KATA
PENGANTAR
Teriring
do’a sebagai seorang hamba, segenap ikhtiar sebagai seorang khalifah, dan
segala puji syukur milik Allah SWT, Pencipta semesta alam, yang menaburkan
kehidupan dengan penuh hikmah. Dengan limpahan rahmat, taufik serta inayah-Nya,
penulis diberikan kekuatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Randai
”.
Sholawat
serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW, sang penerang umat, juga kepada keluarga yang mulia,sahabatnya
yang tercinta dan umatnya yang setia
akhir zaman semoga kita mendapat syafaat-Nya, Amien….
Dengan
terselesaikannya makalah ini, tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini .
Sebagaimana
pepatah mengatakan Tiada gading yang
tak retak, maka penulisan makalah inipun tentunya dijumpai banyak
kekurangan dan kelemahan. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya
dan mengharap tegur serta saran-saran penyempurnaan, agar kedepannya makalah
ini dapat lebih baik lagi.
Teluk
Kuantan, May 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2
Tujuan Makalah................................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................................... 2
2.1
Asal Usul........................................................................................................... 2.................................................................................................................................
2.2
Perkembangan Randai....................................................................................... 3
2.3
Cara Bermain Randai........................................................................................ 4.................................................................................................................................
2.4 Fungsi Musik Randai Dalam Masyarakat....................................................... 8.................................................................................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 9
3.2
Saran................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... ......................................................................................................................................... 10
BAB
1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Akhir-akhir
ini telah banyak berbagai macam musik baru yang baru kita kenal di
masyarakat,seperti adanya musik barat,pop,dangdut,dll. Masyarakat cenderung
lebih tertarik kepada hal-hal yang baru,dan mereka melupakan musik-musk
tradisional yang dari dulunya ada sejak zaman nenek moyang kita,bahkan ada yang
sama sekali tidak mengenal musik-musik di daerahnya.
Di
kalangan remaja apalagi,mereka cenderung menyukai musik-musik baru seperti
barat,pop dan dangdut,yang menurut mereka itu”gaul” dan nge-tern.
Contoh salah satu musik daerah yang ada di Kuansing adalah seperti Randai.Randai awalnya berasal dari Sumatera Barat,tapi kesenian Randai ini juga dimainkan oleh beberapa daerah seperti Kuansing.
Contoh salah satu musik daerah yang ada di Kuansing adalah seperti Randai.Randai awalnya berasal dari Sumatera Barat,tapi kesenian Randai ini juga dimainkan oleh beberapa daerah seperti Kuansing.
1.2
Tujuan Makalah
1. Memahami
asal usul randai.
2. Memahami
perkembangan randai.
3.
Memahami cara bermain randai.
4.
Memahami fungsi musik randai dalam
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal Usul
Pada
awalnya randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui
gurindam atau syair yang di sendangkan dan gelombang-gelombang tari yang
berasal dari gerakan 2 silat minangkabau. Randai dalam sejarah Minangkabau
Konon kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan Padang Panjang
ketika mesyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut.
Randai
di Minangkabau suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang, berkelompok
atau beregu, dimana dalam randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita
Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya.
Pemeran
utama berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita
yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama
dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan
berlansungnya acara tersebut. Sekarang ini Randai merupakan sesuatu yang asing
bagi pemuda-pemudi Minangkabau, hal ini dikarenakan bergesernya orientasi
kesenian atau kegemaran dari generasi tersebut. Randai terdapat di Pasisie dan
daerah Darek (daratan).
Pada
awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui
gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari
gerakan-gerakan silat Minangkabau. namun dalam perkembangannya Randai
mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara modern, seperti
kelompok Dardanela dan Tonil pada awal abad ke 20.Jadi, Randai adalah media
untuk menyampaikan cerita-cerita rakyat, dan kurang tepat jika Randai disebut
sebagai Teater tradisi Minangkabau walaupun dalam perkembangannya Randai
mengadopsi gaya bercerita atau dialog teater atau sandiwara.
"Sebelum
randai menjadi teater berkembang saat ini, dulunya adalah tari randai. Tari
randai dipelihara di perguruan silat yang mengajarkan Ulua Ambek terutama di
daerah pesisir (Padang Pariaman). Tak heran tari-tari Minang kontemporer dewasa
ini, ada yang pola gerak dan pola dialog seperti randai.
2.2. Perkembangan Randai
Randai
awalnya dimainkan oleh masyarakat Sumatera Barat,tapi sekarang Randai juga
dimainkan oleh beberapa daerah seperti di Kuantan Singingi,tapi sekarang
pertunjukan Randai ini sudah jarang di pertunjukkan oleh mayarakat.
Keunikan
randai memang mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan denga kesenian
rakyat lainnya yang hidup di Rantau Kuantan. Antara lain adalah, adanya tokoh
wanita di perankan oleh laki-laki yang berpakaian wanita, dan sindiran-sindiran
terhadap pejabat dalam bentuk pantun.
Tokoh
wanita yang diperankan laki-laki ini dimaksudkan untuk menjaga adat dan
norma-norma Agama. Karena latihan pada malam hari dan pertunjukan juga pada
malam hari, sehingga kalau ada anak dara yang tampil ini merupakan suatu yang
tabu bagi masyarakat. Selain itu juga untuk menjaga supaya hal-hal yang tidak
diinginkan tidak terjadi.
Sewaktu
pementasan para Anak Randai membentuk lingkaran dan menari sambil mengelilingi
lingkaran, sehingga pemain tidask berkesan berserakan dan terlihat rapi.
Menyaksikan Randai Kuantan kita akan terbuai dan merasakan suasana kehidupan
desa. Bermain, kebun karet, bergurau, bersorak sorai serta berbincang, tentu
dengan lidah pelat Melayu Kuantan. Sehingga perantau yang pulang kampung ke Rantau
Kuantan tak pernah melawatkan pertunjukan ini.
Untuk
menyaksikan pertunjukan Randai Kuantan bukanlah hal yang sulit, karena Randai
Kuantan sampai saat ini tetap banyak didapatkan di Rantau Kuantan, bahkan pada
saat ini hampir setiap desa mempunyai kelompok randai. Sekarang ini randai
merupakan sesuatu yang asing bagi para pemuda pemudi.
2.3. Cara Bermain
Randai
Randai
dimainkan oleh pemain utama yang akan bertugas menyampaikan cerita,pameran
utama ini bisa berjumlah satu orang,2,3 atau lebih tergantung dari cerita yang
dibawakan ,dan dalam mebawakan atau memerankannya,pemeran utama diingkari oleh
anggota2 lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlangsungnya acara tersebut.
Gesekan Piual—Biola, hentakan pukulan Gondang dan tiupan
lapri (Serunai), diiringi langkah tari merupsakan ciri khas tersendiri dari
Randai Kuantan. Salah satu bentuk kesenian rakyat tradisional Kabupaten Kuantan
Singingi. Randai Kuantan merupakan kesenian rakyat yang komunikatif, lahir dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat Kuantan. Randai Kuantan membawakan suatu
cedrita yang sudah disusun sedemikian rupa dengan dialog dan pantun logat
Melayu Kuantan, disertai lagu-lagu Melayu Kuantan sebagai paningkah babak-babak
cerita.
Memang suatu pertunjukan kesenian rakyat yang membuat kita pun ingin ikut bergoyang melihatnya, bahkan mengelitik hati. Tak urung gelak tawa pun akan keluar dengan seketika. Cerita yang dibawakan biasanya sudah melekat di hati orang Rantau Kuantan, sehingga randai sudah begitu akrab di tengah-tengah masyarakat.
Memang suatu pertunjukan kesenian rakyat yang membuat kita pun ingin ikut bergoyang melihatnya, bahkan mengelitik hati. Tak urung gelak tawa pun akan keluar dengan seketika. Cerita yang dibawakan biasanya sudah melekat di hati orang Rantau Kuantan, sehingga randai sudah begitu akrab di tengah-tengah masyarakat.
Tak di ketahui secara
pasti, kapan randai mulai ada di daerah ini. Tetapi apabila menilik dari
sejarah, maka randai ini telah ada semenjak zaman penjajahan Belanda dulu.
Randai di pergerlarkan dalam acara pesta perkawinan, sunatan, doa padang,
kenduri kampung dan acara lainnya yang di anggap perlu untuk menampilkan
Randai.
Seni
Budaya Kuansing Randai Kuansing biasanya dilaksanakan pada malam hari, memakan
waktu 2 hingga 4 jam. Disinilah orang sekampung mendapat hiburan dan bisa
bertemu dengan kawan-kawan dari lain desa. Berhasilnya sebuah pertunjukan tidak
terlepas dari peran serta pemain, pemusik dan penontonnya. Untuk sebuayh
ceriata yang akan dibawakan biasanya memakan waktu latihan sekitar satu bulan
atau lebih. Memang waktu latihannya tidak setiap hari, rutinnya hanya pada
malam Ahad.
Tetapi apabila akan
mengadakan pertunjukan maka waktu latihannya akan ditambah sesuai dengan
kesepakatan bersama. Dengan jumlah anggota 15 sampai 30 orang untuk satu tim
randai, terdiri dari penari, pemusik, dan tokoh dalam cerita. Jumlah tokoh
tergantung cerita yang dibawakan. Biasanya jumlah pemusik tetap. Satu Piual,
2-3 gendang, satu peniup lapri.
Keunikan randai memang
mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan denga kesenian rakyat lainnya yang
hidup di Rantau Kuantan. Antara lain adalah, adanya tokoh wanita di perankan
oleh laki-laki yang berpakaian wanita, dan sindiran-sindiran terhadap pejabat
dalam bentuk pantun. Tokoh wanita yang diperankan laki-laki ini dimaksudkan
untuk menjaga adat dan norma-norma Agama. Karena latihan pada malam hari dan
pertunjukan juga pada malam hari, sehingga kalau ada anak dara yang tampil ini
merupakan suatu yang tabu bagi masyarakat. Selain itu juga untuk menjaga supaya
hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Sewaktu pementasan para
Anak Randai membentuk lingkaran dan menari sambil mengelilingi lingkaran,
sehingga pemain tidask berkesan berserakan dan terlihat rapi. Menyaksikan
Randai Kuantan kita akan terbuai dan merasakan suasana kehidupan desa. Bermain,
kebun karet, bergurau, bersorak sorai serta berbincang, tentu dengan lidah
pelat Melayu Kuantan. Sehingga perantau yang pulang kampung ke Rantau Kuantan
tak pernah melawatkan pertunjukan ini. Untuk menyaksikan pertunjukan Randai
Kuantan bukanlah hal yang sulit, karena Randai Kuantan sampai saat ini tetap
banyak didapatkan di Rantau Kuantan, bahkan pada saat ini hampir setiap desa
mempunyai kelompok randai.
Sebuah kelompok Randai
juga mempunyai sutradara yang mengatur jalan cerita sebuah pertunjukan randai.
Sutradara atau peramu cerita harus mempunyai wawasan yang luas terutama dalam
hal pengembangan dialog dan pantun. Tidak hanya itu, dia sedikit banyak juga
harus mengerti tentang peralatan alat musik yang digunakan. Disinilah sutradara
dituntut untuk menampilkan yang terbaik. Sehingga penonton tidak merasa bosan
dengan alur ceritanya. Peran pemerintah untuk melastarikan kesenian tradisonal
Kuantan ini memang ada. Terbukti dengan diperlombakannya kesenian ini pada
setiap Festival Pacu Jalur di Teluk Kuantan. Disinilah mereka bisa menguji
kemampuan kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. selain itu pada Festival
Budaya melayu (FBM) 1997 di Pekanbaru, randai juga diikutsertakan mewakili
kontingen Inderagiri Hulu—sebelum mekar menjadi Kuantan Singngi.
Masyarakat Rantau
kuantan sering kali mengadakan hajatan dengan mengundang sebuah kelompok
Randai. dengan demikian mereka tidak merasa jenuh dengan latihan saja, mereka
juga akan mandapat masukan berupa uang lelah sebagai ucapan terima kasih. peran
masyarakat setempatlah yang sebenarnya paling dominan. sehingga Randai Kuantan
tetap melekat dihati masyarakat.
Tinggi la Bukik si Batu
Rijal
Tompek Batanam Si Sudu-sudu
Abang Kan Poi Adiak Kan Tinggal
Bajawek Solam Kito dahulu
Tompek Batanam Si Sudu-sudu
Abang Kan Poi Adiak Kan Tinggal
Bajawek Solam Kito dahulu
Itulah sala satu pantun dalam Randai
Kuantan yang bercerita tentang Ali Baba dan Fatimah Kayo. Cerita ini
mengisahkan perjalanan hidup sepasang suami istri yang hidup di Kampung Kopah
Teluk Kuantan.
2.4 Fungsi Musik Randai Dalam Masyarakat
Randai merupakan suatu kesenian asli daerah kuantan
singingi yang unik, dimana dalam kesenian ini mengisahkan seorang bujang gadi (
laki-laki yang berpenampilan wanita) dalam kehidupannya sehari-hari. Alat musik
yang paling dominan dimainkan dalam mengiringi kesenian randai ini adalah
biola.
Randai merupakan musik tradisional yang didalamnya
terdapat seni musik, seni teater dan juga seni tari, bahkan seni sastra.
Kesenian randai ini terdiri dari beberapa orang pemain musik, beberapa para
penari. Dan lebih uniknya dari kesenian randai ini ialah ada beberapa orang
Bujang - Gadis yang menjadi pusat perhatian para penonton. Randai ini bertujuan
untuk menghibur masyarakat biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada
hari raya Idul Fitri. Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan
bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua
orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam
membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota
lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari karya tulis
yang dibuat penulis,kita dapat menyimpulkan bahwa musik daerah seperti Randai
harus tetap dilestarikan dan harus dikenal oleh masyarakat,terutama bagi
kalangan remaja yang mulai melupakan karya musik daerah.
3.2
Saran
Agar budaya
didaerah kita tidak hilang dan mudah dikenal di masyarakat,sebaiknya buatlah
musik daerah itu semenarik mungkin,tapi tidak merubah ciri khas dari musik
daerah itu sendiri, hal ini agar musik daerah intu banyak diminati oleh
masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
http://gurusenikuansing.blogspot.com/2011/10/seni-budaya-kuansing-seni-teater.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar