KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Masalah
Inflasi” Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan
refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Taluk
Kuantan, Oktobrt 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................. i
Daftar
Isi...................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3
Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1
Pengertian
Inflasi............................................................................................. 3
2.2 Penggolongan
Inflasi....................................................................................... 3
2.3 Faktor Penyebab Timbulnya Inflasi................................................................ 5
2.4 Efek
Yang Ditimbulkan Dari Inflasi............................................................... 7
2.5 Cara
Mencegah Inflasi..................................................................................... 9
2.6 Cara
Mengatasi Inflasi..................................................................................... 10
BAB
III PENUTUP...................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 11
DAFTARPUSTAKA............................................................................. .......................................................................................................... 12
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan
masyarakat. Hal ini dikarenakan Inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi
dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan
ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan Inflasi
dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi
perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter .
Lebih dari itu, ada kecenderungan Inflasi dipandang sebagai permasalahan yang
senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter
dalam menjaga tingkat Inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa
menargetkan bahwa angka atau tingkat Inflasi harus diturunkan menjadi satu
digit atau Inflasi moderat.
Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli
ekonomi Islam modern, seperti Ahmad Hasan, Hifzu Rab, dan
‘Umar Vadillo, yang menyerukan penerapan kembali mata uang dînâr dan dirham sebagai
jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi Inflasioner di dunia ekonomi
modern. Mereka beralasan bahwa mata uang logam mulia dînâr dan dirham dapat
menjamin keamanan transaksi karena keduanya memberikan keseimbangan nilai
terhadap setiap komoditas yang ditransaksikan. Gagasan ini memberikan akses
terwujudnya ekonomi makro yang kuat dengan dukungan penuh mata uang yang
berbasis kekuatan riil materialnya.
Terjadinya Inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif,
tingkat pajak, suku bunga riil, pendapatan masyarakat akan terganggu, mendorong
investasi yang keliru, dan menurunkan moral. Maka dari itu, mengatasi Inflasi
merupakan sasaran utama kebijakan moneter. Pengaruh Inflasi
cukup besar pada kehidupan ekonomi, Inflasi merupakan salah satu masalah
ekonomi yang banyak mendapat perhatian para ekonom, pemerintah, maupun
masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan dan kebijakan dikembangkan supaya Inflasi
dapat dikendalikan sesuai dengan yang diinginkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
yang dimaksud Inflasi?
2. Penggolongan
Inflasi?
3. Faktor-faktor
penyebab timbulnya Inflasi di Indonesia ?
4. Apahkah
dampak yang ditimbulkan dari Inflasi?
5. langkah-langkah
apa saja yang harus di ambil untuk mencegah terjadinya Inflasi?
6. Bagaimana
cara mengatasi Inflasi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
Apakah yang dimaksud Inflasi?
2. Mengetahui
Penggolongan Inflasi
3. Mengetahui
Faktor-faktor penyebab timbulnya Inflasi di Indonesia ?
4. Mengetahui
Apahkah dampak yang ditimbulkan dari Inflasi?
5. Mengetahui
langkah-langkah apa saja yang harus di ambil untuk mencegah terjadinya Inflasi?
6. Mengetahui
Bagaimana cara mengatasi Inflasi?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Inflasi
Inflasi
mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang bersifat
umum dan terus-menerus. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara
terus-menerus yang bersumber dari terganggunya keseimbangan antara arus uang
dan barang. Dari pengertian ini, Inflasi mempunyai penjelasan bahwa Inflasi
merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi
secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat,
melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia.
Kenaikan
harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi
harga barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan –
penyimpangan yang menyebabkan terjadinya Inflasi tersebut. Perlu diingat bahwa kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak disebut Inflasi. Inflasi menurut defenisi para ahli yaitu :
1. Kecenderungan
dari harga-harga untuk naik secara umum dan secara terus-menerus. (Boediono,
1985: 161)
2. Inflasi adalah
proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus selama periode tertentu. (Nopirin,
1990: 25)
3. Suatu keadaan
dimana terjadi senantiasa turunnya nilai uang.
(Mannullang, 1993: 83)
4. Inflasi terjadi
apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik, harga beras, bahan
bakar, harga mobil naik, tingkat upah, harga tanah, dan semua barang-barang
modal naik. (Samuelson dan Nordhaus, 1993: 293)
·
Inflasi Ringan (Di bawah 10% setahun)
·
Inflasi Sedang
·
Inflasi Berat ( antara 50-100% setahun)
· Hiper
Inflasi (di atas 100% setahun)
Laju Inflasi dapat berbeda antar asatu Negara
dengan Negara lainnya atau dalam satu Negara dalam waktu yang berbeda. Atas
dasar besarnya laju Inflasi maka Inflasi dapat di bagi ke dalam tiga kategori
yaitu :
1.
Inflasi merayap (creeping Inflation)
Di
tandai dengan laju Inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan
harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka
yang relatif lama.
2. Inflasi
Menengah (galloping Inflation)
Ditandai dengan laju Inflasi yang cukup besar
dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi (harga dalam
waktu mingguan atau bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih besar daripada
Inflasi yang merayap (creeping inflation)
3. Inflasi
tinggi (Hyper inflation)
Merupakan Inflasi yang paling parah akibatnya
harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali lipat. Masyarakat tidak lagi berkeinginan
untuk menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan tajam sehingga perputaran
uang semakin cepat dan harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini
timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan
dan ditutupi dengan mencetak uang.
B.
Berdasar Sebab musabab awal dari Inflasi
·
Demand Inflation, karena permintaan
masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat
·
Cost Inflation, karena kenaikan biaya
produksi
a.
Inflasi permintaan (Demand
Inflasi), yang timbul karena permintaan masyarakat akan
berbagai barang bertambah terlalu kuat akibat tingkat harga umum naik (misalnya
karena bertambahnya pengeluaran perusahaan).
b.
Inflasi biaya (cost-Push inflation), Inflasi
jenis ini timbul karena kenaikan ongkos produksi. Inflasi ini dikenal dengan
istilah cost-push inflation atau supply inflation. Untuk lebih jelasnya simak
baik-baik kurva di atas. Apabila ongkos produksi ini misalnya disebabkan
kenaikan harga alat-alat produksi yang didatangkan dari luar negeri atau
kenaikan bahan mentah maupun bahan baku.
c.
Inflasi campuran
Kedua mmacam Inflasi
yang telah dijelaskan di atas jarang sekali di jumpai dalam praktik
sehari-hari. Pada umumnya, Inflasi yang terjadi di berbagai negara merupakan
campuran dari kedua macam Inflasi tersebut. Inflasi campuran merupakan campuran
antara Inflasi permintaan (demand-pull inflation) dan Inflasi biaya (cost-push
inflation).
2.3 Faktor-faktor
Penyebab Timbulnya Inflasi
1.
Jumlah uang beredar
Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah
uang beredar adalah faktor utama yang di tuding sebagai penyebab timbulnya Inflasi
di setiap Negara berkembang, tidak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah
uang beredar ini lebih banyak diterjemahkan dalam konsep narrow money (MI). Hal
ini terjadi karena masih adanya tanggapan, bahwa uang dikuasai hanya merupakan
bagian dari likuiditasi perbankan.
Sejak tahun 1976 presentase uang kuartal yang
beredar (48,7%) lebih kecil daripada presentase jumlah uang giral yang beredar
(51,3%).sehingga mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di
sektor moneter Indonesia juga mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses
pengendalian jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya
moneterisasi dalam kegiatan perekonomian subsisten, akibatnya memberikan
kecenderungan meningkatnya laju Inflasi.
Menurut data yang dihimpun dalam Laporan Bank
Dunia menunjukan laju pertumbuhan rata-rata jumlah uang beredar di Indonesia
pada periode tahun 1980-1992 relatif tinggi jika dibandingkan dengan
Negara-negara ASEAN lainnya (kecuali Filipina).kenaikan jumlah uang beredar di
Indonesia pada tahun 1970-an sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh
pertumbuhan kredit likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah.
Pertumbuhan ini dapat merupakan efek langsung dari kebijakan Bank Indonesia
dalam sector keuangan (terutama dalam hal penurunan reserve requirement)
2.
Defisit Anggaran Belanja Pemerintah
Seperti halnya yang umum terjadi pada Negara
berkembang, anggaran belanja pemerintah Indonesia pun sebenarnya mengalami
defisit, meskipun Indonesia menganut prinsip anggaran berimbang. Defisitnya anggaran
belanja ini banyak sekali disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut keterangan
struktural ekonomi Indonesia, yang acap kali menimbulkan kesenjangan antara
kemauan dan kemampuan untuk membangun. Selama pemerintahan Orde lama defisit
anggaran belanja ini acapkali di biaya dari dalam negeri dengan cara melakukan
pencetakan uang baru, mengingat orientasi kebijaksanaan pembangunan ekonomi
yang inward looking policy, sehingga menyebabkan tekanan Inflasi yang hebat,
tetapi sejak era Orde Baru, defisit anggaran belanja ini di tutup dengan
pinjaman luar negeri yang nampaknya relatif aman terhadap tekanan Inflasi.
Dalam era pemerintahan Orde baru, kebutuhan
terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi yang telah dicanangkan sejak
Pembangunan Jangka Panjang, menyebabkan kebutuhan dana untuk melakukan
pembangunan sangat besar. Dengan mengingat bahwa potensi mobilisasi dana
pembangunan dari masyarakat (baik dari sektor tabungan masyarakat maupun
pendapatan pajak) di dalam negeri pada saat itu yang sangat terbatas (belum
berkembang), juga kemampuan sector swasta yang terbatas dalam melakukan
pembangunan, menyebabkan pemerintah harus berperan sebagai motor pembangunan.
Hal ini menyebabkan pos pengeluaran APBN menjadi lebih besar daripada
penerimaan rutin.
Artinya, peran pengeluaran pemerintah dalam
investasi tidak dapat di imbangi dengan penerimaan, sehingga menimbulkan
kesenjangan antara pengeluaran dan penerimaan Negara, atau dapat dikatakan
telah defisit struktural dalam keuangan Negara. Pada saat terjadinya oil
booming, era tahun 70-an, pendapatan pemerintah di sector migas meningkat
pesat, sehingga jumlah uang primer pun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan
kemampuan pemerintah untuk berekspansi investasi di dalam negeri semakin
meningkat. Dengan kondisi tingkat pertumbuhan produksi domestic yang relatif
lebih lamban akibat kapasitas produksi nasional yang masih berada dalam keadaan
under-employment, peningkatan permintaan (investasi) pemerintah menyebabkan
terjadi relokasi sumberdaya dari masyarakat ke pemerintah, seperti yang
terkonsep dalam analisis Keynes tentang Inflasi. Hal inilah yang menyebabkan
timbulnya tekanan Inflasi.
Tetapi, sejak berubahnya orientasi ekspor
Indonesia ke komoditi non migas, sejalan dengan merosotnya harga minyak bumi di
pasar ekspor (sejak 1982), menyebabkan kemampuan pemerinntah untuk membiayai
pembangunan nasional semakin berkurang pula, sehingga pemerintah tidak dapat
lagi mempertahankan posisinya sebagai penggerak (motor) pembangunan. Dengan
kondisi seperti ini, menyebabkan secara bertahap peran sebagai penggerak utama
pembangunan nasional, dengan demikian sumber tekanan Inflasi pun beralih dari
pemerintah ke non pemerintah (swasta).
Tekanan Inflasi pada periode ini lebih di
sebabkan oleh meningkatnya tingkat agresifitas sektor swasta dalam melakukan
ekspansi usaha, yang didukung oleh perkembangan sektor perbankan yang semakin
ekspansif pula. Dengan kondisi sumberdaya modal domestic yang masih saja
relatif terbatas, maka pinjaman luar negeri yang sifatnya komersial maupun non
komersial pun semakin meningkat. Peran pemerintah ini dapat dimaklumi karena
kemampuan swasta nasional dalam pembangunan infrastruktur ekonomi masih sangat
terbatas.
2.4 Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1.
Efek terhadap pendapatan (Equity Effect)
Efek
terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula
yang di untungkan dengan adanya Inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan
tetap akan dirugikan oleh adanya Inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh
pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju Inflasi sebesar 10%, akan
menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju Inflasi tersebut,
yakni Rp.50.000,00
2.
Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi
dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat
terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian
dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu
sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
3.
Efek terhadap Output (Output Effect)
Dalam
menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effect) digunakan suatu
anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek Inflasi
terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu
tersebut.
4.
Inflasi dan Perkembangan Ekonomi.
Inflasi
yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakan perkembangan ekonomi. Biaya yang
terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan
spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap
setiap tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan
kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan
berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak
pengangguran akan terwujud.
5.
Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.
Disamping menimbulkan efek buruk di atas
kegiatan ekonomi Negara, Inflasi juga akan menimbulkan efek-efek berikut kepada
individu masyarakat :
a.
Inflasi akan menimbulkan pendapatan riil
orang-orang yang berpendapatan tetap.
b.
Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang
berbentuk uang.
c.
Memperburuk pembagian kekayaan.
2.5 Cara Mencegah Inflasi
1.
Kebijakan Moneter
Kebijakan
ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur jumlah uang
yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang dimiliki oleh bank
sentral. Melalui instrument ini diharapkan peredaran uang dapat diatur dan Inflasi
dapat di kendalikan sesuai dengan yang telah ditargetkan sebelumnya. Terdapat
tiga kebijakan yang dapat di tempuh bank sentral dalam mengatur Inflasi :
a.
Kebijakan Diskonto.
Kebijakan diskonto (discount policy)
adalah kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uanng dengan jalan
menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Kaitannya dengan bank syari'ah yaitu
dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat nisbah bagi hasil.
a.
Operasi Pasar
Terbuka.
Yaitu dengan jalan membeli dan menjual
surat-surat berharga.
b.
Kebijakan
Persediaan Kas (cash ratio policy).
Yaitu kebijakan bank
sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan
presentasi persediaan kas dari bank.
2.
Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan
fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serrta perpajakan
yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian
akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan
total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta
kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga Inflasi dapat
ditekan.
3.
Kebijaksanaan Yang Berkaitan Dengan Output.
Kenaikan Output dapat memperkecil laju Inflasi.
Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya
jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.
4.
kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing.
Ini
dilakukan dengan penentuam ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap).
Kalau indeks harga naik maka gaji/upah juga dinaikan.
2.6 Cara Mengatasi Inflasi
Untuk mengatasi terjadinya Inflasi,
bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :
1. Peningkatan
tingkat suku bunga
2. Penjualan
surat berharga
3. Peningkatan
cadangan Kas
4. Pengetatan
pemberian kredit
Dalam
pemulihan makro ekonomi, tim ekonomi pemerintah harus mampu menciptakan
kestabilan makro ekonomi, dengan menekan inflation rate menjadi single digit,
sekitar 8%. Makro ekonomi yang menyangkut tiga komponen yaitu interest rate,
inflation rate dan exchange rate, yang semuanya saling tergantung dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Di sisi lain, dengan diturunkannya BI rate, hal
tersebut berpengaruh pada turunnya suku bunga perbankan dan akan mendorong
investor menanamkan investasi lebih banyak.
Aktivitas
perekonomian terus berputar. Dengan demikian akan mampu menyerap tenaga kerja
dalam jumlah yang besar secara bertahap, sehingga pendapatan masyarakat akan
ikut naik. Dalam rangka menungkatkan iklim investasi secara nasional guna
menanggulangi dan meningkatkan di sektor riil.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun simpulan dari penjelasan
mengenai Inflasi tersebut di atas adalah Inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga
barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak
hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Faktor-faktor
Penyebab Timbulnya Inflasi yaitu: Jumlah
uang beredar, defisit anggaran belanja pemerintah. Efek yang ditimbulkan dari Inflasi
yaitu: (1) Efek terhadap
pendapatan (Equity
Effect), (2) Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect), (3) Efek
terhadap Output (Output Effect), (4) Inflasi dan
Perkembanngan Ekonomi, (5) Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.
Cara
mencegah Inflasi yaitu: Kebijakan
moneter, kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan yang berkaitan dengan
Output, kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing, kebijakan lain,
perbaikan prilaku masyarakat. Cara mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan
kebijakan uang ketat meliputi : (1). Peningkatan tingkat suku bunga. (2).
Penjualan surat berharga. (3). Peningkatan cadangan Kas. (4). Pengetatan
pemberian kredit.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad,
Hasan. 2006. Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami. Jakarta:
Rajawali Pers.
Ahmad,
Mustaq. Dr. 2003. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
Al-Qardawi,
Yusuf. 1997. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam.
Jakarta: Rabbani Press.
Hasannudin,
Drs., MA. 2008. Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Lembaga Pengesahan
FIDKOM.
Herlambang,
Tedy dkk. 2006. Teori Ekonomi dan Kebijakan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Karim,
Adiwarman A. 2007. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
makalahnya bagus bg..
BalasHapus