Senin, 05 Desember 2016

MAKALAH UPACARA SYUKURAN KELAHIRAN ANAK DALAM BUDAYA MELAYU



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Upacara Syukuran Kelahiran Anak “. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
           





                                                                      Taluk Kuantan,    May 2015


     Penyusun

 

DAFTAR ISI


Kata Pengantar...........................................................................................................        i
Daftar Isi....................................................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................        1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................        1
1.2 Tujuan Makalah............................................................................................        1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................        2
2.1 Sewaktu Mengandung..................................................................................        3
2.2 Sewaktu Bersalin..........................................................................................        4
2.3 Setelah Lahir.................................................................................................        6
BAB III PENUTUP....................................................................................................      10
3.1  Kesimpulan..................................................................................................      10
3.2  Saran............................................................................................................      10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................      11








BAB II
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.
Anak merupakan suatu karunia Tuhan yang tidak ternilai bagi setiap pasangan suami istri. Bagi masyarakat Melayu yang rata-ratanya beragama Islam, adalah terpercaya setiap anak yang dilahirkan memiliki rezekinya masing-masing, justru itu setiap kelahiran itu harus disyukuri.
Dalam hal ini, masyarakat Melayu banyak mengadopsi norma tertentu yang diwariskan secara turun temurun. Ini mencakup tingkat saat mengandung, melahirkan dan setelah lahir. berdasarkan ketantuan adat atau berdasarkan apa yang telah diwariskan kakek dan nenek moyang kita pada masa terdahulu dan kita tidak boleh melupakannya.
1.2  Tujuan Makalah
1.     Mengetahui bagaimana adat sewaktu hamil.
2.     Mengetahui bagaimana adat ketika bersalin.
3.     Mengetahui bagaimana adat setelah bayi lahir.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Adat Sewaktu Hamil
Sewaktu mengandung atau saat bayi masih dalam perut ibu ada beberapa ketentuan pelaksanaan dalam adat yang secara garis besarnya akan penulis jelaskan di bawah ini :
1.     Melenggang Perut
Adat ini lebih dikenal masyarakat sebagai Mandi Tian. Upacara ini dilakukan pada wanita yang mengandung anak sulung ketika kandungan berusia sekitar tujuh atau delapan bulan. Itu dilakukan oleh seorang bidan untuk membuang geruh atau kecelakaan yang mungkin menimpa wanita hamil yang bakal bersalin dan untuk memperbaiki posisi bayi di dalam perut.
2.     Peralatan Dan Pelaksanaan
1)     Peralatan untuk upacara ini termasuk
2)     Tujuh helai kain dengan tujuh warna berlainan
3)     Segantang beras
4)     Sebiji kelapa
5)     Beberapa urat benang mentah
6)     Damar
7)     Minyak kelapa atau minyak urut
8)      Lilin
9)     Tepak sirih yang lengkap isinya
10) Pengeras sebanyak RM1.25
Pada permulaannya bidan akan membacakan jampi mentera dan mengandam wanita hamil tadi. Tepung tawar dicalit ke mukanya dan beras kunyit ditabur. 
Berikutnya adat mandi sintuk jeruk dan air buyung dilakukan. Sebiji telur diselipkan di kain basahan yaitu di bagian perutnya dan sebuah cermin kecil dibawa bersama. Wanita itu didudukkan di atas kursi di mana pada kaki kursi itu dipatok ayam. Kemudian air buyung dijiruskan ke badannya sedangkan telur tadi dilepaskan atau dijatuhkan dengan kepercayaan itu akan memudahkan wanita tadi bersalin.
Setelah membersihkan badan, wanita itu bercermin muka dengan harapan anak yang bakal lahir nanti memiliki rupa paras yang cantik. Setelah acara itu selesai bidan akan menyajikan ketujuh helai kain berbentuk horisontal sehelai di atas sehelai yang lain. Ibu yang hamil dibaringkan di atas lapisan kain-kain tersebut. Bidan akan mengurut ibu yang sedang hamil dengan menggunakan minyak kelapa atau minyak pijat.
Bidan mengambil buah kelapa yang sudah dibersihkan lalu menggulingkannya dengan lembut pada perut terus ke ujung kakinya sebanyak tujuh kali.  Adalah terpercaya jika kelapa berhenti bergulir dengan matanya ke atas, anak yang dikandungnya adalah pria dan perempuan jika sebaliknya. Akhirnya bidan akan melenggangkan setiap helai kain tersebut pada perut wanita hamil itu. Menurut adatnya, kain yang di bawah sekali diberikan kepada bidan beserta dengan peralatan upacara tadi. Biasanya pada hari tersebut, kenduri doa selamat akan diadakan dan ibu yang menjalani upacara ini dipakaikan dengan pakaian baru. Adalah terpercaya adat ini mengandung unsur-unsur budaya Hindu.






2.2  Adat Ketika Bersalin
Ketika bersalin, persediaan akan dikelola oleh keluarga tersebut. Seperti kebiasaannya konten ketika itu sudah cukup sembilan bulan sepuluh hari. Tetapi adakalanya periode kehamilan dapat mencapai hingga sepuluh sampai dua belas bulan yang disebut bunting kerbau. Menurut kepercayaannya juga daun mengkuang berduri akan digantung di bawah rumah dan kapur akan dipangkah pada tempat-tempat tertentu di dalam rumah wanita yang hendak melahirkan tadi untuk menghindari gangguan makhluk halus. Selain itu juga, ada beberapa kebiasaan yang harus dilakukan saat menyambut kelahiran ini.
1.     Potong Tali Pusat
Segera setelah bayi lahir, bidan akan menyambutnya dengan jampi dan serapah lalu disemburkan dengan daun sirih. Setelah bayi dibersihkan, tali pusatnya akan dipotong dengan menggunakan sembilu bambu dan dilengkapi di atas sepotong uang perak per dolar. Di beberapa tempat tali pusat dipotong menggunakan cincin emas. Sisa tali pusat di perut bayi akan ditambahkan kunyit dan kapur lalu dibungkus dengan daun sirih yang telah dilayukan di atas bara api sampai tali pusat itu tanggal sendiri.
2.     Azan
Kelazimannya bayi lelaki akan diazankan di kedua telinganya sementara bayi perempuan akan diqamatkan. Biasanya, ayah atau kakek bayi tersebut akan melakukan upacara ini. Ia bukanlah satu adat, sebaliknya lebih merupakan praktek berunsur keagamaan.
3.     Membelah Mulut
 Adat ini memiliki pengaruh budaya Hindu, namun demikian juga ada dalam agama Islam yang menghukum sunat untuk melakukannya. Upacara dimulai dengan membacakan surah Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas. Ini diikuti dengan langkah mencecap atau merasakan sedikit air madu atau kurma dan ada juga yang menggunakan emas yang dicelupkan ke dalam air pinang pada mulut bayi yang baru lahir tersebut. Sewaktu menjalankan upacara ini, mantra mantra dibacakan. Namun demikian, adat ini sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat Melayu hari ini.
4.     Berpantang
Dalam masyarakat Melayu, wanita yang telah bersalin mesti menjalani masa berpantang yang bermaksud larangan. Sekiranya wanita tersebut melanggar pantang, mereka akan mengalami bentan atau sakit sampingan. Tempoh berpantang lazimnya berlangsung selama empat puluh empat hari dikira dari hari mula bersalin dan ada juga yang berpantang selama seratus hari.
Selama berpantang mereka diberi makan obat-obat tradisional dan bertungku. Bertungku terpercaya dapat membantu perut wanita hamil kembali normal. Biasanya tungku terbuat dari batu yang dipanaskan di atas bara. Kemudian tungku itu dibalut dengan kain yang dilapisi dengan beberapa helai daun yang tebal seperti daun lengkuas yang terpercaya dapat menyeimbangkan panas tungku di samping berfungsi sebagai obat.
Selama ini wanita tersebut dilarang dari makan apapun makanan sesuai kehendaknya atau berbuat apa-apa pekerjaan yang memerlukan banyak gerakan. Antara makanan yang dilarang adalah yang dapat menyebabkan iritasi pada seluruh anggota badan seperti udang, kerang, kepiting dan ikan pari serta memakan ikan yang memiliki sengat seperti lele, sembilang dan baung karena dapat menyebabkan bisa-bisa pada tubuh. Sebaliknya mereka dianjurkan memakan nasi dengan ikan haruan yang dibakar atau direbus dan diizinkan minum air hangat atau susu.
Tungku akan dituam pada bagian perut dan bagian lain bertujuan untuk mengatasi masalah nyeri postpartum. Selesai bertungku, si ibu akan menyapu perutnya dengan air limau yang dicampur dengan kapur sebelum memakai bengkung. Praktek berbengkung ini bertujuan untuk mengatasi perut buncit atau pinggul yang turun setelah bersalin di samping memberi kenyamanan kepada wanita setelah melahirkan.

2.3  Adat Setelah Bayi Lahir
setelah kelahiran terdapat beberapa adat tertentu yang dijalankan. bebarapa poin tersebut dapat di lihat dibawah ini :
1.     Cuci Lantai
Bayi yang baru lahir akan tanggal pusatnya dalam waktu seminggu. Pada saat itu, adat cuci lantai akan diadakan. Di beberapa tempat dikenal adat naik buai karena selagi bayi itu belum tanggal pusatnya, dia tidak bisa dibuaikan dan akan tidur disamping ibunya. Adat ini sebaiknya dilakukan pada hari Senin atau Kamis.  Bahan-bahan yang digunakan untuk adat cuci lantai.
1)     Nasi kunyit dan lauk-lauk
2)     Seekor ayam hidup
3)     Paku, buah keras, asam, garam dan sirih pinang
4)     Hadiah untuk bidan sepersalinan pakaian
Kenduri doa selamat akan diadakan pada awal adat ini. Setelah itu bidan akan memulai jampi serapahnya sambil memegang ayam dengan cara mengais-ngaiskan kaki ayam ke lantai tempat wanita itu hamil. Selanjutnya lantai itu akan dibersihkan. Mak bidan akan menjalankan keseluruhan upacara ini. Sebelum itu, si ibu dan si bayi akan dimandikan, diurut dan dibedak. Selesai upacara tersebut, bahan yang digunakan tadi beserta sedikit uang akan dihadiahkan kepada bidan tersebut.
2.     Memberi Nama
Menurut ajaran Islam, adalah sunat memberi nama yang memiliki maksud yang baik untuk bayi. Biasanya jika bayi itu lelaki, nama akan diberikan sesuai nama para nabi sedangkan untuk bayi perempuan, nama istri atau anak-anak nabi.
3.     Cukur Rambut
Adat ini dilakukan pada hari ketujuh setelah dilahirkan. Ia juga disebut adat potong jambul. Kenduri nasi kunyit dan doa selamat diadakan pada hari tersebut. Untuk menjalankan upacara tersebut beberapa kelengkapan disediakan. Sebuah dulang berisi tiga mangkuk atau piring yang berisi air tepung tawar, beras kunyit  dan bertih.
Sebiji kelapa muda dipotong bahagian kepalanya dengan potongan berkelok-kelok siku seluang untuk dijadikan penutup. Airnya dibuang dan diganti dengan sedikit air sejuk. Kemudian kelapa itu diletakkan di dalam sebiji batil. Biasanya kelapa itu dihias, umpamanya dengan melilitkan rantai emas atau perak di kelillingnya.
Pada hari itu, bayi dipakaikan dengan pakaian cantik dan diletakkan di atas talam yang dialas dengan tilam kecil atau didukung oleh bapa atau datuknya. Si bayi seterusnya dibawa ke tengah majlis dan disambut oleh hadirin lelaki sambil berselawat. Si bayi akan ditepung tawar serta ditabur beras kunyit dan bertih. Para hadirin secara bergilir-gilir akan menggunting sedikit rambut bayi tersebut dan dimasukkan ke dalam kelapa tadi.
Bilangan orang yang menggunting rambut bayi tersebut hendaklah dalam bilangan yang ganjil, iaitu tiga, lima, tujuh dan seterusnya. Setelah selesai pihak lelaki menjalankan acara menggunting, pihak perempuan pula mengambil alih. Setelah selesai kedua-dua pihak menjalankan adat bercukur barulah kepala bayi tersebut dicukur sepenuhnya oleh bidan atau sesiapa sahaja yang boleh melakukannya.
Kesemua rambut yang dicukur akan dimasukkan ke dalam kelapa. Akhirnya kelapa tersebut di tanam di sekitar halaman rumah bersama sepohon anak kelapa atau seumpamanya sebagai memperingati masa anak itu dilahirkan.
Biasanya, saat adat ini dilakukan akikah turut diadakan. Dari segi syarak, akikah membawa pengertian menyembelih ternak pada hari ke tujuh setelah anak dilahirkan. Orang Islam yang berkemampuan disunatkan menyembelih ternak seperti kambing, sapi atau kerbau sebagai akikah anak yang baru lahir. Seorang anak disunatkan berakikah sekali saja seumur hidup.
Ada syarat-syarat tertentu dalam memilih hewan untuk akikah dan jumlah ternak untuk akikah juga berbeda menurut jenis kelamin bayi. Untuk bayi pria akikahnya adalah dua ekor kambing dan seekor kambing untuk bayi perempuan. Antara hikmah akikah adalah sebagai awal kebajikan dan kebaikan bagi pihak bayi tersebut. Akikah sunat dilakukan pada hari ke tujuh kelahiran yaitu dapat dijalankan bersamaan dengan adat mencukur rambut dan adat memberi nama. Namun ia juga dapat dilakukan pada hari yang lain.
4.     Naik Buai
Adat ini merupakan satu-satunya majlis yang masih diamalkan dan mendapat sambutan di kalangan masyarakat Melayu hari ini. Upacara ini dilangsungkan dalam suasana penuh meriah terutama sekali jika sesebuah keluarga itu baru mendapat anak atau cucu sulung.
Selama upacara ini dilakukan bayi tersebut akan ditempatkan di dalam buaian yang menggunakan kain songket atau batik dan dihias indah dengan bunga-bungaan. Selendang akan diikat di kiri kanan buaian dan ditarik perlahan selama upacara berlangsung. Ketika itu juga, nazam atau marhaban akan dialunkan oleh sekelompok pria atau wanita. Selanjutnya bunga telur dan bunga rampai akan dihadiahkan kepada kelompok ini. Pada hari ini, masyarakat Melayu menjalankan adat ini serentak dengan adat memberi nama dan adat cukur rambut.
5.     Turun Tanah
Adat ini disebut adat menginjak tanah. Ini sebagai merayakan anak yang baru pandai berjalan. Turun tanah berarti seorang anak kecil dilepaskan untuk menginjak tanah sebagai lambang melanjutkan kehidupannya. Adat ini dilakukan secara berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain baik dari segi cara maupun barang yang digunakan.
Biasanya kenduri doa selamat diadakan untuk mengiringi upacara ini. Setelah pesta selesai, tikar dipresentasikan di depan tangga sebagai alas anak tersebut berjalan. Di atas tikar disediakan beberapa nampan yang berisi berbagai jenis barang, termasuk makanan dan minuman.
Antara barang yang diletakkan di dalam baki itu adalah cermin, sisir, jam tangan, gelang, cincin, rantai, bedak, kain, sepatu, gunting, bubur, air dingin dan uang. Biasanya jumlah barang yang ditempatkan adalah ganjil. Anak tersebut akan dibiarkan memilih barang tersebut dan dibatasi mengambil tiga barang saja.
Menurut kepercayaan orang Melayu juga, adat ini dilakukan untuk memprediksi masa depan anak itu berdasarkan barang yang diambil. Umpamanya jika anak itu mengambil gunting, kelak dia kuat bekerja atau pandai membuat pekerjaan tangan. Adat ini juga dapat dilakukan secara sederhana yaitu dengan memijakkan kaki anak itu ke piring-piring kecil yang berisi dengan padi, beras, tanah dan beberapa jenis daun yang telah dijampi oleh mak bidan. Selanjutnya bayi itu dijejakkan ke tanah dan doa dibaca.
6.     Bersunat / Berkhatan
Adat bersunat bagi bayi perempuan biasanya dilakukan ketika bayi itu masih kecil yaitu beberapa hari setelah dilahirkan. Namun demikian, kebanyakan anak perempuan akan menjalani upacara ini setidaknya ketika berumur setahun atau lebih. Adat ini akan dilakukan oleh bidan. Bagi anak lelaki, mereka akan menjalani adat bersunat atau juga disebut sunat ketika usia mereka dalam lingkungan 8 hingga 12 tahun. Adat sunat akan dilakukan oleh Tok Mudim. Di dalam ajaran Islam,
disunat atau sunat adalah wajib karena Islam menekankan kesucian lahir dan batin. Selain itu juga, ia baik dari segi kesehatan. Dewan bersunat anak perempuan tidak semeriah acara sunat anak lelaki dan ada juga yang menjalankannya bersamaan dengan pernikahan.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Berdasarkan pengertian dan serangkaian penjelasan di atas kita tarik kesimpulan bahwa ketentuan-ketentuan dimulai dari ibu mengandung sampai melahirkan dan setelah melahirkan adalah demi kebaikan si anak sendiri. Karna rangkaian upacara adat yang dilakukan berdasarkan sunah keagamaan dan memiliki nilai tertentu.
Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis ajukan pada kesempatan ini adalah agar kiranya wanita yang mengandung khususnya yang bersuku melayu untuk selalu memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah di ajarkan kakek dan nenek moyang kita.









DAFTAR PUSTAKA

nurafni.com/2012/12/15/tradisi-masyarakat-melayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar