Senin, 05 Desember 2016

HUBUNGAN FAKTOR IKLIM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO



MAKALAH
AGROKLIMATOLOGI

TENTANG
HUBUNGAN FAKTOR IKLIM TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO
Logo Unix



    

     
   OLEH :
  ELA YUNARTI
   SEMESTER 2

  DOSEN : MUSLIM

    PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI
TELUK KUANTAN
2015

KATA PENGANTAR


Teriring do’a sebagai seorang hamba, segenap ikhtiar sebagai seorang khalifah, dan segala puji syukur milik Allah SWT, Pencipta semesta alam, yang menaburkan kehidupan dengan penuh hikmah. Dengan limpahan rahmat, taufik serta inayah-Nya, penulis diberikan kekuatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul hubungan faktor iklim terhadap pertumbuhan tanaman kakao ”.
Sholawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, sang penerang umat, juga kepada keluarga yang mulia,sahabatnya yang tercinta dan umatnya yang setia  akhir zaman semoga kita mendapat syafaat-Nya, Amien….
Dengan terselesaikannya makalah ini, tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini . 
Sebagaimana pepatah mengatakan  Tiada gading yang tak retak, maka penulisan makalah inipun tentunya dijumpai banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur serta saran-saran penyempurnaan, agar kedepannya makalah ini dapat lebih baik lagi.



Teluk Kuantan,   Juni 2015
                                                                                                           


                                                                                                                  Penulis


                                                                                                           

DAFTAR ISI


Kata Pengantar........................................................................................................        i
Daftar Isi..................................................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................        1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................        1
1.2 Tujuan Makalah............................................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................        3
2.1 Pengaruh Faktor Iklim Terhadap Pertumbuhan Kakao...............................        3
2.2 Syarat Tumbuh Iklim Tanaman Kakao........................................................        6
2.3 Jenis-Jenis Kakao.........................................................................................        11
BAB III PENUTUP..................................................................................................        14
31  Kesimpulan...................................................................................................        14
3.2  Saran............................................................................................................        14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................        15





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang                                                                                                                                                                                                                                                                                                      
Negara Indonesia merupakan negara agraris yang sangat tergantung pada produksi pertanian, oleh karena itu, pembangunan pertanian merupakan syarat yang mutlak untuk membangun ekonomi nasional. Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembang luaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Indonesia merupakan  kepulauan Nusantara yang terletak di sepanjang khatulistiwa, dengan letak geografis antara 6 LU – 11 LS dan       95 BT – 141 BT, secara geografis merupakan daerah tropis yang mempunyai potensi baik untuk pengembangan kakao.
Produksi potensial tanaman ditentukan oleh sifat genetiknya, sedangkan produksi aktual di lapangan ditentukan oleh lingkungan tempat tumbuhnya. Pangudiyatno (1983), menyebutkan bahwa kondisi yang sesuai untuk suatu jenis tanaman tertentu, akan memberikan kenampakan pertumbuhan yang jagur dan sehat, dengan perkembangan akar yang baik dan kuat sehingga tanaman akan memberikan produksi yang tinggi. Oleh karena itu untuk pengembangan kakao, terlebih dahulu perlu dilakukan pemilihan dan penilaian kesesuaian lahan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya, dan diikuti teknik budidaya yang tepat sehingga tanaman kakao dapat memberikan produksi yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan.
Mutu fisik Biji kakao umumnya dipengaruhi oleh keadaan iklim seperti ketinggian daerah tanaman, iklim setempat, pemeliharaan tanaman dan pengolahan. Selain itu teknik budidaya dan varietas kakao juga berpengaruh terhadap mutu fisik biji kakao yang akan dihasilkan   ( Pantastico, 1986).
Hubungan Karakteristik fisik biji kakao berdasarkan letak tumbuh pada ketinggian di atas permukaan menunjukkan bahwa semakin tinggi letak ketinggian tumbuhnya maka ukuran biji semakin besar, kadar kulit lebih rendah dan kadar lemak relative lebih tinggi (Prawoto dan Karneni, 1994).
Dengan  mempengaruhinya letak tumbuh tanaman kakao terhadap fisik biji kakao, maka dilakukakannya penelitian pengukuran fisik biji buah kakao berdasarkan letak ketinggian tumbuh tanaman di atas permukaan laut yang berbeda .
                                                                                                                              
1.2  Tujuan Makalah
1.      Untuk mengetahui pengaruh faktor iklim terhadap pertumbuhan kakao?
2.      Untuk mengetahui syarat tumbuh iklim tanaman kakao?
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis kakao?













BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengaruh Faktor Iklim Terhadap Pertumbuhan Kakao
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.
Klasifikasi kakao:
Kerajaan       : Plantae
Divisi                        : Magnoliophyta
Kelas             : Magnoliopsida
Ordo              : Malvales
Famili           : Malvaceae (Sterculiaceae)
Genus            : Theobroma
Spesies          : Theobroma cacao
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah. Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman kakao tetap diperlukan persiapan naungan.
Tanpa persiapan naungan yang baik,pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh karena itu persiapan lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai ekonomis sebagai penaung merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao.


Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang lain. Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.
Perubahan iklim terjadi disebabkan oleh pemanasan global. Pemanasan global terjadi karena adanya peningkatan emisi gas rumah kaca, yaitu CO2, CH4, N2O dan CFC. Peningkatan emisi gas rumah kaca sangat tinggi pada negara-negara maju dan berkembang, yang terjadi akibat aktivitas manusia dalam menghasilkan energi. Perubahan iklim menyebabkan terjadinya variabilitas iklim, yaitu fenomena terkait kondisi cuaca ekstrem yang terjadi dalam rentang waktu tertentu. Variabilitas iklim ditandai dengan adanya peningkatan suhu udara, perubahan pola curah hujan, peningkatan permukaan air laut dan peningkatan frekwensi kejadian ekstrim, yaitu banjir dan kekeringan. Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian yang dapat menimbulkan kerugian secara langsung adalah banjir, kekeringan dan peningkatan serangan hama dan penyakit.
Sub-sektor perkebunan adalah salah satu sub-sektor di pertanian yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dampak perubahan iklim yang menimpa sub-sektor perkebunan dapat berupa kekeringan, kebanjiran, maupun serangan hama dan penyakit. Pengaruh kekeringan pada tanaman perkebunan, seperti kopi dan kakao, berupa penurunan produktivitas dan daya tahan tanaman sehingga menjadi lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2013).
Salah satu penyakit yang berpengaruh akibat perubahan iklim adalah penyakit antraknosa pada kakao. Penyakit antraknosa disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.
Pengaruh temperatur atau suhu terhadap tanaman kakao erat kaitannya dengan ketersedian air, sinar mtahari, dan kelembaban. Faktor-faktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penataan tanaman pelindung, dan irigasi. Temperatur sangat berpengaruh terhadap pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun.
Menurut hasil penelitian, temperatur ideal bagi pertumbuhan tanaman kakao adalah 30° - 32° C (maksimum) dan 18° - 21° C (minimum). Kakao dapat juga tumbuh dengan baik pada temperatur minimum 15° C per bulan dengan temperatur minimum absolut  10° C per bulan. Tempertaur ideal lainnya bagi pertumbuhan tanaman kakao adalah 26,6° C, yang erat kaitannya dengan distribusi tahunan 23,9° - 26,7° C masih baik untuk pertumbuhan tanaman kakao asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang. Berdasarkan keadaan iklim di Indonesia, temperatur 25° - 26° C merupakan temperatur rata-rata tahunan tanpa faktor pembatas. Oleh karena itu, daerah-daerah tersebut sangat cocok jika ditanami kakao.
Tempertaur yang lebih rendah 10° C yang diterima oleh tanaman kakao, akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Di Trininad, temperatur konstan 31° C menyebabkan tanaman tumbuh abnormal, walaupun di Ghana temperatur 33,8° C tidak mengakibatkan pengaruh buruk terhadap tanaman kakao.
Tempertaur yang tinggi  akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan segera gugur.  Pembungaan akan lebih baik jika berlangsung pada temperatur 26° - 30° C pada siang hari dibandingkan bila terjadi pada temperatur 23° C. Demikian juga temperatur 26° C pada malam hari masih lebih baik pengaruhnya terhadap pembungaan daripada temperatur 23° - 30° C. Jumlah flush maupun luas daun lebih besar pada suhu rendah, demikian juga waktu hidupnya.                          
                                     




2.1  Syarat Tumbuh iklim Tanaman Kakao
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah. Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman kakao tetap diperlukan persiapan naungan. Tanpa persiapan naungan yang baik,pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh karena itu persiapan lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai ekonomis sebagai penaung merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao.
Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan hujan tropis yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan tanaman relatif pendek. Sejumlah peneliti menyimpulkan bahwa maksimalisasi penggunaan cahaya matahari di dalam proses fotosintesis ternyata tidak memberikan pengaruh merugikan terhadap pertumbuhan dan produksinya. Air dan hara merupakan faktor penentu jika kakao hendak ditanam dengan sisitem tanpa tanaman pelindung. Dengan demikian, tanaman terus-menerus mendapatkan sinar matahari secara penuh.
Pengaruh faktor iklim bagi pertumbuhan tanaman kakao yang perlu diperhatikan adalah daerah tanam ketinggiannya tidak lebih dari 800 meter di atas permukaan air laut, dengan suhu 30° C – 32° C (maksimum) dan 18° C – 21° C (minimum) dengan pH 5,6 – 7,2 serta daerah yang bercurah hujan 1100 mm/tahun – 3000 mm/tahun.


1.     Ketinggian Tempat
Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan. Lingkungan alami tanaman kakao adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan, suhu udara dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Demikian juga dengan faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara. Ditinjau dari wilayah penanamannya kakao ditanam pada daerah-daerah yang berada pada 10o LU sampai dengan 10o LS.
Walaupun demikian penyebaran pertanaman kakao secara umum berada diantara 7oLU sampai 18oLS. Hal ini erat kaitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. Kakao juga masih toleran pada daerah 20o LU sampai 20o LS.Dengan demikian Indonesia yang berada pada 5o LU sampai dengan 10o LS masih sesuai untuk pertanaman kakao. Ketinggian tempat Ketinggian tempat di Indonesia yang ideal untuk penanaman kakao adalah tidak lebih tinggi dari 800 m dari permukaan laut.
2.     Curah Hujan
Curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman dan produksi kakao ialah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerah-daerah dengan curah hujan 1.100-3.000 mm per tahun. Curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampakya berkaitan erat dengan serangan penyakit busuk buah (blask pods).
Daerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per tahun masih dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air yang hilang karena transpirasi akan lebih besar dari pada air yang diterima tanaman dari curah hujan, sehingga tanaman harus dipasok dengan air irigasi. Di tinjau dari tipe iklimnya, kakao sangat ideal ditanam pada daerah-daerah yang tipenya iklim Am (menurut Koppen) atau B (menurut Scmidt dan Fergusson). Di daerah-daerah yang tipe iklimnya C menurut (Scmidt dan Fergusson) kurang baik untuk penanaman kakao karena bulan keringnya yang panjang. Dengan membandingkan curah hujan diatas dengan curah hujan
Tipe Asia, Ekuator dan Jawa maka secara umum areal penanaman kakao di Indonesia masih potensial untuk dikembangkan. Adanya pola penyebab curah hujan yang tetap akan mengakibatkan pola panen yang tetap pula. Temperatur Pengaruh temperatur terhadap kakao erat kaitannya dengan ketersedian air, sinar matahari dan kelembaban. Faktor-faktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penataan tanaman pelindung dan irigasi. Temperatur sangat berpengaruh terhadap pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun. Menurut hasil penelitian, temperatur ideal bagi tanaman kakao adalah 300C - 320C (maksimum) dan 180C-210C (minimum). Kakao juga dapat tumbuh dengan baik pada temperatur minimum 15o C
perbulan.
Temperatur ideal lainnya dengan distribusi tahunan 16,60C masih baik untuk pertumbuhan kakao asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang. Berdasarkan keadaan iklim di Indonesia temperatur 250-260 C merupakan temperatur rata-rata tahunan tanpa faktor terbatas. Karena itu daerah-daerah tersebut sangat cocok jika ditanami kakao. Temperatur yang lebih rendah 100 C dari yang dituntut tanaman kakao akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang.
Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan gugur. Pembungaan akan lebih baik jika berlangsung pada temperatur 230 C. Demikian juga tempertur 26oC pada malam hari masih lebih baik pengaruhnya terhadap pembungaan dari pada temperatur 23o-300 C. Temperatur tinggi selama kurun waktu yang panjang berpengaruh terhadap bobot biji. Tempertur yang relatif rendah akan menyebabkan biji kakao banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dibandingkan dengan suhu tinggi. Pada areal tanaman yang belum menghasilkan kerusakan tanaman sebagi akibat dari temperatur tinggi selama kurun waktu yang panjang ditandai dengan matinya pucuk. Daun kakao masih toleran sampai suhu 50o C untuk jangka waktu yang pendek. Temperaturvyang tinggi tersebut menyebabkan gejala necrossis pada daun. Lingkungan hidup alami tanaman kakao ialah hutan hujan tropis yang didalam pertumbuhanya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh.
3.     Cahaya matahari
Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan batang relatif pendek. Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapain indeks luas daun optimum. Kakao tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20 persen dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya didalam fotosintesis setiap daun yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30 persen cahaya matahari atau pada 15 persen cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang lebih besar bila cahaya matahari yang diterima lebih banyak.
a.      Air dan hara
Air dan hara merupakan faktor penentu bila mana kakao akan ditanam dengan sistem tanpa tanaman pelindung sehingga terus menerus mendapat sinar atahari secara penuh.
b.     Naungan
Pembibitan kakao membutuhkan naungan, karena benih kakao akan lebih lambat pertumbuhannya pada pencahayaan sinar matahari penuh. Penanaman kakao tanpa pelindung saat ini giat diteliti dan diamati karena berhubungan dengan biaya penanaman maupun pemeliharaan.
Penanaman dilakukan dipagi hari pada musim hujan tenyata lebih baik hasilnya kalau sore/malam harinya hujan turun dibandingkan dengan jika hujan yang turun 2 hari kemudian. Dengan demikian, air dan hara memang merupak faktor penentu bila mana cahaya matahari dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi pertanaman kakao.
c.      Tanah
Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan kimia dan fisik yang berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kakao terpenuhi.
Kemasaman tanah, kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sementara faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukan air tanah, drainse, struktur dan konsesntensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao.
d.     Sifat kimia
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki masaman pH 6-7.5 tidak lebih tinggi dari 8, serta tidak lebih rendah dari 8.
e.      Bahan organik tanah
Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0-15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1.75 persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur.






2.3  Jenis-Jenis Kakao
Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi yang banyak dikembangkan sebagai tanaman perkebunan ada tiga, yaitu: criollo, forastero, dan trinitari (Triwitarsih, 2009):
1.     Criollo menghasilkan biji cokelat yang bermutu tinggi dan dikenal sebagai edel cocoa atau cokelat mulia. Kulit buah berwarna merah atau hijau, berbintil-bintil kasar dan lunak. Bijinya berbentuk bulat dan berukuran besar, kulit bijinya (kotiledon) berwarna putih waktu masih basah, biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan cokelat bermutu tinggi.
2.     Forasteromenghasilkan cokelat yang bermutu sedang, dikenal dengan bulk cocoa atau ordinary cocoa. Kulit buah berwarna hijau dan tebal. Bijinya tipis atau gepeng dan kulit bijinya (kotiledon) berwarna ungu waktu masih basah.
3.     merupakan campuran atau hibrida dari jenis criollo dan forastero sehingga cokelat jenis ini sangat heterogen baik warna kulit, bentuk biji, maupun mutunya.
Buah tanaman kakao merupakan buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai 10 alur dan tebalnya 1 - 2 cm. Kulit buah mempunyai 10 alur dan tebalnya 1-2 cm. Pada waktu masih muda, biji kakao menempel pada bagian kulit dalam buah, tetapi bila buah kakao telah matang maka biji kakao terlepas dari kulit buah. Buah kakao demikian akan berbunyi bila digoncang (Anonim, 2010c )
Jumlah bunga tanaman kakao yang menjadi buah sampai matang dan jumlah biji di dalam buah serta berat biji merupakan faktor-faktor yang menentukan produksi.Buah kakao muda yang ukurannya kurang dari 10 cm disebut cherelle (buah pentil). Buah muda ini acap kali mengalami pengeringan (cherelle wilt) sebagai gejala yang spesifik dari kakao.
Gejala demikian disebut physiological effect thinning, yaitu adanya proses fisiologis yang menyebabkan terhambatnya penyaluran hara untuk menunjang pertumbuhan buah muda. Gejala tersebut bisa saja dikarenakan adanya kompetisi energi antara vegetatif dan generatif atau karena adanya pengurangan hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhan buah muda. Beberapa jenis tanaman kakao menghasilkan buah yang banyak tetapi bijinya kecil, dan sebaliknya (Anonim, 2010c)
Kriteria tingkat kemasakan buah dapat dilihat dari perubahan fisiologis yang terdiri atas perubahan warna kulit, aroma, dan kekerasan buah kakao. Hal penting yang terjadi pada proses masaknya buah adalah perubahan kadar air, berat, dan ukuran biji. Pada saat masak fisiologis, translokasi zat nutrisi pada biji akan terhenti (Susanto, 1994).
Bentuk buah kakao bulat lonjong, didalamnya terdapat  rata-rata 40 biji. Tanaman kakao mulai berbuah sekitar umur 3 tahun dan dianggap tidak produktif lagi setelah berumur 25 tahun ( Siregar, 1997).
Bila proses penyerbukan berlangsung dengan baik, buah kakao akan terbentuk setelah empat belas hari setelah penyerbukan. Buah yang berkembang dengan baik sudah dapat dipanen setelah mulai masak.  Buah kakao akan masak anatara  5 - 6 bulan setelah proses penyerbukan. Buah kakao yang telah berumur 3 bulan, memiliki panjang 5 - 10 cm, sedangkan buah yang telah masak berukuran antara 10 - 30 cm. selama proses perkembangan, buah kakao mengalami perubahan warna. Buah yang berwarna hijau pada saat muda akan berubah menjadi kuning, sedangkan buah yang berwarna merah pada saat mudah akan berubah menjadi orange setelah masak. Setiap tongkol buah berisi 30 - 50 biji. Berat biji kering    0,8 – 1,3 gram perbiji (Susanto, 1994).
Pemasakan buah kakao sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat tanaman kakao.Di tempat dataran rendah, buah masak pada umur  sekitar        5 bulan, sedangkan pada ketinggian di atas 500 meter dari permukaan laut, buah masak pada umur sekitar 6 bulan. Untuk variatas criollo yang merupakan kakao yang bermutu tinggi atau kakao mulia, memiliki keungulan yaitu pada tahun kelima dapat mencapai1,0– 2,0 ton biji kering/ha/tahun, pada jarak tanama 3 x 3 meter atau 4 x 2 dengan populasi 1100 atau 1250 tanaman kakao/ha, berat biji kurang lebih 1,2 gram/biji,dapat dibudidayakan pada ketinggian 0 – 650 meter di atas





















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan dan diduga terutama suhu, oleh karena itu pendekatan yang paling baik dalam rangka pembangunan pertanian adalah menyesuaikan sistem usaha tani dengan keadaan iklim setempat. Faktor suhu mempunyai peranan yang sangat penting dalam perencanaan dan sistem produksipertanian karena seluruh unsur iklim berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologis,pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

3.2 Saran
Untuk meningkatkan kadar zat organik dapat dipergunakan serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao. 900 kg kulit buah kakao memberikan hara 28 gram urea, 9 kg P, 56.6 kg Mo dan 8 Kg kiserit. Sebaiknya tanah-tanah yang hendak ditanam kakao paling tidak juga mengandung kalsium lebih besar dari 8 me per 100 gram contoh tanah da kalsium lebih besar dari 0.24 me per 100 gram pada kedalaman 0-15 cm.







DAFTAR PUSTAKA 

 Anonim, 2010a. Budidaya Kakao .http://jonihermanritonga.jazz.or.id/budidaya- tanaman-kakao/. Di akses 15 April 2010.
Anonim, 2010b. Standar Mutu Bij Kakao. http://agribisnis.net/Pustaka/Standar Mutu Kakao.htm. Di akses 15 April 2010.
Anonim, 2010c . Bagian - Bagian Tanaman Kakao.html. Di akses Tanggal 17    April  2010
Pantastico C.R.B, 1986.  Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan  Buah – buahan dan sayur – sayuran Trofika dan Subtrofika.
Prawoto A.A & Iskandar Abdul Karneni, 1994. Pengaruh Tinggi Tempat Penanaman Kakao Terhadap Kadar Lemak dan Komposisi Asam Lemak. Pusat Penelitian Kopi dan kakao. Jember. Indonesia.
Sari, P.E.2008. Klasifikasi Kakao.http://era89. wordpress.com.   klasifikasi-kakao. Di akses 17 April 2010.
Siregar F.H.S. 2004. Budidaya Pengoalahan dan pemasaran Cokelat. PT penebar Swadaya, Jakarta.
Susanto F.X, 1994. Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius.Yogyakarta.
Triwitarsih, 2009. Perkebunan Kakao di Glenmore Banyuwangihttp://  ksupointer.com/tanaman kakao. Di akses  20 April 2010.

Winarno H, 2008. Budidaya Tanaman Coklat2. http://www.pakkatnews.combudidaya- tanaman-coklat-2.html. Di akses 19 April 2010






1 komentar:

  1. TERIMAKASIH POSTINGANNYA SANGAT MEMBANTU SEMOGA DI NILAIIBADAH DI SISI ALLAH SWT.TUHAN YANG MAHA ESA

    BalasHapus