KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup
yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam
dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua
cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh
manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya penulis ucapkan kepada
Dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya,
baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen
serta teman-teman sekalian, besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Harapan yang paling besar dari
penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh
manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil
atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini ( Pakaian Adat Melayu ) sebagai
tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Teluk Kuantan, May 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar
Belakang.............................................................................. 1
1.2 tujuan makalah.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
2.1 Pakaian Tradisional Melayu........................................................ 2
2.2 Menghadiri Upacara Adat ……………………........................... 6
2.3 Pakaian Untuk Pengantin ………………………………............ 7
BAB III PENUTUP............................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan................................................................................... 10
3.2 Saran.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adat istiadat Melayu di Propinsi
Riau berpangkal pada adat istiadat Melayu yang berada pada zaman kebesaran
kerajaan-kerajaan yang terdapat di Melaka, Johor dan di daerah Riau seperti
Kerajaan Siak, Kerajaan Indragiri, Kerajaan Riau Lingga, Kerajaan Pelalawan,
Kerajaan Rambah, Kerajaan Gunung Sailan, Kerajaan Rokan dan Kerajaan Kampar
yang berpunca pada kerajaan Melaka dan Johor. Namun demikian di daerah
perbatasan dengan negeri Minangkabau dan Tapanuli Selatan terdapatnya
akulturasi adat dan kebiasaan dikawasan perbatasan tersebut.
Oleh karena Kerajaan Melaya yang
pertama Rajanya masuk Islam, maka segala adat istiadat Melayu itu syahlah
menurut syarak dan syariat Islam (Tengku Tonel, 1920). Maka adat istiadat yang
tidak bersendikan syarak atau syariat Islam tidak dibenarkan berlaku di negeri
Melayu. Sehingga dikenal dengan ungkapan orang Melayu beragama Islam, beradat
istiadat Melayu dan berbahasa Melayu. Tetapi orang pendatang ke negeri Melayu
sesuai dengan adat istiadat Kerajaan Melayu, harus mengikuti adat istiadat yang
berlaku di negeri Melayu, seperti kata pepatah: “dimana bumi dipijak, disana
langit dijunjung”.
Orang Melayu yang bermukim di daerah
Propinsi Riau adalah adat Melayu yang mempunyai corak yang sama dan mempunyai
ciri-ciri yang berlainan setiap daerah dan kelompok adat, tetapi tetap
mempunyai kesamaan, seperti: adat Raja-Raja, adat Datuk-Datuk, adat Orang Besar
Kerajaan, adat Penghulu, Batin serta adat hamba Raja.
Didalam makalah ini kita akan
mebicarakan khusus mengenai Tata Cara Berpakaian Baju Melayu Riau, sesuai
dengan anjuran dari pihak pelaksanan Seminar Tata Cara Berbusana Melayu.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pakaian tradisional
melayu.
2. Mengetahui pakaian untuk menghadiri
upacara adat.
3. Mengetahui pakaian untuk pengantin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pakaian
Tradisional Melayu
Pada
zaman kerajaan-kerajaan di daerah Propinsi Riau ini, orang memakai pakaian
menurut keperluan dan tempat serta kegiatan yang dihadapi, tidak dapat
dilanggar semaunya. Kalau kita langgar berarti kita melanggar adat, atau dalam
tata cara berpakaian disebut tidak sopan dan lebih keras lagi disebut tidak
tahu adat.
1. Pakaian Harian
a. Kanak-Kanak
Pakaian
harian anak waktu kecil yang kita kenal Baju Monyet yang dipakai oleh anak-anak
lelaki. Kalau dia sudah meningkat besar dia memakai baju kurung teluk belakang
atau baju kurung cekak musang dan ada kalanya memakai celana setengah lutut,
memakai kopiah atau ikat kepala dari kain empat persegi yang dilipat untuk
menghindarkan sengatan binatang yang berbisa, memakai kain samping ada yang
dikenakan secara utuh, ada pula yang dibelitkan dipinggang ataupun disandang
dibahu.
b. dewasa
Pakaian
harian untuk anak laki-laki dewasa ataupun perempuan, mereka memakai baju
kurung Cekak Musang atau baju kurung Teluk Belanga, bertulang belut. Untuk anak
laki-laki dewasa dia sudah membantu orang tuanya bekerja mencari nafkah, pakai
baju Teluk Belanga Belah atau baju kurung Cekak Musang, memakai kain samping,
ikat kepala atau berkopiah.
Pakaian
untuk anak perempuan yang sudah baligh ini adalah baju kurung, baju Kebaya
Laboh, baju Kebaya Pendek. Adapun kelengkapan baju kurung ini adalah kain
Sarung Pelekat atau batik Bunga, pakai tutup kepala berupa selendang dan
ditambah dengan Kain Tudung Lingkup yang dipakai bila keluar rumah. Kain Tudung
Lingkup untuk pakaian harian digunakan kain pelekat.
c. orang tua dan setengah baya
Pakaian
perempuan tua adalah baju kurung Teluk Belanga dan pada lehernya bersulam
bernama Tulang Belut. Baju ini longgar dan lapang dipakai, ada juga Kebaya
Laboh atau Kebaya Panjang hingga dibawah lutut. Kedua bentuk baju ini memakai
pesak atau kekek.
Pakaian
orang tua laki-laki dan setengah baya berupa baju kurung Teluk Belanga
Bertulang Belut dan baju kurung Cekak Musang. Untuk pakaian harian baju ini
terbuat dari bahan katun dan kain samping pelekat, bentuk baju agak longgar.Baju
Melayu bagi orang tua sering memakai baju Melayu Dagang Luar digunakan untuk sholat
dan bertamu ke tetangga.
2.2 Menghadiri
Upacara Adat
Yang dimaksud upacara adat adalah suatu kegiatan yang dibuat
oleh pemerintah (Kerajaan) upacara seperti ini diatur oleh Kerajaan dizaman
dahulunya, kalau sekarang diatur oleh Pemerintah atau Lembaga Adat Melayu Riau.
Warna baju yang dipakai untuk upacara adat adalah warna hitam, berkain samping
sesuai dengan tingkat derajatnya, stelan kuning dan stelan hitam adalah kain
yang dipakai untuk Sultan atau Pemimpin Negeri. Kalau Sultan dalam upacara adat
memakai tanjak hitam, demikian juga kalau memakai warna kuning harus seluruhnya
berwarna kuning pula.
Kalau Datuk-Datuk orang besar dalam upacara adat memakai
baju berwarna hitam berkain samping apa saja warnanya sesuai dengan seleranya,
itulah sebagai pertanda perbedaan pimpinan dan bukan pimpinan.
1. Kaum Perempuan
Baju yang dipakai adalah baju kurung Teluk Belanga, baju
Kebaya Laboh, bagi anak gadis baju Kebaya Laboh Cekaka Musang. Kepala memakai
tudung Mente dan memakai tudung Kain Lingkup. Tudung Kain Lingkup apabila masuk
ke ruangan kain Tudung Lingkup dilipatkan dipinggang kemudian dijepit
dipinggang.
Rambut disanggul dengan bentuk sanggul Melayu, seperti
sanggul Jonget, sanggul Lintang, dan sanggul Lipat Pandan. Perhiasan dipakai
didada yang disebut dokoh dan gelang serta anting-anting.
Warna baju yang dipakai isteri Datuk-Datuk dan Orang Besar
adalah warna hitam stelan dan berkain samping atau Tudung Lingkup yang berwarna
lain. Warna kuning hanya dipakai oleh Sultan dan Permaisuri atau Pimpinan
Tertinggi di daerahnya.
2. Laki-Laki
Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara
adat bagi kaum lelaki adalah baju kurung Cekak Musang, tidak dipakai baju
kurung Teluk Belanga. Warna pakaian adat kaum lelaki berwarna hitam dari bahan
saten atau bahan sutera dilengkapi dengan perlengkaan diantaranya adalah Baju
stelan dengan celana anjang samai ketumit, Kain samping terbuat dari tenunan
sendiri, seperti; tenun Siak, Indragiri, tenunan Daek, Tanjak sebagai penutup
kepala, Bengkung pengikat pinggang, Sebilah keris Melayu Sepukal, atau Tuasik
atau Tilam Upih, Kasut capal atau sepatu.
Untuk Sultan atau Pimpinan Tertinggi memakai baju Cekak
Musang berwarna kuning atau hitam satu stel baju, celana dan kain samping.
Stelan baju penuh dengan taburan bunga cengkeh, bintang dari ornamen yang
ditenun khusus. Sultan memakai tanjak yang bernama Belah Mumbang atau Elang
Menyongsong Angin serta bertingkat 3 atau 5.
Biasanya Sultan memakai dua keris, satu yang pendek satu
yang panjang, biasanya keris yang anjang dibawa oleh pengawalnya yang sangat
dipercaya. Pakaian adat dipakai pada upacara adat seperti penobatan Raja-Raja,
emberian gelar, penyambutan tamu agung, musyawarah besar adat dan upacara adat
yang digelar oleh Kerajaan atau Pemerintah.
2.3 Pakaian
Pengantin
1. Laki - Laki
pakaian pengantin laki-laki orang Melayu Kepulauan atau Pesisir
serta orang Melayu Daratan tidaklah berbeda jauh bentuk bajunya berupa baju
kurung Cekak Musang atau baju kurung Teluk Belanga, kecuali di daerah Lima Koto
Kampar baju pengantinnya berbentuk jubah yaitu baju terusan panjang hingga
kebawah menutup mata kaki.
Perlengkapan pakaian laki-laki sebagai seorang pengantin
Melayu adalah Baju kurung Cekak Musang dari bahan tenunan satu stelan baju dan
celana sama warnanya, Dikepala memakai Destar berbentuk mahkota dan adakalanya
pengantin memakai tanjak, Memakai Sebai disebelah bahu kiri, Memakai kain
samping dengan bunga kain kedepan, Pakai Bengkung, Pakai Keris, Pakai kalung
panjang dilehernya pertanda ikatan keluarga, Membawa Sirih Lelat, Pakai kasut
capal atau sepatu kulit.
Pakaian ini dipakai ada upacara langsung dimana pengantin
laki-laki turun dari rumah ayah dan bundanya menuju kerumah pengantin
perempuan. Untuk mengikuti acara akad nikah dan acara lainnya pengantin
laki-laki memakai baju kurung Cekak Musang yang lengkap dengan memakai kopiah,
kadang-kadang kopiah dihias dengan permata, kalau Orang Besar Kerajaan dan
orang Bangsawan memakai lambang Kerajaan.
2.
Perempuan
Pakaian upacara adat perkawinan bagi
pengantin perempuan dalam masyarakat Melayu Riau terdapat beberapa bentuk
tergantung pada kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti : acara malam berinai,
uacara akad nikah, acara bersanding, acara mandi damai serta acara berandam.
a. Malam Berinai
Pakaian pengantin perempuan dalam upacara malam berinai
memakai pakaian Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk Belanga, memakai hiasan dan
pperhiasan serta memakai sanggul Melayu.
b. Berandam
Pakaian pengantin pada upacara berandam hampir sama dengan
memakai akaian Melayu harian; Kebaya Laboh atau Kebaya Pendek atau baju kurung
Teluk Belanga.
Rambut disanggul dengan sanggul Lipat Pandan atau sanggul
Siput Jonget dihiasi dengan bunga-bunga hidup seperti cempaka, bunga melur dan
bunga tanjung. Muka pengantin dibersihkan dan dicukur bulu romanya, dan dihias
bulu keningnya. Setelah berandam dimandikan dengan air tujuh bunga serta
memakai kain kemban didada.
c. Akad Nikah
Pakaian pengantin pada acara akad nikah berpakaian baju
kurung Teluk Belanga atau baju kurung Kebaya Laboh, kepala ditutup dengan
hiasan serta memakai tudung Mente. Sedangkan dada diberi perhiasan Dokoh bertingkat,
pakai Pending, pakai Sebai dikanan dan duduk dikamar pengantin.
d. Bersanding
Pakaian pengantin pada upacara langsung atau bersanding :
pengantin perempuan memakai akaian Melayu Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk
Belanga lengkap dengan atributnya kepala memakai pekakas andam dan dikening
diletakkan Ramen perhiasan emas atau dibuat dari tekatan bedang emas, dada
dihiasi dengan Dokoh bertingkat, lengan diberi gelang berkepala naga, dilengan
bawah memakai gelang patah semat, sedangkan dikaki bergelang kaki berlipat
rotan emas.
Dibahu kanan memakai sebai bertekat emas berjurai kelengan,
pada pinggang memakai pending emas, dijari pakai canggai. Canggai hanya
terlekat di ibu jari dan dijari kelingking (kedua belah jarinya). Kaki dipakai
sepatu tertutup jari berwarna sesuai dengan kehendak pengantin berhak sedang
yang disebut selepa.
e. Mandi Damai
Pakaian waktu mandi damai berpakaian baju kurung Teluk
Belanga, baju Kebaya Laboh atau baju Kebaya Pendek yang dibuat khusus untuk
upacara mandi damai. Upacara mandi damai adalah suatu upacara untuk menyatakan
syukur bahwa pengantin telah bersatu.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dapat kita lihat penjelasan pada bab ii bahwa setiap orang
baik anak-anak, dewasa, maupun, setengah baya, laki-laki dan perempuannya
memiliki aturan dan tata cara dalam berpakaian. Baik untuk pakaian sehari-hari
maupun pakaian untuk menghadiri suatu upacara adat.
3.2 Saran
Demikianlah makalah kami. Semoga apa yeng tertera dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, penulis tidak menyarankan pebaca
untuk mengikuti aturan dan tata cara berpakaian adat sepert tertera di atas
karna kemajuan teknologi sekarang dan sudah banyak pakaian yang bagus di jaman
yang serba modern ini.
Namun setidaknya penulis menyarankan agar kita tidak
melupakan tentang cara berpakaian kakek dan nenek moyang kita pada jaman
terdahulu sesuai dengan aturan didalam adat. Penulis menyadari terdapat banyak
kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis mohon maaf atas
kesalahan tersebut, terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indonesia.travel/id
Seni
Tradisi Melayu, 29 Juli s.d. 1 Agustus 2004 di Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar