MAKALAH
TENTANG
PENGARUH
IKLIM TROPIKA TERHADAP PERTANIAN

OLEH :
DOSEN :
PROGRAM
STUDI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
ISLAM KUANTAN SINGINGI
TELUK KUANTAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “ Pengaruh Iklim Tropika Terhadap Pertanian” Pada
makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan
pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat
jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima
kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Taluk Kuantan, Juli 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................. i
Daftar
Isi...................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3
Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1
Pengertian Iklim............................................................................................... 3
2.2 Pengaruh Iklim Tropika Terhadap Pertanian.................................................. 4
2.3 Sistem
Bertanam Daerah Tropika................................................................... 5
BAB
III PENUTUP...................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 9
3.2 Saran................................................................................................................. 9
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan iklim terjadi di berbagai belahan dunia, sehingga
menyebabkan perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara,
serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan merupakan
beberapa dampak serius perubahan iklim yang dihadapi masyarakat dunia, termasuk
Indonesia. Alam yang salah atau akibat ulah manusia yang serakah sehingga
merusak alam, menurut beberapa ahli di Indonesia perubahan iklim akan
menyebabkan: (a) seluruh wilayah Indonesia mengalami kenaikan suhu udara,
dengan laju yang lebih rendah dibanding wilayah subtropis; (b) wilayah selatan
Indonesia mengalami penurunan curah hujan, sedangkan wilayah utara akan
mengalami peningkatan curah hujan. Perubahan pola hujan tersebut menyebabkan
berubahnya awal dan panjang musim hujan.
Di wilayah Indonesia bagian selatan, musim hujan yang makin
pendek akan menyulitkan upaya meningkatkan indeks pertanaman (IP) apabila tidak
tersedia varietas yang berumur lebih pendek dan tanpa rehabilitasi ja-ringan
irigasi. Meningkatnya hujan pada musim hujan menyebabkan tingginya frekuensi
kejadian banjir, sedangkan menurunnya hujan pada musim kemarau akan
meningkatkan risiko kekekeringan. Sebaliknya, di wilayah Indonesia bagian
utara, meningkatnya hujan pada musim hujan akan meningkatkan peluang indeks
penanaman, namun kondisi lahan tidak sebaik di Jawa. Tren perubahan ini tentunya
sangat berkaitan dengan sektor pertanian.
Strategi antisipasi dan teknologi adaptasi terhadap
perubahan iklim merupakan aspek kunci yang harus menjadi rencana strategis
Departemen Pertanian dalam rangka menyikapi perubahan iklim. Hal ini bertujuan
untuk mengembangkan pertanian yang tahan (resilience) terhadap variabilitas
iklim saat ini dan mendatang. Upaya yang sistematis dan terintegrasi, serta
komitmen dan tanggung jawab bersama yang kuat dari berbagai pemangku
kepentingan sangat diperlukan guna menyelamatkan sektor pertanian. Untuk
mencapai tujuan tersebut, perlu disusun kebijakan kunci Departemen Pertanian
dalam rangka melaksanakan agenda adaptasi mulai tahun 2007 sampai 2050, yang
meliputi rencana aksi yang bersifat jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengkaji dan membahas
masalah perubahan iklim khususnya yang terjadi pada sektor pertanian. Dalam
makalah ini pemulis akan membahas tentang iklim tropis yang ada di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian iklim?
2.
Apa pengaruh iklim tropika terhadap
pertanian?
3.
Bagaimanakah sistem
bertanam daerah tropika?
1.3 Tujuan
1. Mengatahui pengertian iklim
2 Mengatahui pengaruh
iklim tropika terhadap pertanian
3 Mengatahui sistem bertanam daerah tropika
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Iklim
Iklim adalah suatu
kondisi rata-rata dari cuaca, dan untuk mengetahui kondisi iklim suatu tempat,
diperlukan nilai rata-rata parameterparameternya selama kurang lebih 10 sampai
30 tahun. Iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang
kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang
sangat sulit dikendalikan. Dalam praktik iklim adalah keadaan rata-rata cuaca
di suatu daerah yang luas dalam jangka waktu yang lama.Karena iklim berlaku
tetap, maka penelitian tentang iklim dilakukan dengan, iklim dan cuaca sangat
sulit untuk dimodifikasi/dikendalikan sesuai engan kebutuhan,kalaupun bisa
memerlukan biaya dan teknologi yang tinggi. Iklim/cuaca sering seakan-akan
menjadi faktor pembatas produksi.
Pertanian adalah salah satu sektor
dimana didalamnya terdapat penggunaan sumberdaya hayati untuk memproduksi suatu
bahan pangan,bahan baku industri dan sumber energi. Bagian terbesar penduduk
dunia adalah bermata pencaharian dalam bidang – bidang pertanian dan pertanian
juga mencakup berbagai bidang,tetapi pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB
dunia.
Iklim
merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi
tanaman. Jenis-jenis dan sifat-sifat iklim bisa menentukkan jenis-jenis tanaman
yang tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. oleh karena itu kajian
klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan.Dampak perubahan iklim bukan hanya
soal naiknya permukaan laut atau perubahan suhu permukaan Bumi. Lebih penting
lagi dampak perubahan iklim yang dapat dirasakan secara dekat dan nyata adalah
dapat menyebabkan kerentanan pangan. Perubahan iklim merupakan tantangan dan
ancaman nyata sektor pertanian dalam menjaga keberlansungan produksi pangan.
Tidak hanya menjadi perhatian pada
forum internasional, perubahan iklim telah menjadi isu strategis nasional
berbagai negara dalam menghadapi fenomena tersebut. Seiring
dengan semakin berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya pada perubahan
iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku
iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim
hujan membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa
panen.
2.2 Pengaruh Iklim Tropika Terhadap Pertanian
Pertanian adalah suatu jenis kegiatan
produksi yang berlandaskan pada proses pertumbuhan dari tumbuhan dan hewan.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang
berlimpah dan didukung oleh iklim yang bagus untuk perkembangan usaha pertanian.
Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris yaitu dimana sebagian besar
penduduk indonesia bekerja pada bidang pertanian.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka
pertanian di Indonesia juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pertanian
berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang di peroleh oleh
manusia dalam menciptakan pertanian yang mampu menghasilkan produk pertanian
yang dapat mencukupi kebutuhan hidup manusia.
Iklim merupakan salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi perkembangan pertanian, karena pada umumnya tanaman
pertanian tidak mampu hidup pada iklim yang terlalu panas atau terlalu dingin.
Namun bagi negara di daerah tropis seperti Indonsia iklim bukanlah faktor yang
dapat memnghambat perkembangan pertanian, karena daerah tropis hanya mengalami
dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Sehingga dengan keadaan iklim yang
seperti ini dapat diatur kapan musim tanam yang bagus untuk tanaman pertanian,
dengan harapan menghasilkan produk pertanian yang memuaskan.
Daerah tropis adalah daerah yang sangat
cocok untuk perkembangan pertanian dibandingkan dengan daerah lain di dunia.
Karena daerah tropis memiliki pencahayaan matahari yang cukup untuk pertumbuhan
tanaman. Hal ini berbeda dengan daerah subtropis maupun daerah lain yang hanya
memiliki 1/4 musim panas dalam satu tahun. Akan tetapi melihat keadaan sekarang
kita merasa miris karena pertanian di daerah tropis khususnya Indonesia sangat
jauh tertinggal dengan pertanian yang ada di daerah yang memiliki 4 musin seperti
Jepang.
Seharusnya ini menjadi fokus perhatian
kita. Apa sebenarnya yang menyebabkan perkembangan pertanian Indonesia
tertinggal jauh dengan perkembangan pertanian negara luar ?. Dilihat dari
daerahnya tentu cara pengolahan atau proses perkembangan pertanian di daerah
tropis memiliki perbedaan dengan daerah lainnya. Maka dalam tulisan ini penulis
akan menjelaskan sedikit tentang perkembangan pertanian dan sistem bertanam
pada daerah tropis. Tujuannya adalah dapat meningkatkan kemauan para petani
didaerah tropis untuk mengembangkan pertanian sehingga mampu menjadi negara
yang mampu berswasemabada.
2.3 Sistem Bertanam
Daerah Tropika
Daerah tropis kering dicirikan oleh
adanya perbedaan yang nyata antara musim penghujan dan kemarau. Di daerah
semacam ini dibutuhkan sistem pertanaman yang menghasilkan pangan yang cukup
dan bergizi, meskipun terjadi variasi curah hujan yang sangat tinggi dari tahun
ke tahun dan musim kemarau yang panjang. Hasil pertanian yang tinggi tergantung
pada pemanfaatan curah hujan selama musim hujan dan air yang tersimpan di dalam
tanah selama musim kering.
Krisis ekonomi dan perubahan iklim di
Asia dan Pasifik telah membuktikan kelemahan-kelemahan tersebut, dan dampaknya
pada kegagalan panen yang pada akhirnya mempengaruhi perekonomian petani bahkan
perekonomian nasional. Curah hujan yang lebih rendah dari yang diperkirakan
berpengaruh terhadap penyiapan lahan dan gangguan pertumbuhan tanaman. Hal ini
menyebabkan penyempitan luas tanam dan produksi rendah. Krisis ekonomi
berdampak pada harga dan ketersediaan sarana produksi pertanian.
Penerapan sistem tumpang sari pada
bedeng permanen mengurangi ketergantungan petani terhadap berbagai masalah
seperti pendanaan dan iklim serta memperbaiki jumlah dan kualitas gizi pangan
yang dihasilkan.
1.
Sistem Perladangan Berpindah
Pada awalnya,
sistem perladangan berpindah terjadi saat pertama kali manusia mengenal
bercocok tanam. Manusia pada waktu itu belum mengenal pengelolaan lahan dan
teknologi yang digunakan karena tingkat pengetahuan yang masih rendah ,
sehingga sistem perladangan ini disebut sistem asal tanam. Ladang Berpindah adalah
kegiatan pertanian yang dilakukan dengan cara berpindah-pindah tempat. Ladang
dibuat dengan cara membuka hutan atau semak belukar. Pohon atau semak yang
telah ditebang setelah kering kemudian dibakar. Setelah hujan tiba, ladang
kemudian ditanami dan ditunggu sampai panen tiba. Setelah ditanami 3 – 4 kali,
lahan kemudian ditinggalkan karena sudah tidak subur lagi.
Akibat yang
ditimbulkan dari sistem perladangan berpindah ini adalah menurunnya kesuburan
lahan dengan cepat karena belum mengenal pemupukan. Ketika lahan sudah tidak
produktif lagi, mereka pindah lalu membuka hutan baru atau kembali mengerjakan
lahan yang sudah lama ditinggal dan sudah pulih kesuburan tanahnya. Namun
dinegara lain, seperti Afrika, sistem pertanian berpindah ini bukan lagi
beronotasi negatif. Dengan teknologi yang terus diperbaiki, sistem ini
merupakan alternatif yang cocok untuk dikembangkan.
2.
Sistem Tadah Hujan Semi Intensif dan
Intensif
Sistem bertanam
adalah pola-pola tanam yang digunakan petani dan interaksinya dengan
sumber-sumber alam dan teknologi yang tersedia. Sedangkan pola tanam adalah
penyusunan cara dan saat tanam dari jenis-jenis tanaman yang akan ditanam
berikut waktu-waktu kosong (tidak ada tanaman) pada sebidang lahan tertentu.
Pola tanam ini mencakup beberapa bentuk sebagai berikut:
v Multiple
Cropping (Sistem Tanam Ganda)
Multiple
cropping adalah sistem penanaman lebih dari satu jenis tanaman
pada sebidang tanah yang sama dalam satu tahun. Sistem pertanian ganda ini
sangat cocok bagi petani dengan lahan sempit di daerah tropis, sehingga dapat
memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah sekaligus meminimalkan
resiko dan melestarikan sumberdaya alam.
v Seguantial
Cropping (Pergiliran Tanaman)
Seguantial cropping adalah sistem penanaman lebih dari satu
jenis tanaman pada sebidang lahan dalam satu tahun, dimana tanaman kedua
ditanam setelah tanaman pertama dipanen. Demikian pula bila ada tanaman ketiga,
tanaman ini ditanam setelah tanaman kedua dipanen.
v Maximum Cropping
(Siatem Tanam Maksimum)
Maximum
cropping adalah pengusahaan lahan untuk mendapatkan hasil panen
yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan aspek ekonomisnya (biaya,
pendapatan atau keuntungan) dan apalagi aspek kelestarian produksinya dalam
jangka panjang.
v Sole Cropping
atau Monoculture (Sistem Tanam Tunggal)
Monoculture adalah sistem penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan
periode waktu yang sama. Penataan tanaman secara tunggal dilaksanakan di atas
tanah dan dalam waktu tertentu (sepanjang umur tanaman) hanya ditanam satu
jenis tanaman. Setelah dilakukan penanaman dengan satu tanaman, dan selanjutnya
tanah tersebut ditanam kembali dengan jenis tanaman yang sama atau jenis
tanaman lain.
3.
Sistem Irigasi
Irigasi adalah
pemberian air kepada tanah di mana tanaman tumbuh sehingga tanaman tidak
mengalami kekurangan air selama hidupnya. Pengairan merupakan salah satu faktor
penting dalam usaha penigkatan produksi pertanian melalui pancausahatani. Air
adalah syarat mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat berasal
dari air hujan dan pengairan yang diatur oleh manusia. Kedua hal tersebut harus
disesuaikan agar tanaman benar-benar mendapatkan air yang cukup, tidak kurang
dan tidak pula berlebih. Pengairan ini meliputi pengaturan kebutuhan air bagi
tanaman berarti juga termasuk dreanase.
Tujuan dari
iragasi yang utama adalah untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air bagi
keperluan pertumbuhan. Manfaat lain tersedianya air irigasi adalah :
a. Mempermudah
untuk pengolahan tanah
b. Membantu
mengatur suhu tanah dan tanaman
c. Membatu proses
pemupukan agar dapat terserap oleh tanaman secara maksimal
d. Mencegah
tumbuhnya tanaman pengganggu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertanian dapat
berkembang tergantung pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang pertanian. Pertanian di Indonesia telah mengalami perkembangan yang
cukup nyata yaitu dimulai dari pemburu dan pengumpul, pertanian primitif,
pertanian tradisional, pertanian modern dan sekarang menuju pada pertanian
berkelanjutan yang ramah lingkungan. Sistem bertanam pada daerah tropika berbeda dengan daerah
yang memiliki iklim sedang dan dingin.
Pada daerah
tropika ada lima bentuk sistem bertanam yang sering digunakan yaitu sistem
perladangan berpindah, sistem tadah hujan semi intensif, sistem tadah hujan
intensif, sistem irigasi, sistem campuran tanaman semusim dan sistem campuran
tanaman tahunan. Tujuan dari penerapan sistem bertanam pada daerah tropika ini
adalah untuk meningkatkan hasil produk pertanian dengan biaya produksi yang
rendah dan tetap dapat menjaga kesuburan tanah dan melistarikan lingkungan.
3.2 Saran
Indonesia
sebagai salah satu negara yang beriklim tropis mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan pertanian jauh lebih bagus dibandingkan dengan daerah subtropis
dan lainnya. Hal ini didukung dengan faktor iklim yang bagus, curah hujan cukup
dan penyiran matahari yang memadai. Oleh sebab itu, kita perlu meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia sehigga dapat mengelola sumber daya alam yang
melimpah di negara kita ini, dengan harapan kita mampu meningkatkan
perekonomian masyarakat dengan perkembangan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Soetriono, Suwandari dan Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu
Pertanian. Bayu Media Publishing, Malang.
Soverda, Nerty. Dkk (Tim Penulis Dasar-dasar Agronomi).
2010. Diktat Dasar-dasar Agronomi. UNJA, Jambi.
Sukoco, Y. 2006. Pertanian Masa Depan (terjemahan).
Kasinus, Yogyakarta.
http://lombokagriculture.wordpress.com)// sejarah
-munculnya-pertanian-di-dunia/. Diakses pada tanggal 11 September
2013.
http://berusahatani.blogspot.com//sistem-penanaman-ganda-multiple.html/. Diakses pada
tanggal 11 September 2013.
http://forjusticeandpeace.wordpress.com//sistem-tanam-tumpangsari.html/. Diakses pada tanggal 11 September 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar