KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Upacara Syukuran Kelahiran Anak “. Pada makalah ini kami banyak
mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata
penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
semua pihak yang membaca…
Taluk Kuantan, May 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar........................................................................................................... i
Daftar
Isi.................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2
Tujuan Makalah............................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................................ 2
2.1
Sewaktu Mengandung.................................................................................. 3
2.2
Sewaktu Bersalin.......................................................................................... 4
2.3 Setelah Lahir................................................................................................. 6
BAB
III PENUTUP.................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 10
3.2 Saran............................................................................................................ 10
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................. 11
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan
yang belum dewasa
atau belum mengalami masa pubertas.
Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata
"anak" merujuk pada lawan dari orang tua,
orang dewasa
adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.
Anak merupakan suatu karunia Tuhan
yang tidak ternilai bagi setiap pasangan suami istri. Bagi masyarakat Melayu
yang rata-ratanya beragama Islam, adalah terpercaya setiap anak yang dilahirkan
memiliki rezekinya masing-masing, justru itu setiap kelahiran itu harus
disyukuri.
Dalam hal ini, masyarakat Melayu
banyak mengadopsi norma tertentu yang diwariskan secara turun temurun. Ini
mencakup tingkat saat mengandung, melahirkan dan setelah lahir. berdasarkan
ketantuan adat atau berdasarkan apa yang telah diwariskan kakek dan nenek
moyang kita pada masa terdahulu dan kita tidak boleh melupakannya.
1.2
Tujuan Makalah
1. Mengetahui bagaimana adat sewaktu hamil.
2. Mengetahui bagaimana adat ketika bersalin.
3. Mengetahui bagaimana adat setelah bayi lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Adat
Sewaktu Hamil
Sewaktu mengandung atau saat bayi masih dalam
perut ibu ada beberapa ketentuan pelaksanaan dalam adat yang secara garis
besarnya akan penulis jelaskan di bawah ini :
1. Melenggang Perut
Adat ini
lebih dikenal masyarakat sebagai Mandi Tian. Upacara ini dilakukan pada wanita
yang mengandung anak sulung ketika kandungan berusia sekitar tujuh atau delapan
bulan. Itu dilakukan oleh seorang bidan untuk membuang geruh atau kecelakaan
yang mungkin menimpa wanita hamil yang bakal bersalin dan untuk memperbaiki
posisi bayi di dalam perut.
2. Peralatan Dan Pelaksanaan
1) Peralatan untuk upacara ini termasuk
2) Tujuh helai kain dengan tujuh
warna berlainan
3) Segantang beras
4) Sebiji kelapa
5) Beberapa urat benang mentah
6) Damar
7) Minyak kelapa atau minyak urut
8) Lilin
9) Tepak sirih yang lengkap isinya
10) Pengeras sebanyak RM1.25
Pada permulaannya bidan akan
membacakan jampi mentera dan mengandam wanita hamil tadi. Tepung tawar dicalit
ke mukanya dan beras kunyit ditabur.
Berikutnya adat mandi sintuk jeruk
dan air buyung dilakukan. Sebiji telur diselipkan di kain basahan yaitu di
bagian perutnya dan sebuah cermin kecil dibawa bersama. Wanita itu didudukkan
di atas kursi di mana pada kaki kursi itu dipatok ayam. Kemudian air buyung
dijiruskan ke badannya sedangkan telur tadi dilepaskan atau dijatuhkan dengan
kepercayaan itu akan memudahkan wanita tadi bersalin.
Setelah membersihkan badan, wanita
itu bercermin muka dengan harapan anak yang bakal lahir nanti memiliki rupa
paras yang cantik. Setelah acara itu selesai bidan akan menyajikan ketujuh
helai kain berbentuk horisontal sehelai di atas sehelai yang lain. Ibu yang
hamil dibaringkan di atas lapisan kain-kain tersebut. Bidan akan mengurut ibu
yang sedang hamil dengan menggunakan minyak kelapa atau minyak pijat.
Bidan mengambil buah kelapa yang
sudah dibersihkan lalu menggulingkannya dengan lembut pada perut terus ke ujung
kakinya sebanyak tujuh kali. Adalah
terpercaya jika kelapa berhenti bergulir dengan matanya ke atas, anak yang
dikandungnya adalah pria dan perempuan jika sebaliknya. Akhirnya bidan akan
melenggangkan setiap helai kain tersebut pada perut wanita hamil itu. Menurut
adatnya, kain yang di bawah sekali diberikan kepada bidan beserta dengan
peralatan upacara tadi. Biasanya pada hari tersebut, kenduri doa selamat akan
diadakan dan ibu yang menjalani upacara ini dipakaikan dengan pakaian baru.
Adalah terpercaya adat ini mengandung unsur-unsur budaya Hindu.
2.2 Adat Ketika Bersalin
Ketika bersalin, persediaan akan
dikelola oleh keluarga tersebut. Seperti kebiasaannya konten ketika itu sudah
cukup sembilan bulan sepuluh hari. Tetapi adakalanya periode kehamilan dapat
mencapai hingga sepuluh sampai dua belas bulan yang disebut bunting kerbau.
Menurut kepercayaannya juga daun mengkuang berduri akan digantung di bawah
rumah dan kapur akan dipangkah pada tempat-tempat tertentu di dalam rumah
wanita yang hendak melahirkan tadi untuk menghindari gangguan makhluk halus.
Selain itu juga, ada beberapa kebiasaan yang harus dilakukan saat menyambut
kelahiran ini.
1.
Potong Tali Pusat
Segera setelah bayi lahir, bidan akan menyambutnya dengan
jampi dan serapah lalu disemburkan dengan daun sirih. Setelah bayi dibersihkan,
tali pusatnya akan dipotong dengan menggunakan sembilu bambu dan dilengkapi di
atas sepotong uang perak per dolar. Di beberapa tempat tali pusat dipotong
menggunakan cincin emas. Sisa tali pusat di perut bayi akan ditambahkan kunyit
dan kapur lalu dibungkus dengan daun sirih yang telah dilayukan di atas bara
api sampai tali pusat itu tanggal sendiri.
2. Azan
Kelazimannya
bayi lelaki akan diazankan di kedua telinganya sementara bayi perempuan akan
diqamatkan. Biasanya, ayah atau kakek bayi tersebut akan melakukan upacara ini.
Ia bukanlah satu adat, sebaliknya lebih merupakan praktek berunsur keagamaan.
3.
Membelah Mulut
Adat
ini memiliki pengaruh budaya Hindu, namun demikian juga ada dalam agama Islam
yang menghukum sunat untuk melakukannya. Upacara dimulai dengan membacakan
surah Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas. Ini diikuti dengan langkah mencecap atau
merasakan sedikit air madu atau kurma dan ada juga yang menggunakan emas yang
dicelupkan ke dalam air pinang pada mulut bayi yang baru lahir tersebut.
Sewaktu menjalankan upacara ini, mantra mantra dibacakan. Namun demikian, adat
ini sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat Melayu hari ini.
4. Berpantang
Dalam masyarakat Melayu, wanita yang
telah bersalin mesti menjalani masa berpantang yang bermaksud larangan.
Sekiranya wanita tersebut melanggar pantang, mereka akan mengalami bentan atau
sakit sampingan. Tempoh berpantang lazimnya berlangsung selama empat puluh
empat hari dikira dari hari mula bersalin dan ada juga yang berpantang selama
seratus hari.
Selama berpantang mereka diberi
makan obat-obat tradisional dan bertungku. Bertungku terpercaya dapat membantu
perut wanita hamil kembali normal. Biasanya tungku terbuat dari batu yang
dipanaskan di atas bara. Kemudian tungku itu dibalut dengan kain yang dilapisi
dengan beberapa helai daun yang tebal seperti daun lengkuas yang terpercaya
dapat menyeimbangkan panas tungku di samping berfungsi sebagai obat.
Selama ini wanita tersebut dilarang
dari makan apapun makanan sesuai kehendaknya atau berbuat apa-apa pekerjaan
yang memerlukan banyak gerakan. Antara makanan yang dilarang adalah yang dapat
menyebabkan iritasi pada seluruh anggota badan seperti udang, kerang, kepiting
dan ikan pari serta memakan ikan yang memiliki sengat seperti lele, sembilang
dan baung karena dapat menyebabkan bisa-bisa pada tubuh. Sebaliknya mereka
dianjurkan memakan nasi dengan ikan haruan yang dibakar atau direbus dan diizinkan
minum air hangat atau susu.
Tungku akan dituam pada bagian perut
dan bagian lain bertujuan untuk mengatasi masalah nyeri postpartum. Selesai
bertungku, si ibu akan menyapu perutnya dengan air limau yang dicampur dengan
kapur sebelum memakai bengkung. Praktek berbengkung ini bertujuan untuk
mengatasi perut buncit atau pinggul yang turun setelah bersalin di samping
memberi kenyamanan kepada wanita setelah melahirkan.
2.3 Adat Setelah Bayi Lahir
setelah kelahiran terdapat beberapa adat tertentu yang
dijalankan. bebarapa poin tersebut dapat di lihat dibawah ini :
1.
Cuci Lantai
Bayi yang
baru lahir akan tanggal pusatnya dalam waktu seminggu. Pada saat itu, adat cuci
lantai akan diadakan. Di beberapa tempat dikenal adat naik buai karena selagi bayi
itu belum tanggal pusatnya, dia tidak bisa dibuaikan dan akan tidur disamping
ibunya. Adat ini sebaiknya dilakukan pada hari Senin atau Kamis. Bahan-bahan yang digunakan untuk adat cuci
lantai.
1) Nasi kunyit dan lauk-lauk
2) Seekor ayam hidup
3) Paku, buah keras, asam, garam dan
sirih pinang
4) Hadiah untuk bidan sepersalinan
pakaian
Kenduri
doa selamat akan diadakan pada awal adat ini. Setelah itu bidan akan memulai
jampi serapahnya sambil memegang ayam dengan cara mengais-ngaiskan kaki ayam ke
lantai tempat wanita itu hamil. Selanjutnya lantai itu akan dibersihkan. Mak
bidan akan menjalankan keseluruhan upacara ini. Sebelum itu, si ibu dan si bayi
akan dimandikan, diurut dan dibedak. Selesai upacara tersebut, bahan yang
digunakan tadi beserta sedikit uang akan dihadiahkan kepada bidan tersebut.
2. Memberi Nama
Menurut
ajaran Islam, adalah sunat memberi nama yang memiliki maksud yang baik untuk
bayi. Biasanya jika bayi itu lelaki, nama akan diberikan sesuai nama para nabi
sedangkan untuk bayi perempuan, nama istri atau anak-anak nabi.
3. Cukur Rambut
Adat
ini dilakukan pada hari ketujuh setelah dilahirkan. Ia juga disebut adat potong
jambul. Kenduri nasi kunyit dan doa selamat diadakan pada hari tersebut. Untuk
menjalankan upacara tersebut beberapa kelengkapan disediakan. Sebuah dulang
berisi tiga mangkuk atau piring yang berisi air tepung tawar, beras
kunyit dan bertih.
Sebiji
kelapa muda dipotong bahagian kepalanya dengan potongan berkelok-kelok siku seluang
untuk dijadikan penutup. Airnya dibuang dan diganti dengan sedikit air sejuk.
Kemudian kelapa itu diletakkan di dalam sebiji batil. Biasanya kelapa itu
dihias, umpamanya dengan melilitkan rantai emas atau perak di kelillingnya.
Pada
hari itu, bayi dipakaikan dengan pakaian cantik dan diletakkan di atas talam
yang dialas dengan tilam kecil atau didukung oleh bapa atau datuknya. Si bayi
seterusnya dibawa ke tengah majlis dan disambut oleh hadirin lelaki sambil berselawat.
Si bayi akan ditepung tawar serta ditabur beras kunyit dan bertih. Para hadirin
secara bergilir-gilir akan menggunting sedikit rambut bayi tersebut dan
dimasukkan ke dalam kelapa tadi.
Bilangan
orang yang menggunting rambut bayi tersebut hendaklah dalam bilangan yang
ganjil, iaitu tiga, lima, tujuh dan seterusnya. Setelah selesai pihak lelaki
menjalankan acara menggunting, pihak perempuan pula mengambil alih. Setelah
selesai kedua-dua pihak menjalankan adat bercukur barulah kepala bayi tersebut
dicukur sepenuhnya oleh bidan atau sesiapa sahaja yang boleh melakukannya.
Kesemua
rambut yang dicukur akan dimasukkan ke dalam kelapa. Akhirnya kelapa tersebut
di tanam di sekitar halaman rumah bersama sepohon anak kelapa atau seumpamanya
sebagai memperingati masa anak itu dilahirkan.
Biasanya,
saat adat ini dilakukan akikah turut diadakan. Dari segi syarak, akikah membawa
pengertian menyembelih ternak pada hari ke tujuh setelah anak dilahirkan. Orang
Islam yang berkemampuan disunatkan menyembelih ternak seperti kambing, sapi
atau kerbau sebagai akikah anak yang baru lahir. Seorang anak disunatkan
berakikah sekali saja seumur hidup.
Ada
syarat-syarat tertentu dalam memilih hewan untuk akikah dan jumlah ternak untuk
akikah juga berbeda menurut jenis kelamin bayi. Untuk bayi pria akikahnya
adalah dua ekor kambing dan seekor kambing untuk bayi perempuan. Antara hikmah
akikah adalah sebagai awal kebajikan dan kebaikan bagi pihak bayi tersebut.
Akikah sunat dilakukan pada hari ke tujuh kelahiran yaitu dapat dijalankan
bersamaan dengan adat mencukur rambut dan adat memberi nama. Namun ia juga
dapat dilakukan pada hari yang lain.
4. Naik Buai
Adat ini merupakan satu-satunya
majlis yang masih diamalkan dan mendapat sambutan di kalangan masyarakat Melayu
hari ini. Upacara ini dilangsungkan dalam suasana penuh meriah terutama sekali
jika sesebuah keluarga itu baru mendapat anak atau cucu sulung.
Selama upacara ini dilakukan bayi
tersebut akan ditempatkan di dalam buaian yang menggunakan kain songket atau
batik dan dihias indah dengan bunga-bungaan. Selendang akan diikat di kiri
kanan buaian dan ditarik perlahan selama upacara berlangsung. Ketika itu juga,
nazam atau marhaban akan dialunkan oleh sekelompok pria atau wanita.
Selanjutnya bunga telur dan bunga rampai akan dihadiahkan kepada kelompok ini.
Pada hari ini, masyarakat Melayu menjalankan adat ini serentak dengan adat
memberi nama dan adat cukur rambut.
5. Turun Tanah
Adat
ini disebut adat menginjak tanah. Ini sebagai merayakan anak yang baru pandai
berjalan. Turun tanah berarti seorang anak kecil dilepaskan untuk menginjak
tanah sebagai lambang melanjutkan kehidupannya. Adat ini dilakukan secara
berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain baik dari segi cara
maupun barang yang digunakan.
Biasanya
kenduri doa selamat diadakan untuk mengiringi upacara ini. Setelah pesta
selesai, tikar dipresentasikan di depan tangga sebagai alas anak tersebut
berjalan. Di atas tikar disediakan beberapa nampan yang berisi berbagai jenis
barang, termasuk makanan dan minuman.
Antara
barang yang diletakkan di dalam baki itu adalah cermin, sisir, jam tangan,
gelang, cincin, rantai, bedak, kain, sepatu, gunting, bubur, air dingin dan
uang. Biasanya jumlah barang yang ditempatkan adalah ganjil. Anak tersebut akan
dibiarkan memilih barang tersebut dan dibatasi mengambil tiga barang saja.
Menurut
kepercayaan orang Melayu juga, adat ini dilakukan untuk memprediksi masa depan
anak itu berdasarkan barang yang diambil. Umpamanya jika anak itu mengambil
gunting, kelak dia kuat bekerja atau pandai membuat pekerjaan tangan. Adat ini
juga dapat dilakukan secara sederhana yaitu dengan memijakkan kaki anak itu ke
piring-piring kecil yang berisi dengan padi, beras, tanah dan beberapa jenis
daun yang telah dijampi oleh mak bidan. Selanjutnya bayi itu dijejakkan ke
tanah dan doa dibaca.
6. Bersunat / Berkhatan
Adat
bersunat bagi bayi perempuan biasanya dilakukan ketika bayi itu masih kecil
yaitu beberapa hari setelah dilahirkan. Namun demikian, kebanyakan anak
perempuan akan menjalani upacara ini setidaknya ketika berumur setahun atau
lebih. Adat ini akan dilakukan oleh bidan. Bagi anak lelaki, mereka akan
menjalani adat bersunat atau juga disebut sunat ketika usia mereka dalam
lingkungan 8 hingga 12 tahun. Adat sunat akan dilakukan oleh Tok Mudim. Di
dalam ajaran Islam,
disunat
atau sunat adalah wajib karena Islam menekankan kesucian lahir dan batin.
Selain itu juga, ia baik dari segi kesehatan. Dewan bersunat anak perempuan
tidak semeriah acara sunat anak lelaki dan ada juga yang menjalankannya bersamaan
dengan pernikahan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengertian dan
serangkaian penjelasan di atas kita tarik kesimpulan bahwa ketentuan-ketentuan
dimulai dari ibu mengandung sampai melahirkan dan setelah melahirkan adalah
demi kebaikan si anak sendiri. Karna rangkaian upacara adat yang dilakukan
berdasarkan sunah keagamaan dan memiliki nilai tertentu.
Anak adalah seorang lelaki atau perempuan
yang belum dewasa
atau belum mengalami masa pubertas.
Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata
"anak" merujuk pada lawan dari orang tua,
orang dewasa
adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.
3.2
Saran
Saran yang dapat penulis ajukan pada
kesempatan ini adalah agar kiranya wanita yang mengandung khususnya yang
bersuku melayu untuk selalu memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah di
ajarkan kakek dan nenek moyang kita.
DAFTAR PUSTAKA
nurafni.com/2012/12/15/tradisi-masyarakat-melayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar