Senin, 05 Desember 2016

makalah petir dan penetral petir



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Petir Dan Penangkal PETIR”Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
           




Taluk Kuantan,   Agustus 2016


Kelompok 4

 



 


 


DAFTAR ISI


Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1  Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................................. 2
1.3  Tujuan................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1  Defenisi Petir........................................................................................................ 3
2.2  Instalasi Penangkal Petir...................................................................................... 5      
2.2  Fungsi Penangkal Petir......................................................................................... 5
BAB III PENUTUP...................................................................................................... 7
3.1  Kesimpulan........................................................................................................... 7
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................... 8











BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia terletak pada khatulistiwa yang mempunyai hari guruh sangat tinggi dengan aktifitas 100 sampai 200 hari – guruh per tahun. Industri di Indonesia menggunakan semakin banyak peralatan sistim yang canggih menggunakan komponen elektronik dan mikroprosesor dan sangat sensitif terhadap PEdP ( Pulsa Elektromagnetik dari Petir ) atau LEMP ( Lightning Electromagnetic Pulse ).  Karakteristik petir di Indonesia yang berbeda dengan karakteristik petir diluar negeri yang dijadikan standar oleh Badan Standarisasi duina pada umumnya.
Sangat sedikitnya informasi tentang Sistim Proteksi Petir dan Sistem Penentu lokasi dan Pelacak Petir khususnya di negara tropis seperti di Indonesia disamping sangat kurangnya “ Awareness “ atau kesiagaan terhadap kemungkinan bahaya petir. Banyaknya instalasi-instalasi penting dan berbahaya yang menjadi target mudah ( easy target ) bagi sambaran petir karena strukturnya yang tinggi dan pada lokasi yang terbuka.
Wilayah Indonesia memiliki jumlah kilatan petir yang cukup banyak. Sejumlah tempat di Indonesia memiliki potensi besar tersambar petir. Salah satunya Depok, Bogor, Jakarta Selatan, Kuningan, Semarang, Kudus, Bojonegoro dan Bondowoso. Pada tahun 2015 di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat, lima orang petani tersambar petir saat berteduh di gubug sawah yang mengakibatkan dua orang tewas dan tiga lainnyamengalami luka bakar. Di Bojonegoro, Jawa Timur,petani tersambar petir ketika baru saja meninggalkan sawahnya. Sedangkan di Perairan Tanjung Bumi Bangkalan, Sampang, Jawa Timur, sebanyak dua orang menderita luka bakar akibat sambaran petir.
Sambaran petir yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan Korban Jiwa, kerusakan pada bangunan, peralatan dan instalasi listrik, maupun pipa gas, apabila terhubung dengan pipa gas bisa berpotensi timbulnya api atau ledakan.

1.2    Rumusan Masalah
1.     Apa defenisi penangkal petir?
2.     Bagaimana cara kerja penangkal petir?

1.3   Tujuan
1.     Untuk mengetahui defenisi penangkal petir.
2.     Untuk mengetahui defenisi cara kerja penangkal petir.























BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Petir
Petir merupakan kejadian alam yang selalu melepaskan muatan listriknya ke bumi tanpa dapat dikendalikan dan menyebabkan kerugian harta benda dan manusia. Tak ada yang dapat mengubah situasi ini. Petir terjadi karena adanya benturan antara awan yang bermuatan listrik positif di udara. Kilatan cahaya petir yang  mengandung  arus  listrik  sangat  kuat  tersebut  dapat  merusak  bangunan ataupun peralatan elektronik.
Meskipun kilatan petir jatuh di daerah yang agak jauh misalnya 1 km dari kantor anda, arus listrik imbasannya tetap mengalir pada berbagai kabel tembaga seperti kawat  penghantar  listrik PT. PLN dan kabel telepon PT. Telkom. Arus imbas ini meskipun lebih kecil akan tetapi tetap memiliki kemampuan merusak peralatan elektronik anda seperti telepon faximile ataupun komputer dan peralatan jaringan komputer.
Petir  adalah  salah  satu  fenomena  alam  yang  paling  kuat  dan menghancurkan.  kekuatan  petir  yang  pernah  tercatat  adalah  mulai  dari  ribuan amper sampai 200.000 amper atau sama dengan kekuatan yang dibutuhkan untuk menyalakan 500 ribu lampu bohlam 100 watt. Meskipun arus petir hanya sesaat kira-kira selama 200  micro-detik tapi hasil kerusakan yang ditimbulkan sangat luarbiasa. Effek dari serangan langsung sangat jelas terlihat, mulai dari kerusakan bangunan, kebakaran sampai bahaya kematian bagi manusia.
Selain itu pada saat petir  menyambar  akan  ada  loncatan   muatan  listrik  ke  benda  yang  bersifat konduktor disekitar pusat hantaman. loncatan ini  bahkan bisa mengalir kemana- mana hingga puluhan kilometer. Untuk hal tersebut diatas diperlukan penangkal petir yang sangat baik terutama untuk gedung, fasilitas umum dan  pusat bisnis yang menghandalkan komputer atau peralatan elektronik untuk seluruh kegiatan bisnis-nya
Petir telah banyak membuat kerugian pada manusia dan kerusakan pada peralatan sejak dulu. Semakin banyaknya pemakaian alat elektronik dan peralatan tegangan  rendah  saat  ini  telah  meningkatkan  jumlah  statistik  kerusakan  yang ditimbulkan oleh pengaruh sambaran petir baik langsung maupun tidak langsung. Indonesia memiliki hari guruh yang tinggi dengan jumlah sambaran petirnya yang banyak, sehingga kerusakan dan kerugian yang ditimbulkannya pun lebih besar.
Upaya  proteksi  manusia  dan  peralatan  telah  dilakukan,  namun  dengan semakin  luas,  semakin  banyak  dan  semakin  canggihnya  peralatan  listrik  dan elektronik   yang   digunakan   menyebabkan   semakin   rumitnya   sistem   yang diperlukan. Keadaan alam iklim tropis Indonesia pada umumnya termasuk daerah dengan hari petir yang tinggi setiap tahun. Karena keterbatasan data besarnya hari petir untuk setiap lokasi di Indonesia. Pada saat ini diasumsikan bahwa di lokasi yang tinggi di atas gunung atau menara dan gedung yang menjulang tinggi ditengah-tengah area yang bebas atau dilahan terbuka seperti sawah, ladang, mempunyai kemungkinan sambaran lebih tinggi.  
Tempat-tempat   dengan   tingkat   sambaran   tinggi   frekwensi   maupun intensitasnya mendapat prioritas  pertama untuk penanggulangannya,  sedangkan tempat-tempat  yang  relatif  kurang  bahaya  petirnya  mendapat  prioritas  ke  dua dengan pemasangan protektor yang lebih sederhana. Lokasi yang mempunyai nilai bisnis tinggi industri kimia, pemancar TV, Telekomunikasi,  gedung  perkantoran  dengan  sistem  perkantoran  dan  industri strategis  seperti  hankam,  bandara  udara  memerlukan  proteksi  yang  dilakukan seoptimal mungkin, sedangkan lokasi dengan nilai bisnis rendah mungkin makin sederhana   sistem   protektor   yang   akan   dipasang.  
Dengan   berkembangnya teknologi  yang  sangat  pesat  hingga  kini,  maka  pelepasan  muatan  petir  dapat merusak jaringan listrik dan peralatan elektronik yang lebih sensitif.Sambaran  petir  pada  tempat  yang  jauh  sudah  mampu  merusak  sistem elektronika dan  peralatannya,  seperti  instalasi  komputer,  perangkat telekomunikasi, sistem kontrol, alat-alat pemancar dan instrument serta  peralatan  elektronik  sensitif  lainnya. 
Untuk  mengatasi  masalah  ini  maka perlindungan  yang  sesuai  harus  diberikan  dan  dipasang  pada  peralatan  atau instalasi terhadap bahaya sambaran petir langsung maupun induksinya. Salah satu penyebab  semakin  tingginya  kerusakan  peralatan  elektronika  karena  induksi sambaran petir tersebut adalah karena sangat sedikitnya informasi mengenai petir dan masalah yang dapat ditimbulkannya.

2.2   Sistem Penangkal Petir
Installasi penangkal petir adalah merupakan suatu sistem yang menggabungkan   komponen–komponen   dan   peralatan–peralatan   yang   secara keseluruhan berfungsi sebagai penangkal petir yang menyalurkan sambaran petir ke tanah. Sistem tersebut dipasang sedemikian rupa sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya atau benda–benda di dalamnya terlindung dan terhindar dari bahaya sambaran langsung maupun tak langsung.
Installasi ini di kelompokan menjadi bagian penghantar diatas tanah dan penghantar didalam tanah. Dengan  pemasangan  installasi  penangkal  petir  tidak  menambah  atau mengurangi kemungkinan suatu bangunan atau peralatan terkena sambaran petir, akan  tetapi bila terjadi sambaran petir arusnya akan disalurkan ke tanah lewat installasi  penyaluran  sehingga  bangunan  dan  peralatan  didalamnya  terlindung. Ada beberapa cara yang bisa digunakan, antara lain : Penagkal petir sistim Franklin dan Faraday.

2.3   Fungsi Perlindungan dari Installasi Penangkal Petir.
Untuk hal tersebut diatas diperlukan penangkal petir yang sangat handal terutama untuk  gedung,  fasilitas  umum dan  pusat  bisnis yang  menghandalkan komputer  atau  peralatan  elektronik  untuk  seluruh  kegiatan  bisnisnya.  Ada  4 kriteria  yang  harus  di  perhatikan  dalam  sistem  penangkal  petir  untuk  dapat mengikuti standar dunia yang telah teruji antara lain :Jaringan Termination, penghantar atau down conductors, jaringan pembumian grounding dan bonding untuk menghindari side flashing.
Korosi adalah hal yang sering terjadi pada sistem penangkal petir. dengan mutu  material yang rendah banyak di dijumpai penangkal  petir yang terpasang hanya baik untuk 3-12 bulan. Setelah korosi terjadi pada semua komponen, sistem penangkal petir tidak lagi menghantar dengan sempurna. Akibatnya jelas kerugian material sampai bahaya kematian bagi manusia pastikan semua sistem penangkal petir terbuat dari material  tembaga murni, bukan campuran dan kwalitas pabrik yang baik.




























BAB III
PENUTUP

1.1    Kesimpulan
Petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah kapasitor raksasa, dimana lempeng pertama adalah awan (bisa lempeng negatif atau lempeng positif) dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral). Seperti yang sudah diketahui kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat (energy storage).
Penangkal petir adalah rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalan bagi petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang dilewatinya. Ada 3 bagian utama pada penangkal petir yaitu batang penangkal petir,kabel konduaktor, tempat pembumian

















DAFTAR PUSTAKA

Watermarking and Content Protection for Digital Images and Video, thesis of PhD in University of Surrey, 2002
Mauro Barni, Franco Bartolini, Watermarking Systems Engineering, Marcel Dekker Publishing, 2004
Saraju P. Mohanty, Digital Watermarking: A Tutorial Review , Dept. of Computer Scieence and Engineering, University of South Florida.
Mauro Barni, F. Bartolini, V. Cappellini, A.Piva, “ A DCT-Domain System for Robust Image Watermarking”, Signal Processing 66, pp 357-372, 1998










Tidak ada komentar:

Posting Komentar