KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Pemasaran Produk Kakao”Pada makalah ini kami banyak
mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak
.oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat
jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima
kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Taluk Kuantan, Juli 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................. i
Daftar
Isi...................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1 Agroindustri..................................................................................................... 3
2.2 Pasca
Panen Kakao.......................................................................................... 4
2.3 Pemasaran........................................................................................................ 5
BAB
III PENUTUP...................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 8
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dibidang perkebunan kakao merupakan
salah satu komoditas unggulan Indonesia, karena kakao termasuk salah satu dari
lima komoditas dari sektor perkebunan yang memberikan sumbangan devisa yang
sangat besar. Lima komoditas pertanian dan perkebunan tersebut diantaranya
Kelapa sawit, rempah-rempah, kakao, karet, dan kopi. Perkebunan kakao Indonesia
mengalami peningkatan yang sangat pesat sejak tahun 1980-an. Dari data
Kementerian Pertanian Republik Indonesia luas perkebunan kakao Indonesia pada
tahun 2009 adalah 1.587.136 Ha.
Keberhasilan perluasan lahan
tersebut telah memberikan dampak yang nyata bagi peningkatan pangsa pasar kakao
Indonesia di kancah perkakaoan dunia. Saat ini Indonesia menempati posisi ke
tiga sebagai produsen kakao terbesar dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.
Perkakaon Indonesia dihadapkan pada beberapa permasalahan, antara lain mutu
produk yang masih rendah dan belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao.
Hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus peluang untuk mengembangkan usaha dan
meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao.
Indonesia sebenarnya berpotensi
untuk menjadi produsen utama kakao dunia apabila permasalahan utama yang
dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan
dikelola dengan sangat baik. MAda tiga jenis kakao yaitu, jenis pertama adalah
jenis criollo. Jenis ini merupakan tanaman kakao yang menghasilkan biji cokelat
yang mutunya sangat baik dan dikenal dengan cokelat mulia, ciri cirinya adalah
buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintil-bintil kasar
dan lunak. Biji buahya berbentuk bulat telur berukuran besar dengan kotiledon
berwarna putih pada waktu basah.
Jumlah jenis ini ada sekitar ± 7%
dan dihasilkan di Indonesia, ekuador, Venezuela, jamaika, dan Sri lanka. Jenis
kedua adalah jenis forestero, jenis ini merupakan jenis tanaman kakao yang
memiliki mutu sedang atau bulk kokoa. Ciri ciri jenis ini adalah buahnya
berwarna hijau, kulitnya tebal, biji buahnya tipis atau gepeng dan kotiledonnya
berwarna ungu pada waktu basah. Jumlah jenis forestero adalah ± 93% dari
produksi kakao dunia merupakan jenis bulk yang dihasilkan di afrika barat,
brasil dan dominika.
Jenis yang ketiga adalah jenis
trinatario,jenis ini merupakan hybrida dari jenis criollo dengan jenis
forestero secara alami, sehingga jenis ini sangat heterogen, kakao trinatario
menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cocoa ada yang termasuk bulk
cocoa. Buahnya berwarna hijau atau merah dan bentuknya bermacam macam, biji
buahnya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua
pada waktu basah. Pada perkebunan – perkebunan besar biasanya kakao yang
dibudidayakan adalah jenis mulia atau criolo (Tumpal H.S. Siregar, dkk., 2003).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek agroindustri?
2. Bagaimana penanganan pasca panen kakao?
3. Bagaimana pemasaran komoditi kakao?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui bagaimana aspek agroindustri
2. Untuk mengetahui bagaimana penanganan pasca panen kakao
3. Untuk mengetahui bagaimana pemasaran komoditi kakao
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Agroindustri
Tanaman
Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor
tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan
hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta
faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan
kualitas akan rendah.
1.
Proses Pengolahan Biji Kakao
Menjadi Coklat
Sebelum membahas proses pengolahan biji kakao menjadi coklat, ada baiknya
kita mengetahui standarisasi mutu biji kakao guna menghasilkan coklat yang
berkualitas. Bagi industri makanan dan minuman cokelat, mutu biji kakao
merupakan persyaratan mutlak.
Dengan demikian, bagi produsen atau eksportir biji kakao mutu seharusnya
menjadi perhatian agar posisi bersaing (bargaining position) menjadi lebih baik
dan keuntungan dari harga jual menjadi optimal. Bagi pengusaha mutu berarti
pemenuhan kepuasan kepada pelanggan tanpa banyak memerlukan tambahan biaya yang
lebih tinggi.
Dalam bisnis kakao, mutu mempunyai beberapa pengertian antara lain mutu,
dalam pengertian sempit, sesuatu yang berkaitan dengan citarasa (flavor),
sedang dalam pengertian yang luas, mutu meliputi beberapa aspek yang menentukan
harga jual dan akseptabilitas dari suatu partai biji kakao oleh pembeli
(konsumen). Persyaratan mutu ini diatur dalam standar perdagangan.
Persyaratan mutu yang diatur dalam syarat perdagangan meliputi
karakteristik fisik dan pencemaran atau tingkat kebersihan. Selain itu,
beberapa pembeli juga menghendaki uji organoleptik yang terkait dengan aroma
dan citarasa sebagai persyaratan tambahan. Karakter fisik merupakan persyaratan
paling utama karena menyangkut randemen lemak (yield) yang akan dinikmati oleh
pembeli. Karakter fisik ini mudah diukur dengan tata-cara dan peralatan baku
yang disepakati oleh institusi international.
Dengan demikian pengawasan mutu berdasarkan sifat-sifat fisik ini dapat
dengan mudah dikontrol oleh konsumen. Sebaliknya, persyaratan tambahan
merupakan kesepakatan khusus antara eksportir dan konsumen (pembeli). Jika
persyaratan ini dapat dipenuhi, maka eksportir akan mendapat harga jual biji
kakao lebih tinggi (premium).
2.2 Pasca Panen
1.
Pengumpulan Buah Kakao
Buah kakao yang telah dipanen biasanya dikumpulkan pada tempat tertentu
dan dikelompokkan menurut kelas kematangan.
2.
Fermentase
Tujuan dari fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak
tumbuh sehingga perubahan-perubahan di dalam biji kakao akan mudah terjadi,
seperti warna keping biji, peningkatan aroma dan rasa, perbaikan konsistensi
keping biji, dan untuk melepaskan pulp.
3.
Perendaman dan Pencucian
Perendaman berpengaruh terhadap proses pengeringan dan rendemen. Selama
proses perendaman berlangsung, sebagian kulit biji kakao terlarut sehingga
kulitnya lebih tipis dan rendemennya berkurang.
4.
Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air biji dari 60 % sampai
pada kondisi kadar air dalam biji tidak dapat menurunkan kualitas biji dan biji
tidak ditumbuhi cendawan.
5.
Penyortiran / Pengelompokan
Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan
mutunya:
a)
Mutu A : dalam 100 g biji
terdapat 90 – 100 butir biji
b)
Mutu B : dalam 100 g biji
terdapat 100 – 110 butir biji
c)
Mutu C : dalam 100 g biji
terdapat 110 – 120 butir biji
6.
Penyimpanan
Biji kakao yang telah kering dimasukkan ke dalam karung goni. Tiap goni
diisi 60 kg biji cokelat kering, kemudian karung tersebut disimpan dalam gudang
yang bersih, kering, dan memiliki lubang pergantian udara.
Penyimpanan di gudang sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan, dan setiap 3
bulan harus diperiksa untuk melihat ada tidaknya jamur atau hama yang
menyerang.
2.3 Pemasaran
Penentuan komoditas unggulan
merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep
efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi
globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan
komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi
penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan
oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan
kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah.
Sedangkan dari sisi permintaan,
komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan dipasar baik pasar
domestik maupun internasional. Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud mencakup
penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur misalnya
pasar dan kebiasaan petani setempat.
Komoditas kakao merupakan salah satu
komoditas unggulan Indonesia, komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda
yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang pendapatan asli daerah (PAD).
Hal ini cukup mendasar karena harga kakao internasional saat ini cukup tinggi
dan momentum yang baik untuk dimanfaatkan petani atau pelaku usaha (masyarakat
agribisnis). Trend luas panen, produksi, dan produktivitas kakao cenderung
meningkat dalam 10 tahun terakhir. Peningkatan tersebut, diikuti dengan
peningkatan volume dan nilai ekspor. Volume dan nilai ekspor komoditi kakao
merupakan yang terbesar untuk komoditi perkebunan. Volume ekspor meningkat
20,08%, sedangkan nilai ekspor meningkat sangat besar 87,74%.
Peningkatan nilai ekspor salah
satunya dikarenakan peningkatan harga jual biji kakao ditingkat petani sekitar
19,82% (BPS Sulteng, 2003).
Produktivitas kakao yang tinggi
seringkali tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan yang signifikan, hal ini
dikarenakan petani masih dihadapkan pada masalah berfluktuasinya harga biji
kakao sehingga posisi tawar (bargaining position) petani lemah yang
menyebabkan petani mendapatkan nilai jual biji kakao yang rendah.
Masalah pasar merupakan masalah yang
penting dalam rangka merangsang petani untuk meningkatkan produksinya. Pasar
merupakan salah satu syarat penting dalam pembangunan pertanian, karena pasar
akan menentukan besarnya permintaan suatu komoditi (Mosher, 1981).
Pemasaran yang efektif sangat
dibutuhkan dalam memasarkan biji kakao, salah satu faktor yang menentukan
adalah tingkat harga dan stabilitas harga. Semakin tinggi harga jual biji
kakao, petani akan termotivasi untuk meningkatkan produksinya. Hal ini berarti,
tidak cukup hanya dengan meningkatkan produktivitas kakao, harus diikuti usaha
penyempurnaan/perbaikan dalam bidang pemasaran. Memperbesar nilai yang diterima
petani/produsen, memperkecil biaya pemasaran dan terciptanya harga jual dalam
batas kemampuan daya beli konsumen merupakam perbaikan bidang pemasaran yang
bertujuan memperbesar tingkat efisiensi pemasaran.
Pedagang pengumpul tingkat desa
ditentukan secara sengaja masing-masing sebanyak 2 pedagang tiap desa, pedagang
pengumpul tingkat kecamatan masing-masing ditentukan sebanyak 2 pedagang tiap
kecamatan, sedangkan pedagang besar di luar kecamatan masing-masing ditentukan
3 pedagang di kabupaten Donggala dan kota Palu, dan 1 eksportir. Sehingga
jumlah responden secara keseluruhan sebanyak 118 responden.
Sebagian
besar produksi kakao Indonesia digunakan untuk keperluan ekspor dan hanya
sebagian kecil yang digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Produk yang diekspor
sebagian besar (78,5%) berupa produk primer, yakni dalam bentuk biji kering dan
sebagian kecil (21,5%) berupa hasil olahan. Agribisnis kakao Indonesia masih
menghadapi berbagai masalah kompleks, antara lain rendahnya produktivitas kebun
akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu produk, serta masih belum
optimalnya pengembangan produk hilir kakao.
Hal ini
merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor dalam
mengembangkan usaha kakao. Salah satu peluang yang dimaksud adalah pasar
Amerika Serikat menghendaki pembelian kakao dalam bentuk cocoa butter. Peluang
ini harus dapat dilirik oleh industri dalam negeri sebagai upaya meningkatkan
nilai tambah produk kakao Indonesia.
Areal
pertanaman kakao saat ini sekitar 1.4 juta ha, tersebar di 31 provinsi. Sekitar
64% dari total areal tersebut terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Saat ini hanya sekitar 66%
pertanaman pada kondisi tanaman menghasilkan. Dan dari segi bentuk
pengusahaannya, sekitar 92,7% pertanaman kakao merupakan perkebunan rakyat,
3,9% perkebunan besar negara dan 3,4% merupakan perkebunan besar swasta.
Pada tahun
2008 produksi kakao Indonesia sekitar 792 ribu ton. Diperkirakan pada tahun
2009 produksi kakao Indonesia akan mencapai sekitar 849 ribu ton. Sekitar 52%
produksi kakao Indonesia diekspor ke berbagai negara terutama ke Malaysia.
Karena sudah semakin majunya industri hilir kakao Malaysia, sehingga
membutuhkan biji kakao Indonesia sebagai bahan bakunya. Hal ini berarti nilai
tambah kakao akan banyak dinikmati negara lain, terutama Malaysia.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman
Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan.Artinya tanaman ini
memang sangat di anjurkan untuk lebih ditingkatkan lagi kualitasnya,Tetapi jika
faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro
dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman,
serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan
kualitas akan rendah.
Oleh
karena itu peran pestisida dalam bidang ini sangat dibutuhkan agar kakao
yang di budidayakan berkualitas dan bernilai tinggi di saat ingin di
Agroindustrikan serta dipasarkan.
DAFTAR PUSAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar