MAKALAH
BUDAYA MELAYU
TENTANG
KONSEP
PEMBANGUNAN PERTANIAN

OLEH :
KIRISMAN PADLI
DOSEN : MASHADI, SP
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
ISLAM KUANTAN SINGINGI
TELUK KUANTAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Konsep Pembangunan Pertanian” Pada makalah ini kami
banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai
pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat
jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima
kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Taluk
Kuantan, Juli 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................. i
Daftar
Isi...................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3
Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN..................................................................................... ........ 3
2.1
Perbedaan Pola Pertanian di Era Orde Baru dan Reformasi........................... 3
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pertanian dari Masa ke Masa................. 4
2.3 Pertanian Indonesia Menuju
Pertanian Berkelanjutan.................................... 7
BAB
III PENUTUP.................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 11
3.2 Saran.............................................................................................................. 11
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Meningkatkan produksi pertanian suatu negara adalah suatu
tugas yang kompleks, kerena banyaknya kondisi yang berbeda yang harus dibina
atau diubah oleh orang ataupun kelompok yang berbeda pula. Seperti halnya
permasalahan pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mengimbangi permintaan atas
kebutuhan pangan meningkat pesat, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan
produksi hasil pertanian yang mampu untuk memenuhi permintaan kebutuhan akan
bahan pangan.
Namun hal itu juga mendorong para petani untuk mencoba
menanam jenis-jenis tanman baru, dan dengan bantuan para insinyur dan para
peniliti untuk mengembangkan varietas tanaman tersebut dengan menemukan teknik
penggunaan pupuk, mengatur kelembapan tanah yang lebih maju serta meggunakan
teknologi pertanian yang lebih maju untuk mengembangkan pembangunan pertanian
ke arah yang lebih baik sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan dari
jumlah masyrakat yang terus meningkat.
Pada dasarnya pembangunan pertanian di Indonesia sudah
berjalan sejak masyarakat Indonesia mengenal cara bercocok tanam, namun
perkembangan tersebut berjalan secara lambat. Pertanian awalnya hanya bersifat
primitif dengan cara kerja yang lebih sederhana. Seiring berjalannya waktu,
lama kelamaan pertanian berkembang menjadi lebih modern untuk mempermudah para
petani mengolah hasil pertanian dan mendapatkan hasil terbaik dan banyak.
Dengan demikian pembangunan pertanian mulai berkembang dari
masa ke masa. Dalam proses pembangunan pertanian tersebut, bantuan para ahli di
bidang pertanian dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk mendukung dan memberi
fasilitas maupun pegetahuan kepada para petani untuk memberi metode baru kepada
para petani dan mengubah cara berpikir mereka menjadi lebih kompleks sehingga
mampu untuk meningkatkan produksi pertanian dalam negri ini.
Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran penulis untuk
mengupas tentang pembangunan pertanian yang telah bergulir beberapa era di
Indonesia, untuk mencari tahu apa saja pembangunan pertanian yang terjadi di
negri ini sejak Indonesi mulai meneguk kebebasan dari kemerdekaan hingga
Indonesia mulai mencoba untuk bangkit membangun kemajuan negri ini di era
reformasi saat ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulis mengupas masalah tentang Pembangunan
Pertanian di Indonesia adalah untuk melatih penulis dalam pembuatan makalah dan
membuka wawasan penulis tentang pembangunan pertanian di Indonesia dan betapa
pentingnya pembangunan pertanian yang akan memiliki dampak yang besar bagi
kehidupan mayarakat dan pertumbuhan perekonomian Indonesia nantinya.
1.3 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik
beberapa permasalahan sebagai berikut:
- Apa perbedaan pola pertanian di era orde baru dan reformasi?
- Apa saja kebijakan-kebijakan yang sudah dilakukan oleh pemerintah era orde baru dan reformasi dalam pembangunan pertanian?
- Apa saja kelebihan dan kekurangan sistem pertanian dari masa ke masa?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perbedaan
Pola Pertanian di Era Orde Baru dan Reformasi
Pertanian mulai timbul pada saat manusia mulai mengendalikan
pertumbuhan tanaman dan hewan, dengan mengaturnya sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan keuntungan. Pada awalnya pertanian masih bersifat primitif
dengan hanya mengharapkan kondisi alam sebagai faktor pendukung. Namun seiring
berkembangnya zaman, pertanian menjadi lebih berkembang ke arah
modernisasi.Pada pertnian yang berazaskan modern, manusia akan mempergunakan
kecerdasan otaknya untuk meningkatkan penguasaannya akan semua faktor yang akan
mendukung pertumbuhan dari tanaman dan hewan.
Semakin berjalannya waktu sistem pola pertanian dari masa ke
masa pun akan terus berkembang menjadi lebih baik untuk menghasilkan hasil
pertnian yang lebih baik pula. Seperti era orde bru dan reformasi. Tentunya
pada perubahan era pemerintahan, sistem pola pertanian di Indoneia juga akan
berubah. Pada masa orde baru pembangunan pertanian diorientasikan kepada
pemenuhan kebutuhan pangan dalam negri, dan sistem agribisnis dikembangkan
secara simultan dan harmonis. Pada masa orde baru untuk teknik pertanian biasa
dilakukan di tanah datar sehingga teknik ini disebut bertegal ( cara bertani di
tanah kering). Setelah itu di bersihkan dan kemudian di tanami oleh tanaman
penghasi bahan pangan.
Jika pada zaman dahulu pertanian hanya dilakukan secara
sederhana hanya dengan mengharapkan dan berpangku tangan pada kondisi alam
namun di era orde baru hal tersebut telah berkembang menjadi lebih kompleks
dengan pengetahuan petani tentang masalah pemupukan yang akan mendukung hasil
dari produksi pertanian tersebut yang akan meningkat. Selain itu, juga
diterapkan teknologi yang lebih modern untuk kemajuan pertanian seperti
pemberantasan hama pembibitan maupun sistem irigasi yang mulai berkembang untuk
mempermudah para petani mengairi sawahnya. Bahkan sawah juga selain dugunakan
untuk menanam padi, juga dapat digunakan untuk menanam tanaman hortikultura.
Tidak hanya berhenti pada lahan datar yang digunakan untuk
lahan pertanian, lahan gambut pun mulai digunakan menjadi lahan pertanian bagi
para petani sebagai areal persawahan, selain itu juga dikembangkn sitem
reboisasi dan terassering sebagi bagian dari teknologi modern pada masa orde
baru. Di era reformasi, dewasa ini tentunya sistem pola pembangunan pertanian
di Indonesia semakin berkembang dibanding era orde baru. Para petani
melanjutakan pembangunan era orde baru yang menggunakan pembasmi hama, teknik
pembibitan yang lebih ditingkatkn sehinnga padi dapat menghasilkan panen yang
lebih banyak dan lebih meningkat pada kualitas hasil produksi.
Selain itu pola memanen yang dulunya dilakukan secara
sendiri kini sudah menggunakan mesin untuk mempercepat proses memanen dan lahan
dapat segera ditanami kembali. Dan semakin berkembangnya teknologi pertanian di
Indonesia, lahan-lahan yang sulit digunakan untuk ditanami pun mulai dibuka
menjadi areal tanam bagi tanaman yang memberikan penghasilan bagi devisa
negara, seperti halnya penanaman di lahan yang tergenang maupun lahan yang
tidak rata ataupun berbukit. Namun pada dasarnya penggunaan pembasmi hama dan
pembibitan untuk mencari bibit unggul serta lahan yang tidak biasa dibuka untuk
lahan pertanian biasanya akan menimbulkan permasalahan yang akan menyulitkan
bagi pertumbuhan tanaman tersebut.
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pertanian dari Masa ke Masa
Sistem pertanian dari masa ke masa yang dibangun oleh
berbagai generasi tentunya akan menghasilkan dampak positif bagi masyarakat,
tetapi begitupun tentunya juga memiliki kekurangan yang timbul akibat
kebijakan-kenijakan tersebut. Berikut akan dibahas beberapa hal yang menjadi
kelebihan maupun kekurangan pembangunan sistem pertanian pada masa Orde Baru
dan Masa Reformasi.
1. Kelebihan
a. Orde Baru
· Terciptanya kestabilan ekonomi
Indonesia dengan adanya REPELITA
· Berkembangnya kemampuan petani dalam
hal pengolahan lahan maupun produksi bahan pangan menjadi lebih modern
· Terjadinya peningkatan produksi
hasil pertanian yang menjadikan Indonesia berhasil bangkit dari masalah
kebutuhan pangan dengan menciptakan swasembada pangan
· Terciptanya kualitas sumber daya
manusia yang lebih kompeten dan menghasilkan
b. Reformasi
Pada program yang dijalankan pemerintah tentng program SRI
dapat dilihat beberapa kelebihan di antaranya:
· SRI hanya membutuhkan benih yang
jauh lebih sedikit
· Produktifitas dengan sistem SRI
telah terbukti secara signifikan meningkat
· Sistem pengairan yang intermitten /
terputus sampai kondisi tanah kering meretak akan memperbaiki lingkungan mikro
bagi tanah sehingga secara pasti akan memperbaiki kondisi tanah
· Penggunaan air yang jauh lebih
sedikit dibanding dengan sistem konvensional akan memperbaiki efisiensi
pengairan dan dengan demikian memiliki potensi bagi perluasan areal irigasi
2. Kekurangan
a. Orde Baru
· Timbulnya kesulitan untuk mengatasi
dampak dari kemajuan pengolahan tanaman yang lebih modern
· Petani menjadi tertinggal kerena
kurangnya penyuluhan pertaniankepada para petani
· Terjadi keterbelakangan subsektor
selain pangan dikarenakan pemerintah lebih mengutamakan kemajuan dalam produksi
tanaman pangan
b.
Reformasi
· Petani belum siap dengan beberapa
kebijkan dari pemerintah yang dianggap terlalu sulit dan merepotkan
· Dalam permasalahan irigai petani
menjadi kebingungan akibat tidak memahami penduan yang tidak pasti dalam sistem
pembagian air
3. Solusi
Permasalahan yang timbul pada sistem pembangunan pertanian
tersebut sebenarnya menjadi pemicu bagi para ahli di bidang pertanian untuk
memecahkan bagaimana mencari solusi dari masalah tersebut. Beberapa masalah
yang tecipta dari masa Orde Baru maupun Reformasi sebenarnya memerlukan pemecahan
yang cukup sederhana dan dapat dipahami dengan mudah oleh para petani agar
dapat melakukan prodes produksi bahan pangan maupun hasi hortikultura yang
dapat meningkatkan kemajun pertanian Indonesia.
Permasalahan tentang lahan irigasi yang ingin memperluas
areal untuk meningkatkan produksi padi sawah sebenarnya telah terjawab dengan
hadirnya padi SRI yang mampu menghasilkan padi lebih banyak namun dengan
konsumsi air yang sedikit. Hanya saja dalam penanaman padi SRI ini juga
mengalami hambatan dengan kurangnya buruh tani yang bekerja untuk mengembangkan
sistem padi ini diakibatkan para petani yang sebagian besar memiliki pekerjaan
lain dan menjadikan kegiatan pertanian menjadi pekerjaan sampingan. Seharusnya
pengembangan padi SRI menjadi solusi tepat bagi sulitnya membuka areal irigasi
bagi petani, hanya saja hal itu harus sejalan dengan kegiatan petani yang lebih
fokus pada produktifitas tanaman-tanaman pangan.
Sedangkan permasalahan penggunaan air lahan irigasi yang
membingungkan petani akibat ketidakjelasan panduan penggunaan dan pembagian air
seharusnya menjadi perhatian yang lebih bagi penyuluh pertanian sehingga lebih
meningkatkan penyuluhan untuk menambah pengetahuan para petani yang tidak hanya
terfokus tentang penggunaan air lahan irigasi, tetapi juga pada masalah
pembibitan, pembasmian hama, maupun pada pemberian pupuk dengan dosis yang
tepat bagi tanaman.
Pada kebijakan pemerintah tentang REPELITA dan Revolusi
Hijau yang bertujuan meningkatkan ketahanan pangan dengan meningkatkan
produktifitas tanaman pangan menuju swasembda pangan mengakibatkan permasalahan
pada keterbelakangan produktifitas subsektor tanaman selain tanaman pangan
seperti hortikultura. Seharusnya peningkatan produktifitas dari tanman pangan
juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas tanaman lainnya seperti tanaman
hortikultura.
2.3 Pertanian Indonesia Menuju Pertanian
Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah
pertanian yang berlanjut untuk saat ini dan saat yang akan datang dan
selamanya, Artinya pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semuanya dan tidak
menimbulkan bencana bagi semuanya. Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa
dilaksanakan saat ini, saat yang akan datang dan menjadi warisan yang berharga
bagi anak cucu kita. Ada pun definisi lain dari pertanian berkelanjutan adalah
sebagai alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian
yang dapat menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan.
Pertanian Berkelanjutan juga dapat diartikan sebagai
keberhasilan dalam mengelola sumberdaya untuk kepentingan pertanian dalam
memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas
lingkungan serta konservasi sumberdaya alam. Pertanian berwawasan lingkungan
selalu memperhatikan nasabah tanah, air, manusia, hewan/ternak, makanan,
pendapatan dan kesehatan. Sedang tujuan pertanian yang berwawasan lingkungan
adalah mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah; meningkatkan dan
mempertahankan basil pada aras yang optimal; mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman
hayati dan ekosistem; dan yang lebih penting untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan penduduk dan makhluk hidup lainnya.
Berarti dapat disimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture) adalah pertanian yang meliputi komponen-komponen
fisik, biologi, sosial ekonomi, lingkungan dan manusia yang berjalan secara
ideal untuk saat ini dan yang akan datang.
Menurut Jaker PO (Jari-ngan Kerja Pertanian Organik) dan
IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement), ada 4 prinsip
dasar dalam membangun gerakan pertanian berkelanjutan :
1.
Prinsip ekologis
Prinsip ini mengembangkan upaya bahwa pola hubungan
antara organisme dengan alam adalah satu kesatuan. Upaya-upaya pemanfaatan air,
tanah, udara, iklim serta sumber-sumber keane-karagaman-hayati di alam harus
seoptimal mungkin (tidak mengeksploitasi). Upaya-upaya pelesta-rian harus
sejalan dengan upaya pemanfaatan.
2.
Prinsip teknis
Produksi dan pengolahan Prinsip teknis ini merupakan dasar untuk
mengupayakan suatu produk organik. Yang termasuk dalam prinsip ini mulai dari
transisi lahan model pertanian konvensional ke pertanian berkelanjutan, cara
pengelolaannya, pemupukan, pengelolaan hama dan penyakit hingga penggunaan
teknologi yang digunakan sejauh mungkin mempertimbangkan kondisi fisik
setempat.
3.
Prinsip Sosial ekonomis
Prinsip ini menekankan pada penerimaan model pertanian secara sosial dan
secara ekonomis menguntungkan petani. Selain itu juga mendorong berkembangnya
kearifan lokal, kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, dan mendorong
kemandirian petani.
4.
Prinsip Politik
Prinsip ini mengutamakan adanya kebijakan yang tidak bertentangan dengan
upaya pengembangan pertanian berkelanjutan. Kebijakan ini baik dalam upaya
produksi, kebijakan harga, maupun adanya pemasaran yang adil. elestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup
Beberapa kegiatan yang diharapkan
dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan keuntungan
produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan,
serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian
Hama Terpadu
Pengendalian Hama Terpadu merupakan
suatu pendekatan untuk mengendalikan
hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan; biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat melalui;
hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan; biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat melalui;
- Penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk mengendalikan hama atau dikenal musuh alami hama, seperti Tricogama sp., sebagai musuh alami dari parasit telur dan parasit larva hama tanaman.
- Menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi sebagai pemikat (atraktan), yang menjauhkan hama dari tanaman utama.
- Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan terhadap fungisida sintetis.
- Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun .
2. Sistem
Rotasi dan Budidaya Rumput
Sistem pengelolaan budidaya rumput
intensif yang baru adalah dengan
memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara lain ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian.
memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara lain ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian.
3. Konservasi
Lahan
Beberapa metode konservasi lahan
termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak melakukan pembajakan lahan, dan
pencegahan tanah hilang baik oleh erosi angin maupun erosi air. Kegiatan
konservasi lahan dapat meliputi:
- Menciptakan jalur-jalur konservasi.
- Menggunakan dam penahan erosi.
- Melakukan penterasan.
- Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.
4. Menjaga
Kualitas Air/Lahan Basah
Konservasi dan perlindungan
sumberdaya air telah menjadi bagian penting dalam pertanian. Banyak diantara
kegiatan-kegiatan pertanian yang telah dilaksanakan tanpa memperhatikan
kualitas air. Biasanya lahan basah berperan penting dalam melakukan penyaringan
nutrisi (pupuk anoraganik) dan pestisida. Adapun langkah-langkah yang ditujukan
untuk menjaga kualitas air, antara lain;
- Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) yang dapat mencuci hingga muka air tanah (water table).
- Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation).
- Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.
- Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif.
5. Tanaman
Pelindung
Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musim
panen tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk
menekan pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan meningkatkan nutrisi
dan kualitas tanah.
6. Diversifikasi
Lahan dan Tanaman
Bertanam dengan memiliki varietas
yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi kondisi ekstrim dari
cuaca, hama penggangu tanaman, dan harga pasar. Peningkatan diversifikasi
tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohon-pohon dan rumput-rumputan, juga
dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan, habitat binatang, dan
meningkatkan populasi serangga yang bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangunan pertanian merupakan hal yang harus bagi setiap
negara untuk terus memperbaharui produktifitas hasil buminya yang berupa
tanaman, seperti tanamn pangan, tanaman hortikultura maupun tanaman perkebunan
untuk meningkatkan ketahanan pangan bagi bangsanya yang terus meningkan. Selain
itu juga bisa menghasilkan devisa yang cukup besar bagi negara. Pada masa Orde
Baru presiden Soeharto giat melakukan pembangunan pertanian dengan melakukan
beberapa kebijakan seperti REPELITA, Revolusi Hijau, BIMAS, INMAS, INSUS, dan
Panca Usaha Pertanian untuk meningkatkan pembangunan pertanian khususnya dalam
peningkatana produktifitas tanaman pangna yang akhirnya mampu mewujudkan
Indonesia swasembada pangan.
Kebijakan-kebijakan juga terus berlanjut pada masa Reformasi
hingga sekarang yang menghasilkan cara-cara yang lebih modern dan tidak
menyulitkan bagi para petani untuk memberikan hasil terbaik dari sektor pertanian
Indonesia seperti pembuatan areal irigasi maupun penemuan bibit-bibit unggul
yang menghasilkan hasil terbaik dari sektor pertanian.
3.2 Saran
Pembangunan sistem pertanian di Indonesia menghasilkan
beberapa kemajuan yang cukup pesat bagi bangsa ini. Tapi pada beberapa
persoalan terdapat hal-hal yang mengalami kekurangan yang mengakibatkan
pembangunan pertanian berjalan tidak seimbang. Pada sistem pertanian pada
daerah yang masih menggunakan sistem pertanian yang lebih tertinggal dari
daerah lainnya hendaknya meningkatkan penyuluh pertanian untuk memberikan
penyuluhan bagi para petani. Selain itu pembangunan areal irigasi hendaknya
merata pada setiap daerah, begitupun dengan pengembangan sistem SRI yang
dinilai cukup memberikan banyak keuntungan untuk diaplikasikan secara merata.
DAFTAR PUSTAKA
Supriatna,
Nana. 2007. Sejarah untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Bandung: Grafindo Media Pratama (Hal 14-25 dan Hal 102-105)
Badrika, I
Wayan. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga (Hal 15-17)
Pusposutardjo,
Suprodjo dan Susanto, Sahid. 1992. Perspektif dari Pengembangan Managemen
Sumber Air dan Irigasi Untuk Pembangunan Pertanian. Yogyakarta: Liberty (Hal
26-28)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar