Senin, 05 Desember 2016

MAKALAH TATA CARA BERPAKAIAN ORANG MELAYU KUANSING



KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya penulis ucapkan kepada Dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini ( Pakaian Adat Melayu ) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.



      Teluk Kuantan,     May 2012


           Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................        i
Daftar Isi..................................................................................................................        ii
BAB   I       PENDAHULUAN.................................................................................        1
1.1  Latar Belakang..............................................................................        1
1.2  tujuan makalah..............................................................................        1
BAB   II     PEMBAHASAN...................................................................................        2
2.1   Pakaian Tradisional Melayu........................................................        2
2.2   Menghadiri Upacara Adat ……………………...........................        6
2.3   Pakaian Untuk Pengantin ………………………………............        7
BAB   III    PENUTUP.............................................................................................        10
3.1  Kesimpulan...................................................................................        10
3.2  Saran..............................................................................................        10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................        11









BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Adat istiadat Melayu di Propinsi Riau berpangkal pada adat istiadat Melayu yang berada pada zaman kebesaran kerajaan-kerajaan yang terdapat di Melaka, Johor dan di daerah Riau seperti Kerajaan Siak, Kerajaan Indragiri, Kerajaan Riau Lingga, Kerajaan Pelalawan, Kerajaan Rambah, Kerajaan Gunung Sailan, Kerajaan Rokan dan Kerajaan Kampar yang berpunca pada kerajaan Melaka dan Johor. Namun demikian di daerah perbatasan dengan negeri Minangkabau dan Tapanuli Selatan terdapatnya akulturasi adat dan kebiasaan dikawasan perbatasan tersebut.
Oleh karena Kerajaan Melaya yang pertama Rajanya masuk Islam, maka segala adat istiadat Melayu itu syahlah menurut syarak dan syariat Islam (Tengku Tonel, 1920). Maka adat istiadat yang tidak bersendikan syarak atau syariat Islam tidak dibenarkan berlaku di negeri Melayu. Sehingga dikenal dengan ungkapan orang Melayu beragama Islam, beradat istiadat Melayu dan berbahasa Melayu. Tetapi orang pendatang ke negeri Melayu sesuai dengan adat istiadat Kerajaan Melayu, harus mengikuti adat istiadat yang berlaku di negeri Melayu, seperti kata pepatah: “dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung”.
Orang Melayu yang bermukim di daerah Propinsi Riau adalah adat Melayu yang mempunyai corak yang sama dan mempunyai ciri-ciri yang berlainan setiap daerah dan kelompok adat, tetapi tetap mempunyai kesamaan, seperti: adat Raja-Raja, adat Datuk-Datuk, adat Orang Besar Kerajaan, adat Penghulu, Batin serta adat hamba Raja.
Didalam makalah ini kita akan mebicarakan khusus mengenai Tata Cara Berpakaian Baju Melayu Riau, sesuai dengan anjuran dari pihak pelaksanan Seminar Tata Cara Berbusana Melayu.

1.2  Tujuan
1.     Mengetahui pakaian tradisional melayu.
2.     Mengetahui pakaian untuk menghadiri upacara adat.
3.     Mengetahui pakaian untuk pengantin.




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pakaian Tradisional Melayu
Pada zaman kerajaan-kerajaan di daerah Propinsi Riau ini, orang memakai pakaian menurut keperluan dan tempat serta kegiatan yang dihadapi, tidak dapat dilanggar semaunya. Kalau kita langgar berarti kita melanggar adat, atau dalam tata cara berpakaian disebut tidak sopan dan lebih keras lagi disebut tidak tahu adat.
1.     Pakaian Harian
a.      Kanak-Kanak
Pakaian harian anak waktu kecil yang kita kenal Baju Monyet yang dipakai oleh anak-anak lelaki. Kalau dia sudah meningkat besar dia memakai baju kurung teluk belakang atau baju kurung cekak musang dan ada kalanya memakai celana setengah lutut, memakai kopiah atau ikat kepala dari kain empat persegi yang dilipat untuk menghindarkan sengatan binatang yang berbisa, memakai kain samping ada yang dikenakan secara utuh, ada pula yang dibelitkan dipinggang ataupun disandang dibahu.
b.     dewasa
Pakaian harian untuk anak laki-laki dewasa ataupun perempuan, mereka memakai baju kurung Cekak Musang atau baju kurung Teluk Belanga, bertulang belut. Untuk anak laki-laki dewasa dia sudah membantu orang tuanya bekerja mencari nafkah, pakai baju Teluk Belanga Belah atau baju kurung Cekak Musang, memakai kain samping, ikat kepala atau berkopiah.
Pakaian untuk anak perempuan yang sudah baligh ini adalah baju kurung, baju Kebaya Laboh, baju Kebaya Pendek. Adapun kelengkapan baju kurung ini adalah kain Sarung Pelekat atau batik Bunga, pakai tutup kepala berupa selendang dan ditambah dengan Kain Tudung Lingkup yang dipakai bila keluar rumah. Kain Tudung Lingkup untuk pakaian harian digunakan kain pelekat.
c.       orang tua dan setengah baya
Pakaian perempuan tua adalah baju kurung Teluk Belanga dan pada lehernya bersulam bernama Tulang Belut. Baju ini longgar dan lapang dipakai, ada juga Kebaya Laboh atau Kebaya Panjang hingga dibawah lutut. Kedua bentuk baju ini memakai pesak atau kekek.
Pakaian orang tua laki-laki dan setengah baya berupa baju kurung Teluk Belanga Bertulang Belut dan baju kurung Cekak Musang. Untuk pakaian harian baju ini terbuat dari bahan katun dan kain samping pelekat, bentuk baju agak longgar.Baju Melayu bagi orang tua sering memakai baju Melayu Dagang Luar digunakan untuk sholat dan bertamu ke tetangga.

2.2  Menghadiri Upacara Adat
Yang dimaksud upacara adat adalah suatu kegiatan yang dibuat oleh pemerintah (Kerajaan) upacara seperti ini diatur oleh Kerajaan dizaman dahulunya, kalau sekarang diatur oleh Pemerintah atau Lembaga Adat Melayu Riau. Warna baju yang dipakai untuk upacara adat adalah warna hitam, berkain samping sesuai dengan tingkat derajatnya, stelan kuning dan stelan hitam adalah kain yang dipakai untuk Sultan atau Pemimpin Negeri. Kalau Sultan dalam upacara adat memakai tanjak hitam, demikian juga kalau memakai warna kuning harus seluruhnya berwarna kuning pula.
Kalau Datuk-Datuk orang besar dalam upacara adat memakai baju berwarna hitam berkain samping apa saja warnanya sesuai dengan seleranya, itulah sebagai pertanda perbedaan pimpinan dan bukan pimpinan.
1.     Kaum Perempuan
Baju yang dipakai adalah baju kurung Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh, bagi anak gadis baju Kebaya Laboh Cekaka Musang. Kepala memakai tudung Mente dan memakai tudung Kain Lingkup. Tudung Kain Lingkup apabila masuk ke ruangan kain Tudung Lingkup dilipatkan dipinggang kemudian dijepit dipinggang.
Rambut disanggul dengan bentuk sanggul Melayu, seperti sanggul Jonget, sanggul Lintang, dan sanggul Lipat Pandan. Perhiasan dipakai didada yang disebut dokoh dan gelang serta anting-anting.
Warna baju yang dipakai isteri Datuk-Datuk dan Orang Besar adalah warna hitam stelan dan berkain samping atau Tudung Lingkup yang berwarna lain. Warna kuning hanya dipakai oleh Sultan dan Permaisuri atau Pimpinan Tertinggi di daerahnya.
2.     Laki-Laki
Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara adat bagi kaum lelaki adalah baju kurung Cekak Musang, tidak dipakai baju kurung Teluk Belanga. Warna pakaian adat kaum lelaki berwarna hitam dari bahan saten atau bahan sutera dilengkapi dengan perlengkaan diantaranya adalah Baju stelan dengan celana anjang samai ketumit, Kain samping terbuat dari tenunan sendiri, seperti; tenun Siak, Indragiri, tenunan Daek, Tanjak sebagai penutup kepala, Bengkung pengikat pinggang, Sebilah keris Melayu Sepukal, atau Tuasik atau Tilam Upih, Kasut capal atau sepatu.
Untuk Sultan atau Pimpinan Tertinggi memakai baju Cekak Musang berwarna kuning atau hitam satu stel baju, celana dan kain samping. Stelan baju penuh dengan taburan bunga cengkeh, bintang dari ornamen yang ditenun khusus. Sultan memakai tanjak yang bernama Belah Mumbang atau Elang Menyongsong Angin serta bertingkat 3 atau 5.
Biasanya Sultan memakai dua keris, satu yang pendek satu yang panjang, biasanya keris yang anjang dibawa oleh pengawalnya yang sangat dipercaya. Pakaian adat dipakai pada upacara adat seperti penobatan Raja-Raja, emberian gelar, penyambutan tamu agung, musyawarah besar adat dan upacara adat yang digelar oleh Kerajaan atau Pemerintah.


2.3  Pakaian Pengantin
1.     Laki - Laki
pakaian pengantin laki-laki orang Melayu Kepulauan atau Pesisir serta orang Melayu Daratan tidaklah berbeda jauh bentuk bajunya berupa baju kurung Cekak Musang atau baju kurung Teluk Belanga, kecuali di daerah Lima Koto Kampar baju pengantinnya berbentuk jubah yaitu baju terusan panjang hingga kebawah menutup mata kaki.
Perlengkapan pakaian laki-laki sebagai seorang pengantin Melayu adalah Baju kurung Cekak Musang dari bahan tenunan satu stelan baju dan celana sama warnanya, Dikepala memakai Destar berbentuk mahkota dan adakalanya pengantin memakai tanjak, Memakai Sebai disebelah bahu kiri, Memakai kain samping dengan bunga kain kedepan, Pakai Bengkung, Pakai Keris, Pakai kalung panjang dilehernya pertanda ikatan keluarga, Membawa Sirih Lelat, Pakai kasut capal atau sepatu kulit.
Pakaian ini dipakai ada upacara langsung dimana pengantin laki-laki turun dari rumah ayah dan bundanya menuju kerumah pengantin perempuan. Untuk mengikuti acara akad nikah dan acara lainnya pengantin laki-laki memakai baju kurung Cekak Musang yang lengkap dengan memakai kopiah, kadang-kadang kopiah dihias dengan permata, kalau Orang Besar Kerajaan dan orang Bangsawan memakai lambang Kerajaan.
2.     Perempuan
Pakaian upacara adat perkawinan bagi pengantin perempuan dalam masyarakat Melayu Riau terdapat beberapa bentuk tergantung pada kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti : acara malam berinai, uacara akad nikah, acara bersanding, acara mandi damai serta acara berandam.
a.      Malam Berinai
Pakaian pengantin perempuan dalam upacara malam berinai memakai pakaian Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk Belanga, memakai hiasan dan pperhiasan serta memakai sanggul Melayu.

b.     Berandam
Pakaian pengantin pada upacara berandam hampir sama dengan memakai akaian Melayu harian; Kebaya Laboh atau Kebaya Pendek atau baju kurung Teluk Belanga.
Rambut disanggul dengan sanggul Lipat Pandan atau sanggul Siput Jonget dihiasi dengan bunga-bunga hidup seperti cempaka, bunga melur dan bunga tanjung. Muka pengantin dibersihkan dan dicukur bulu romanya, dan dihias bulu keningnya. Setelah berandam dimandikan dengan air tujuh bunga serta memakai kain kemban didada.
c.      Akad Nikah
Pakaian pengantin pada acara akad nikah berpakaian baju kurung Teluk Belanga atau baju kurung Kebaya Laboh, kepala ditutup dengan hiasan serta memakai tudung Mente. Sedangkan dada diberi perhiasan Dokoh bertingkat, pakai Pending, pakai Sebai dikanan dan duduk dikamar pengantin.
d.     Bersanding
Pakaian pengantin pada upacara langsung atau bersanding : pengantin perempuan memakai akaian Melayu Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk Belanga lengkap dengan atributnya kepala memakai pekakas andam dan dikening diletakkan Ramen perhiasan emas atau dibuat dari tekatan bedang emas, dada dihiasi dengan Dokoh bertingkat, lengan diberi gelang berkepala naga, dilengan bawah memakai gelang patah semat, sedangkan dikaki bergelang kaki berlipat rotan emas.
Dibahu kanan memakai sebai bertekat emas berjurai kelengan, pada pinggang memakai pending emas, dijari pakai canggai. Canggai hanya terlekat di ibu jari dan dijari kelingking (kedua belah jarinya). Kaki dipakai sepatu tertutup jari berwarna sesuai dengan kehendak pengantin berhak sedang yang disebut selepa.


e.      Mandi Damai
Pakaian waktu mandi damai berpakaian baju kurung Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh atau baju Kebaya Pendek yang dibuat khusus untuk upacara mandi damai. Upacara mandi damai adalah suatu upacara untuk menyatakan syukur bahwa pengantin telah bersatu.

























BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dapat kita lihat penjelasan pada bab ii bahwa setiap orang baik anak-anak, dewasa, maupun, setengah baya, laki-laki dan perempuannya memiliki aturan dan tata cara dalam berpakaian. Baik untuk pakaian sehari-hari maupun pakaian untuk menghadiri suatu upacara adat.

3.2  Saran
Demikianlah makalah kami. Semoga apa yeng tertera dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, penulis tidak menyarankan pebaca untuk mengikuti aturan dan tata cara berpakaian adat sepert tertera di atas karna kemajuan teknologi sekarang dan sudah banyak pakaian yang bagus di jaman yang serba modern ini.
Namun setidaknya penulis menyarankan agar kita tidak melupakan tentang cara berpakaian kakek dan nenek moyang kita pada jaman terdahulu sesuai dengan aturan didalam adat. Penulis menyadari terdapat banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut, terima  kasih.












DAFTAR PUSTAKA
http://www.indonesia.travel/id
Seni Tradisi Melayu, 29 Juli s.d. 1 Agustus 2004 di Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar