KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Pengaruh
Iklim Dan Cuaca Terhadap Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Tebu “. Pada
makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan
pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Taluk Kuantan, Juni 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar
Isi............................................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2
Tujuan....................................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
2.1
syarat tumbuh tanaman tebu.................................................................................... 3........................................................................................................................................
2.2
hama dan penyakit tanaman tebu serta cara pengendaliannya................................ 6........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................
BAB
III PENUTUP.............................................................................................................. ......................................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. .................................................................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................... ......................................................................................................................................... 11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tebu (Saccharum
officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya
dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis
rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang
lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan
Sumatera.
Bentuk fisik tanaman
tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri sekitar pelepah dan helai
daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung varietas. Jika disentuh akan
menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang menjadi salah satu penyebab kurang
berminatnya petani berbudidaya tebu jika masih ada alternatif tanaman lain.
Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung lingkungan dan varietas,
antara 2,5-4 meter dengan diameter batang antara 2-4 cm.
Tebu merupakan tumbuhan
monokotil dari famili rumput-rumputan (Gramineae), Batang tanaman tebu
memiliki memiliki anakan tunas dari pangkal batang yang membentuk rumpun.
Tanaman ini memerlukan waktu musim tanam sepanjang 11- 12 bulan. Tanaman ini berasal
dari daerah tropis basah sebagai tanaman liar.
Tabel
2 Klasifikasi Tanaman Tebu
Divisio
|
Spermatophyta
|
Subdivisio
|
Angiospermae
|
Kelas
|
Monocotyledoneae
|
Ordo
|
Graminalis
|
Familia
|
Gramineae
|
Genus
|
Saccharum
|
Spesies
|
Saccharum officinarum
|
1.2 Tujuan
Makalah
1.
Mengetahui syarat tumbuh tanaman tebu
2.
Mengetahui hama
dan penyakit tanaman tebu serta cara pengendaliannya
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Syarat
Tumbuh Tanaman Tebu
a.
Kesesuaian Iklim
Tanaman tebu dapat
tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah tropik dan subtropik) dengan
daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35o LS dan 39o LU. Unsur –
unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan,
sinar matahari, angin, suhu, dan kelembaban udara.
b.
Curah Hujan
Tanaman tebu banyak
membutuhkan air selama masa pertumbuhan vegetatifnya, namun menghendaki keadaan
kering menjelang berakhirnya masa petumbuhan vegetatif agar proses pemasakan
(pembentukan gula) dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan kebutuhan air pada
setiap fase pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan yang diperlukan
adalah 200 mm per bulan selama 5 – 6 bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan
curah hujan 125 mm per bulan, dan 4 – 5 bulan berturutan dengan curah hujan
kurang dari 75 mm tiap bulannya. Daerah dataran rendah dengan curah hujan
tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan
dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman
tebu.
c.
Sinar Matahari
Radiasi sinar matahari
sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan dan terutama untuk proses
fotosintesis yang menghasilkan gula. Jumlah curah hujan dan penyebarannya di
suatu daerah akan menentukan besarnya intensitas radiasi sinar matahari. Cuaca
berawan pada siang maupun malam hari bisa menghambat pembentukan gula. Pada
siang hari, cuaca berawan menghambat proses fotosintesis, sedangkan pada malam
hari menyebabkan naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi gula karena
meningkatnya proses pernafasan.
d.
Angin
Angin dengan kecepatan
kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan
suhu dan kadar CO2 di sekitar tajuk tebu sehingga fotosintesis tetap
berlangsung dengan baik. Kecepatan angin yang lebih dari 10 km/jam disertai
hujan lebat, bisa menyebabkan robohnya tanaman tebu yang sudah tinggi.
e.
Suhu
Suhu sangat menentukan
kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab suhu terutama mempengaruhi
pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini. Suhu siang hari yang hangat atau
panas dan suhu malam hari yang rendah diperlukan untuk proses penimbunan
sukrosa pada batang tebu. Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berkisar antara
24 – 30 oC, beda suhu musiman tidak lebih dari 6o, dan beda suhu siang dan
malam hari tidak lebih dari 100.
f.
Kelembaban Udara
Kelembaban udara tidak
banyak berpengaruh pada pertumbuhan tebu asalkan kadar air cukup tersedia di
dalam tanah, optimumnya < 80%.
g.
Kesesuaian Lahan
Tanah merupakan faktor
fisik yang terpenting bagi pertumbuhan tebu. Tanaman tebu dapat tumbuh dalam
berbagai jenis tanah, namun tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah
yang dapat menjamin kecukupan air yang optimal. Tanah yang baik untuk tebu
adalah tanah dengan solum dalam (>60 cm), lempung, baik yang berpasir dan
lempung liat.
Derajat keasaman (pH)
tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 5,5 – 7,0.
Tanah dengan pH di bawah 5,5 kurang baik bagi tanaman tebu karena dengan
keadaan lingkungan tersebut sistem perakaran tidak dapat menyerap air maupun
unsur hara dengan baik, sedangkan tanah dengan pH tinggi (di atas 7,0) sering
mengalami kekurangan unsur P karena mengendap sebagai kapur fosfat, dan tanaman
tebu akan mengalami “chlorosis” daunnya karena unsur Fe yang diperlukan untuk
pembentukan daun tidak cukup tersedia. Tanaman tebu sangat tidak menghendaki
tanah dengan kandungan Cl tinggi.
Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase, yaitu :
1.
Perkecambahan
Dimulai dengan
pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri pada fase
kecambah pada umur 5 minggu.
2.
Pertunasan
Dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.
3.
Pemanjangan Batang
Dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.
4.
Kemasakan
Merupakan fase yang
terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan sebelum batang tebu mati.
Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal
hingga berangsur-angsur menurun. Fase ini disebut juga fase penimbunan rendemen
gula.
5.
Kematian
Tujuh varietas tebu
unggul harapan yang diperkenalkan dinas perkebunan dapat dipakai sebagai
alternatif pendamping mengungguli varietas lama yang masih dipertahankan yaitu
PS 84-16029, PS 86-17079, PS 86-8680, PS 89-19137, PS 89-22513, PS 90-13156 dan
PS90-9704
2.2 Hama Dan Penyakit Tanaman Tebu Serta Cara
Pengendaliannya
Kesehatan tanaman menetukan
pertumbuhan tanaman. Tanaman tebu yang terinfeksi organisme pengganggu
dapat berupa hama, penyakit dan gulma dapat dipastikan tidak akan tumbuh
notmal. Kesehatan penyakit diperhatikan sejak awal, dimulai dari
penyediaan bahan tanaman sampai akhir menjelang panen. Bahan tanaman
merupakan sarana awal sering terjadinya infeksi organisme terutama penyakit dan
larva hama. Bahan tanaman yang terserang penyakit kalau tanaman tidak
mengalami kematian lebih awal, penyakit tersebut akan terbawa selama fase
pertumbuhannya yang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal.
Oleh karena itu, dalam pemilihan bibit sering dilakukan tahap sortasi, seleksi
dan inspeksi kesehatan tanaman.
Tindakan penyehatan tanaman sering
dilakuan melalui sanitasi kebun sebagai misal dengan melakukan pemeliharaan
tanaman pada petak kebun dengan baik dan benar. Salah satu faktor
penghambat produksi gula adalah adanya serangan hama. Penyakit dan gulma. Upaya
yang tepat pada perlindungan atau proteksi tanaman dapat menyelamatkan produksi
gula kurang lebih 20 persen.
Beberapa macam hama yang sering
dijumpai pada tanaman tebu adalah penggerek pucuk, penggerek batang, kutu bulu
putih, tikus, uret dan babi hutan. Uret dan kutu bulu putih merupakan hama
utama bagi tanaman tebu di lahan kering.
Penggerek pucuk. Hama ini berupa ulat yang
menyerang pucuk tanaman sehingga mematikan titik tumbuh. Usaha pemberantasannya
menggunakan insektisida carbofuran yang dapat diberikan dengan cara suntikan
atau taburan.
Penggerek batang. Hama berupa ulat ini merusak ruas-ruas
batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat merobohkan tanaman. Usaha
pengendaliannya dapat dilakukan secara hayati dengan menggunakan parasit
karawai Trichograma spp., dan parasit lalat Diatraeophaga striatalis.
Kutu bulu putih. Pada daun-daun yang mulai nampak
ada kutu bulu putih segera dipangkas, dimasukkan ke dalam kantong plastic untuk
dimusnahkan atau dibakar. Pada serangan yang sudah luas, pemberantasannya dapat
menggunakan parasit Encarsia flavosculetan atau menggunakan insektisida sistemik
misalnya formation 825 gr/ha atau dimetoat 1000 gr/ha.
Uret. Hama ini menyerang akar dan pangkal
tanaman tebu. Tanaman yang terserang menampakkan gejala kelayuan daun.
Pemberantasan uret dengan insektisida disarankan menggunakan carbofuran 3
persen sebanyak 50 kg/ha. Penggunaan insektisida yang mengandung senyawa BHC
hanya diperbolehkan pada lahan yang tidak ditanami tanaman pangan. Disamping
cara kimiawi, pengendalian hama uret dapat dilakukan secara mekanis dengan cara
mengumpulkan uret dan imagonya. Penangkapan imago harus dilakukan sebelum imago
sempat kawin. Berdasarkan siklus kehidupan uret, penangkapan imago dapat
dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember.
Di daerah dengan serangan hama uret
kuat, dianjurkan penggunaan insektida yang berformulasi ”slow release”,
antara lain dursban 14 S sebanyak 28 kg/ ha yang diberikan di dasar juringan
sebelum tebu ditanam. Insektisida ini mampu mengendalikan uret selama tiga
tahun tanpa merusak perakaran tebunya.
Tikus. Serangan tikus di daerah-daerah
tertentu terjadi hampir setiap tahun, sehingga kemungkinan kerugian sangat
besar. Pada daerah-daerah yang berbatasan dengan sawah perlu adanya kerjasama
dengan petani padi untuk mengamati adanya serangan tikus pada tanaman padi.
Segera setelah panen, dilakukan gropyokan dan pengasapan pada lubang-lubang
persembunyian maupun pemasangan umpan beracun.
Beberapa penyakit yang biasa
menyerang tanaman tebu antara lain penyakit mosaik, penyakit pembuluh, luka api
(smut), blendok dan pokahbung.
Penyakit mosaik. Penyebab penyakit ini adalah virus
mosaic. Tanda-tanda penyakit ini yaitu pada daun terdapat gambaran mosaik
berupa garis-garis dan noda-noda berwarna hijau muda sampai kuning. Cara
pencegahan yang telah dilakukan selama ini adalah dengan menggunakan bibit terseleksi
yang berasal dari tanaman sehat dan dari varietas tebu yang tahan terhadap
penyakit mosaik seperti Ps 56, F 154, F 156 atau M 442-51.
Penyakit pembuluh. Penyebab penyakit ini adalah bakteri
Clavibacter xylisubsp xyli. Tanaman yang terserang menampakkan gejala
pertumbuhan yang kurang sempurna terutama tanaman keprasan tampak kerdil.
Gejala yang khas yaitu terlihat warna jingga kemerah-merahan pada berkas-berkas
pembuluh batang tebu menjelang masaknya tebu. Cara pencegahan penyakit ini
antara lain dengan melakukan deinfeksi alat pemotong tebu dengan lisol 20%,
penanaman dengan menggunakan bibit sehat yang diperoleh dengan perawatan air
panas terhadap bibit tebu pada suhu 50°C selama 2-3 jam.
Penyakit luka api (smut). Penyebabnya adalah Ustilago scitaminea
Syd. Gejala penyakit ini timbulnya cambuk hitam pada pucuk tebu.
Pencegahannya dengan menanam bibit yang sehat dan varietas yang resisten,
bibit didesinfeksi dengan 0,5 gr b.a./triadimefon.
Penyakit blendok. Tanda-tanda serangan penyakit yang
disebabkan oleh sejenis bakteri ini yaitu apabila batang dibelah tanpak
pembuluh-pembuluh berwarna kuning tua sampai merah tua. Usaha pencegahannya
dengan deinfeksi pisau pemotong menggunakan lisol.
Penyakit pokahbung. Penyakit ini disebabkan oleh sejenis
jamur dan terutama timbul di musim hujan. Tanda-tanda penyakit ini adalah pada
daun muda terlihat memutih (chlorosis). Pada serangan yang parah, pusuk
tanaman menjadi busuk, pembuluh tanaman menjadi tidak normal bentuknya (bengkok
dan luka). Pemberantasan untuk tanaman yang telah terserang dengan cara
disemprot bubur Bordo 1 % seminggu sekali.
Gangguan gulma dapat menimbulkan
kerugian yang cukup besar karena bisa menyebabkan penurunan bobot tebu.
Pengendalian gulam disamping dengan cara manual ataupun kimiawi menggunakan
herbisida, dapat pula dilakukan secara kultur teknis dengan menciptakan kondisi
lingkungan yang dapat menekan pertumbuhan gulma atau dengan cara mekanis dengan
pembajakan dan penggaruan. Keempat cara tersebut dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan secara terpadu. Usaha pengendalian gulma akan dapat memberikan hasil
yang baik apabila pelaksanaannya tepat waktu, cara, alat maupun dosis dan jenis
herbisida yang digunakan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor
Iklim Sangat Berpengaruh Terhadap Perkembangan Hama Dan Penyakit Pada Tanaman
Tebu. Beberapa Indikator Pendukungnya Adalah Curah Hujan, Sinar Matahari,
Angin, Suhu Dan Sebagainya. Hama Dan Penyakit Yang Berkembang Diantaranya
Adalah Penggerek
Pucuk,
Penggerek
Batang,
Kutu Bulu
Putih
,Penyakit
Mosaik,
Penyakit
Pembuluh, Penyakit Luka Ap,I Penyakit Pokahbun.
3.2 Saran
Demikianlah
makalah ini sempga dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis sadar bahwa makalah
ini memiliki banyak kesalahan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis
harapkan. Terimakasih
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous, 1989. Hama dan Penyakit
Tanaman Tebu( Saccharum officinarum). PT. Bale. Bandung.
Anonymous, 1992. Budidaya Tanaman
Tebu di Lahan Sawah. Penebar swadaya. Jakarta
Anonymous, 1995. Petunjuk
Pelaksanaan Budidaya Tebu. PT Perkebunan XPG Poerwodadi. Madiun.
Djasmin. 1984. Hama-hama Tebu
Rakyat. PTP.XXI-XXII Persero. Surabaya.Ditjenbun (Direktorat Jenderal
Perkebunan). 2008.
Statistik Perkebunan Indonesia.
Jakarta. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan.
Ditjenbun (Direktorat Jenderal
Perkebunan). 2009. Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta. Departemen
Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan.
Kalshoven, L.G.E. 1991. Pest of
Crops In Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.
Wirioatmojo. 1987. The control of
Sugarcane Topborer Tryporyza innotata, F. P3GI. Pasuruan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar