefon.
Penyakit blendok. Tanda-tanda serangan penyakit yang disebabkan oleh sejenis bakteri ini yaitu apabila batang dibelah tanpak pembuluh-pembuluh berwarna kuning tua sampai merah tua. Usaha pencegahannya dengan deinfeksi pisau pemotong menggunakan lisol.
Penyakit pokahbung. Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di musim hujan. Tanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat memutih (chlorosis). Pada serangan yang parah, pusuk tanaman menjadi busuk, pembuluh tanaman menjadi tidak normal bentuknya (bengkok dan luka). Pemberantasan untuk tanaman yang telah terserang dengan cara disemprot bubur Bordo 1 % seminggu sekali.
Gangguan gulma dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar karena bisa menyebabkan penurunan bobot tebu. Pengendalian gulam disamping dengan cara manual ataupun kimiawi menggunakan herbisida, dapat pula dilakukan secara kultur teknis dengan menciptakan kondisi lingkungan yang dapat menekan pertumbuhan gulma atau dengan cara mekanis dengan pembajakan dan penggaruan. Keempat cara tersebut dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara terpadu. Usaha pengendalian gulma akan dapat memberikan hasil yang baik apabila pelaksanaannya tepat waktu, cara, alat maupun dosis dan jenis herbisida yang digunakan.



















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Faktor Iklim Sangat Berpengaruh Terhadap Perkembangan Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Tebu. Beberapa Indikator Pendukungnya Adalah Curah Hujan, Sinar Matahari, Angin, Suhu Dan Sebagainya. Hama Dan Penyakit Yang Berkembang Diantaranya Adalah Penggerek Pucuk, Penggerek Batang, Kutu Bulu Putih ,Penyakit Mosaik, Penyakit Pembuluh, Penyakit Luka Ap,I  Penyakit Pokahbun.

3.2  Saran
Demikianlah makalah ini sempga dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini memiliki banyak kesalahan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Terimakasih










DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1989. Hama dan Penyakit Tanaman Tebu( Saccharum officinarum). PT. Bale. Bandung.
Anonymous, 1992. Budidaya Tanaman Tebu di Lahan Sawah. Penebar swadaya. Jakarta
Anonymous, 1995. Petunjuk Pelaksanaan Budidaya Tebu. PT Perkebunan XPG Poerwodadi. Madiun.
Djasmin. 1984. Hama-hama Tebu Rakyat. PTP.XXI-XXII Persero. Surabaya.Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan). 2008.
Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan.
Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan). 2009. Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan.
Kalshoven, L.G.E. 1991. Pest of Crops In Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.
Wirioatmojo. 1987. The control of Sugarcane Topborer Tryporyza innotata, F. P3GI. Pasuruan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar