Senin, 05 Desember 2016

makalah makalah pemasaran produk kakao



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Pemasaran Produk Kakao”Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
           




                                                                      Taluk Kuantan,   Juli 2016



    Penyusun

 


 


 




DAFTAR ISI


Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1  Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3  Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1  Agroindustri..................................................................................................... 3
2.2  Pasca Panen Kakao.......................................................................................... 4
2.3  Pemasaran........................................................................................................ 5
BAB III PENUTUP...................................................................................................... 8
3.1  Kesimpulan...................................................................................................... 8
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................... 9


















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dibidang perkebunan kakao merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia, karena kakao termasuk salah satu dari lima komoditas dari sektor perkebunan yang memberikan sumbangan devisa yang sangat besar. Lima komoditas pertanian dan perkebunan tersebut diantaranya Kelapa sawit, rempah-rempah, kakao, karet, dan kopi. Perkebunan kakao Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat sejak tahun 1980-an. Dari data Kementerian Pertanian Republik Indonesia luas perkebunan kakao Indonesia pada tahun 2009 adalah 1.587.136 Ha.  
Keberhasilan perluasan lahan tersebut telah memberikan dampak yang nyata bagi peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di kancah perkakaoan dunia. Saat ini Indonesia menempati posisi ke tiga sebagai produsen kakao terbesar dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Perkakaon Indonesia dihadapkan pada beberapa permasalahan, antara lain mutu produk yang masih rendah dan belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus peluang untuk mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao.
Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia apabila permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola dengan sangat baik. MAda tiga jenis kakao yaitu, jenis pertama adalah jenis criollo. Jenis ini merupakan tanaman kakao yang menghasilkan biji cokelat yang mutunya sangat baik dan dikenal dengan cokelat mulia, ciri cirinya adalah buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji buahya berbentuk bulat telur berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah.
Jumlah jenis ini ada sekitar ± 7% dan dihasilkan di Indonesia, ekuador, Venezuela, jamaika, dan Sri lanka. Jenis kedua adalah jenis forestero, jenis ini merupakan jenis tanaman kakao yang memiliki mutu sedang atau bulk kokoa. Ciri ciri jenis ini adalah buahnya berwarna hijau, kulitnya tebal, biji buahnya tipis atau gepeng dan kotiledonnya berwarna ungu pada waktu basah. Jumlah jenis forestero adalah ± 93% dari produksi kakao dunia merupakan jenis bulk yang dihasilkan di afrika barat, brasil dan dominika.
Jenis yang ketiga adalah jenis trinatario,jenis ini merupakan hybrida dari jenis criollo dengan jenis forestero secara alami, sehingga jenis ini sangat heterogen, kakao trinatario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cocoa ada yang termasuk bulk cocoa. Buahnya berwarna hijau atau merah dan bentuknya bermacam macam, biji buahnya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah. Pada perkebunan – perkebunan besar biasanya kakao yang dibudidayakan adalah jenis mulia atau criolo (Tumpal H.S. Siregar, dkk., 2003).

1.2  Rumusan Masalah
1.     Bagaimana aspek agroindustri?
2.     Bagaimana penanganan pasca panen kakao?
3.     Bagaimana pemasaran komoditi kakao?

1.3  Tujuan Makalah
1.     Untuk mengetahui bagaimana aspek agroindustri
2.     Untuk mengetahui bagaimana penanganan pasca panen kakao
3.     Untuk mengetahui bagaimana pemasaran komoditi kakao












BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Agroindustri
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.
1.     Proses Pengolahan Biji Kakao Menjadi Coklat
Sebelum membahas proses pengolahan biji kakao menjadi coklat, ada baiknya kita mengetahui standarisasi mutu biji kakao guna menghasilkan coklat yang berkualitas. Bagi industri makanan dan minuman cokelat, mutu biji kakao merupakan persyaratan mutlak.
Dengan demikian, bagi produsen atau eksportir biji kakao mutu seharusnya menjadi perhatian agar posisi bersaing (bargaining position) menjadi lebih baik dan keuntungan dari harga jual menjadi optimal. Bagi pengusaha mutu berarti pemenuhan kepuasan kepada pelanggan tanpa banyak memerlukan tambahan biaya yang lebih tinggi.
Dalam bisnis kakao, mutu mempunyai beberapa pengertian antara lain mutu, dalam pengertian sempit, sesuatu yang berkaitan dengan citarasa (flavor), sedang dalam pengertian yang luas, mutu meliputi beberapa aspek yang menentukan harga jual dan akseptabilitas dari suatu partai biji kakao oleh pembeli (konsumen). Persyaratan mutu ini diatur dalam standar perdagangan.
Persyaratan mutu yang diatur dalam syarat perdagangan meliputi karakteristik fisik dan pencemaran atau tingkat kebersihan. Selain itu, beberapa pembeli juga menghendaki uji organoleptik yang terkait dengan aroma dan citarasa sebagai persyaratan tambahan. Karakter fisik merupakan persyaratan paling utama karena menyangkut randemen lemak (yield) yang akan dinikmati oleh pembeli. Karakter fisik ini mudah diukur dengan tata-cara dan peralatan baku yang disepakati oleh institusi international.
Dengan demikian pengawasan mutu berdasarkan sifat-sifat fisik ini dapat dengan mudah dikontrol oleh konsumen. Sebaliknya, persyaratan tambahan merupakan kesepakatan khusus antara eksportir dan konsumen (pembeli). Jika persyaratan ini dapat dipenuhi, maka eksportir akan mendapat harga jual biji kakao lebih tinggi (premium).

2.2  Pasca Panen
1.     Pengumpulan Buah Kakao
Buah kakao yang telah dipanen biasanya dikumpulkan pada tempat tertentu dan dikelompokkan menurut kelas kematangan.
2.     Fermentase
Tujuan dari fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak tumbuh sehingga perubahan-perubahan di dalam biji kakao akan mudah terjadi, seperti warna keping biji, peningkatan aroma dan rasa, perbaikan konsistensi keping biji, dan untuk melepaskan pulp. 
3.     Perendaman dan Pencucian
Perendaman berpengaruh terhadap proses pengeringan dan rendemen. Selama proses perendaman berlangsung, sebagian kulit biji kakao terlarut sehingga kulitnya lebih tipis dan rendemennya berkurang.
4.     Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air biji dari 60 % sampai pada kondisi kadar air dalam biji tidak dapat menurunkan kualitas biji dan biji tidak ditumbuhi cendawan.
5.     Penyortiran / Pengelompokan
Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan mutunya:
a)     Mutu A : dalam 100 g biji terdapat 90 – 100 butir biji
b)    Mutu B : dalam 100 g biji terdapat 100 – 110 butir biji
c)     Mutu C : dalam 100 g biji terdapat 110 – 120 butir biji



6.     Penyimpanan
Biji kakao yang telah kering dimasukkan ke dalam karung goni. Tiap goni diisi 60 kg biji cokelat kering, kemudian karung tersebut disimpan dalam gudang yang bersih, kering, dan memiliki lubang pergantian udara.
Penyimpanan di gudang sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan, dan setiap 3 bulan harus diperiksa untuk melihat ada tidaknya jamur atau hama yang menyerang.

2.3  Pemasaran
Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah.
Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan dipasar baik pasar domestik maupun internasional. Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud mencakup penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur misalnya pasar dan kebiasaan petani setempat.
Komoditas kakao merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia, komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini cukup mendasar karena harga kakao internasional saat ini cukup tinggi dan momentum yang baik untuk dimanfaatkan petani atau pelaku usaha (masyarakat agribisnis). Trend luas panen, produksi, dan produktivitas kakao cenderung meningkat dalam 10 tahun terakhir. Peningkatan tersebut, diikuti dengan peningkatan volume dan nilai ekspor. Volume dan nilai ekspor komoditi kakao merupakan yang terbesar untuk komoditi perkebunan. Volume ekspor meningkat 20,08%, sedangkan nilai ekspor meningkat sangat besar 87,74%.
Peningkatan nilai ekspor salah satunya dikarenakan peningkatan harga jual biji kakao ditingkat petani sekitar 19,82% (BPS Sulteng, 2003).
Produktivitas kakao yang tinggi seringkali tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan yang signifikan, hal ini dikarenakan petani masih dihadapkan pada masalah berfluktuasinya harga biji kakao sehingga posisi tawar (bargaining position) petani lemah yang menyebabkan petani mendapatkan nilai jual biji kakao yang rendah.
Masalah pasar merupakan masalah yang penting dalam rangka merangsang petani untuk meningkatkan produksinya. Pasar merupakan salah satu syarat penting dalam pembangunan pertanian, karena pasar akan menentukan besarnya permintaan suatu komoditi (Mosher, 1981).
Pemasaran yang efektif sangat dibutuhkan dalam memasarkan biji kakao, salah satu faktor yang menentukan adalah tingkat harga dan stabilitas harga. Semakin tinggi harga jual biji kakao, petani akan termotivasi untuk meningkatkan produksinya. Hal ini berarti, tidak cukup hanya dengan meningkatkan produktivitas kakao, harus diikuti usaha penyempurnaan/perbaikan dalam bidang pemasaran. Memperbesar nilai yang diterima petani/produsen, memperkecil biaya pemasaran dan terciptanya harga jual dalam batas kemampuan daya beli konsumen merupakam perbaikan bidang pemasaran yang bertujuan memperbesar tingkat efisiensi pemasaran.
Pedagang pengumpul tingkat desa ditentukan secara sengaja masing-masing sebanyak 2 pedagang tiap desa, pedagang pengumpul tingkat kecamatan masing-masing ditentukan sebanyak 2 pedagang tiap kecamatan, sedangkan pedagang besar di luar kecamatan masing-masing ditentukan 3 pedagang di kabupaten Donggala dan kota Palu, dan 1 eksportir. Sehingga jumlah responden secara keseluruhan sebanyak 118 responden.
Sebagian besar produksi kakao Indonesia digunakan untuk keperluan ekspor dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Produk yang diekspor sebagian besar (78,5%) berupa produk primer, yakni dalam bentuk biji kering dan sebagian kecil (21,5%) berupa hasil olahan. Agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kompleks, antara lain rendahnya produktivitas kebun akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu produk, serta masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao.
Hal ini merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor dalam mengembangkan usaha kakao. Salah satu peluang yang dimaksud adalah pasar Amerika Serikat menghendaki pembelian kakao dalam bentuk cocoa butter. Peluang ini harus dapat dilirik oleh industri dalam negeri sebagai upaya meningkatkan nilai tambah produk kakao Indonesia.
Areal pertanaman kakao saat ini sekitar 1.4 juta ha, tersebar di 31 provinsi. Sekitar 64% dari total areal tersebut terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Saat ini hanya sekitar 66% pertanaman pada kondisi tanaman menghasilkan. Dan dari segi bentuk pengusahaannya, sekitar 92,7% pertanaman kakao merupakan perkebunan rakyat, 3,9% perkebunan besar negara dan 3,4% merupakan perkebunan besar swasta.
Pada tahun 2008 produksi kakao Indonesia sekitar 792 ribu ton. Diperkirakan pada tahun 2009 produksi kakao Indonesia akan mencapai sekitar 849 ribu ton. Sekitar 52% produksi kakao Indonesia diekspor ke berbagai negara terutama ke Malaysia. Karena sudah semakin majunya industri hilir kakao Malaysia, sehingga membutuhkan biji kakao Indonesia sebagai bahan bakunya. Hal ini berarti nilai tambah kakao akan banyak dinikmati negara lain, terutama Malaysia.


BAB II
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan.Artinya tanaman ini memang sangat di anjurkan untuk lebih ditingkatkan lagi kualitasnya,Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.
Oleh karena itu peran pestisida dalam bidang ini  sangat dibutuhkan agar kakao yang di budidayakan berkualitas dan bernilai tinggi di saat ingin di Agroindustrikan serta dipasarkan.


DAFTAR PUSAKA

2007 - Original Theme by : YGo Soo Simple | Bloggerized by : GosuBlogger | Free Blogger Templates

Tidak ada komentar:

Posting Komentar