Senin, 05 Desember 2016

MAKALAH Ahlak Kepada Orang Tua Dan Hak Anak



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Ahlak Kepada Orang Tua Dan Hak Anak “. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
           




                                                                      Taluk Kuantan,  April  2016


Penyusun

 

DAFTAR ISI


Kata Pengantar....................................................................................................................      i
Daftar Isi.............................................................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................      1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................      1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................      1
1.3 Tujuan Makalah.......................................................................................................      2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................      3
2.1  Pengertian Ahlak.....................................................................................................      3.................................................................................................................................
2.2  Akhlak Kepada Orang Rua Menurut Al’quran Dan Hadist....................................      4
2.3  Macam-Macam Ahlak Kepada Orang Tua (Ibu Dan Bapak).................................      5
2.4  Menjaga Akhlak Kepada Orang Tua.......................................................................      7
2.5  Hak Anak Kepada Orang Tua.................................................................................      8
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. ......................................................................................................................................... 12
3.1  Kesimpulan............................................................................................................. .................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... ......................................................................................................................................... 13








BAB I
PENDAHULUAN

1.2  Latar Belakang
Ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anak-anaknya. Mereka mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anaknya tersebut. Jasa beliau berdua tidak dapat dihitung dan tidak dapat dibandingkan dengan harta.
Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil, maka ayah pun merawatnya, mencarikan nafkahnya, membesarkannya, mendidik dan menyekolahkannya, di samping usaha sang ibu. Kalau mulai masa mengandung sampai masa di mana si anak mulai dapat membedakan hal baik dan buruk; si ibu sangat berperan, maka mulai masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya, dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa. Namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, maka tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu daripada tugas ayah. Banyak sekali masalah yang tidak dapat diselesaikan ayah terhadap anaknya, namun dapat diselessaikan oleh dan hanya sang ibu.

1.2  Rumusan Masalah
a.    Apa pengertian akhlak ?
b.    Bagaimana akhlak kepada orang tua menurut al-qur’an dan hadits..?
c.    Apa macam-macam akhlak  terhadap orang tua (ibu dan bapak)?
d.    Bagaimana menjaga akhlak kepada kedua orang tua..?
e.    Apa saja hak anak kepada orang tua.?





1.3  Tujuan
a.    Untuk mengetahui pengertian akhlak ?
b.    Untuk mengetahui akhlak kepada orang tua menurut al-qur’an dan hadits..?
c.    Untuk mengetahui macam-macam akhlak  terhadap orang tua (ibu dan bapak)?
d.    Untuk mengetahui menjaga akhlak kepada kedua orang tua..?
e.    Untuk mengetahui saja hak anak kepada orang tua.?
























BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian akhlak
Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang bererti perilaku, perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan Sayyidah Aisyah berkaitan dengan akhlak Rasulullah saw yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.
Menurut Iman Al Ghazali, akhlak merupakan gambaran tentang keadaan dalam diri manusia dan dari gambaran tersebut menumbuhkan tingkah laku secara mudah dan senang tanpa memerlukan pertimbangan atau pemikiran. Akhlak sangat penting dan pengaruhnya sangat besar dalam membentuk tingkah laku manusia. Apa saja yang lahir dari manusia atau segala tindak-tanduk manusia adalah sesuai dengan pembawaan dan sifat yang ada dalam jiwanya.
Tepatlah apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin, “Sesungguhnya semua sifat yang ada dalam hati akan lahir pengaruhnya (tandanya) pada anggota manusia, sehingga tidak ada suatu perbuatan pun melainkan semuanya mengikut apa yang ada dalam hati manusia”. Tingkah laku atau perbuatan manusia mempunyai hubungan yang erat dengan sifat dan pembawaan dalam hatinya. Umpama pokok dengan akarnya. Bermakna, tingkah laku atau perbuatan seseorang akan baik apabila baik akhlaknya, sebagaimana pokok, apabila baik akarnya maka baiklah pokoknya. Apabila rusak akarnya maka akan rusaklah pokok dan cabangnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang Artinya:
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya Hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”  (QS. Al- A’raf: 58)
Akhlak yang mulia adalah matlamat utama bagi ajaran Islam. Ini telah dinyatakan oleh Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam dalam hadisnya (yang bermaksud, antara lain: “Sesungguhnya aku diutuskan hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Hal ini ditegaskan lagi oleh ayat al-Qur’an dalam firman Allah:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ (4)
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam: 4)

2.2  Akhlak Kepada Orang Tua Menurut Al-Qur’an dan Hadits
a.      Al-Qur’an
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا (٣٦)
Artinya: ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan apa yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri
b.     Dasar Al-Hadis
a)     Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abdullah ibn Mas’ud berkata:
سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟قَالَ: اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ. (رواه البخارى و مسلم)
Artinya: “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW; Apakah amalan yang di utama? Beliau menjawab, sholat pada waktunya. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau  menjawab, berbuat baik kepada kedua orang tua. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau  menjawab, jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)

b)    Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Amr bin Ash dikatakan:
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَاعَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَااللهِ فِيْ رِضَاالْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِيْ َسُخْطِ الْوَالِدَيْنِ (اخرجه التّرمذى وصحّحه ابن حبّان والحاكم)
Artinya: Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA., dari Nabi SAW beliau bersabda: Keridlaan Allah terletak pada keridlaan kedua orang tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua. (dikeluarkan oleh Tirmidzi dan dibenarkan oleh Ibnu Hibban)
c)       Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.:
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ مَنْ اَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُـمَّ أَبُوْكَ (رواه البخارى و مسلم)
Artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata: Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: kemudian bapakmu. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)
d)    Riwayat yang lain menyebutkan:
Al-Bazzar meriwayatkan hadis dari Buraidah dari ayahnya bahwa ada seorang laki-laki yang sedang thowafsambil menggendong ibunya, lalu ia bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Apakah dengan ini saya sudah menunaikan haknya?” Beliau  menjawab, “Belum, walaupun secuil.”

2.3  Macam-Macam Akhlak  Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak)
a.      Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan anak. Jadi anak adalah keturunan dari orang tuanya dan darahnya adalah juga mengalir darah orang tuanya. Seorang anak kandung merupakan bagian dari darah dan daging orang tuanya, sehingga apa yang dirasakaan oleh anaknya juga dirasakan oleh orang tuanya dan demikian sebaliknya.
Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Kasih dan sayang ini mulai dicurahkan sepenuhnya terutama oleh ibu, semenjak anak masih dalam kandungan sampai ia lahir dan menyusui bahkan sampai tua.
Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari anak atas semua pengorbanan yang diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya satu yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah, anak yang memberi kebahagiaan orang di dunia dan mendo’akan mereka setelah mereka meninggal dunia.
Atas dasar itu, antara lain yang menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua, bukan saja saat keduanya masih hidup, tetapi kebaktian anak itu harus lanjut sampai kedua orang tuanya meninggal.

b.      Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal
Orang tua yang sudah meninggal dunia tidak lagi dapat menerima apa-apa, selain apa yang mereka lakukan selama di dunia kecuali jika mereka memiliki tiga hal yang mensubsidi bekal berupa pahala untuk mereka di akhirat sebagai tambahan dari mereka bawa dari dunia, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang diajarkan, dan anak yang saleh yang mendo’akannya.
Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak mendapatkan limpahan pahala dari do’a yang disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti bahwa anak memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal. Dalam ajaran tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang anak untuk orang tuanya dan do’a oaring fakir untuk orang kaya.
Kita sebagai anak, meskipun orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai orang tua yang wajib dihormati, oleh sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut sampai mereka wafat.


2.4  Menjaga Akhlak Kepada kedua orang tua
a.      Mentaati perintah kedua orang tua
Manusia penting untuk selalu menjaga akhlak kepada orang tua. Manusia harus mentaati perintah orang tua karena pada hakikatnya tidak ada orang tua yang menginginkan keburukkan bagi anak anaknya, jadi apapun perintah mereka, tak lain adalah bentuk kecintaan yang tulus tanpa pamrih.
Keutamaan menjaga akhlak kepada orang tua melebihi keutamaan berjihad dijalan Allah,sebagaimana dalam hadis Abdullah binMas’ud r.a., yaitu sebagai berikut :
“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW.: ‘Amalan yang paling utama?’ Beliau menjawab: ’shalat tepat pada waktunya.’Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua. ‘aku bertanya lagi: ‘kemudia apa? Beliau menjawab. ‘Berjihad dijalan Allah.’  (H.R. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah.)
b.      Menolak perintah bermaksiat kepada allah dan rasul-Nya dengan cara baik dan Beretika
Keterbatasan pengetahuan dan keimanan, orang tua memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah maupun Rasulullah, jadi dalam keadaan semacam ini, agar akhlak kepada orang tua tetap terjaga, kita diperintahkan untuk menolak dengan cara cara yang baik. Allah berfirman dalam QS. Luqman ayat 15
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan akusesuatu yang tidak da pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduannya, dan pergaulilah keduanya didunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (QS. Luqman :15
c.      Berkata sopan dan tidak melukai hati
Menjaga akhlakkepada orang tua dapat dilakukan dengan menjaga adab berbicara kepada kedua orang tua dengan menggunakan bahasa yang baik, kalimat yang sopan, dan tidak menyakiti hati. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Isra’ Ayat 24. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan ucapkanlah do’a : ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduannya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil.”
d.      Merawat kedua orang tua lanjut usia dengan sabar dan ikhlas
Agar Akhlak kepada orang tua seorang muslim tetap terjaga hendaknya mereka menjaga orang tuanya hingga kahir hayatnya. Allah berfirman dalam Q.S. A-Isra’ ayat 23 “… Bila salah satu dari keduanya atau kedua-duanya mencapai usia lanjut disisimu, maka janganlah kamu katakan : “uhf!” dan jangan pula menghardik, dan katakana kepada mereka perkataan yang mulia!”
e.      Mendo’akan orang tua semasa hidupnya dan setelah meninggal dunia
Islam menganjurkan umatna untuk senantiasa menjaga akhlak kepada orang tua , berbuat baik kepada orang tua dalam keadaan apapun , dalam keadaan beriman maupun kafir, dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan hidup maupun sudah meninggal. Dalam hadis riwayatAbu Dawud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, yang bersumber dari Abu Usaid bin Malik bin Rabiah As-Sa’idi Bahwa seorang laki laki Bani Salamah dating kepada Rasulullah, apakah masih ada sesuatu yang aku dapat lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?” Beliau bersabda , “ Ya, yaitu mendo’akan keduanya, memintakan ampun, menunaikan janjinya, menyambungpersaudaraan yang tidak disambungkecuali Karena keduanya, dan memuliakan kawan kawan mereka.”

2.5  Hak Anak Kepada Orang Tua
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata hak diartikan sebagai kekuasaan sesuatu atau untuk yang benar atas menuntut sesuatu. Sedangkan dalam kamus Ilmiah Populer hak mempunyai arti yaitu yang benar, tetap dan wajib, kepunyaan yang sah. Dengan begitu boleh dikatakan pengertian hak adalah segala sesuatu yang wajib dimiliki atau diperoleh dan apabila tidak diperoleh maha berhak untuk dituntut.
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa hak anak adalah sesuatu yang harus harus didapatkan atau diterima oleh anak dan apabila tidak diperoleh, anak berhak menuntut hak tersebut. Dalam hal yang wajib memenuhi, menjamin serta melindungi adalah orang tua, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Berikut adalah beberapa hak anak yang harus dipenuhi orang tua.
1.     Hak mendapat Pendidikan
Hakikat pendidikan untuk anak  sebenarnya sangat berkaitannya  dengan dengan pengertian anak sebagai manusia dan makhluk Allah beserta tujuan-tujuannya. Menurut pandangan Islam, anak sebagai manusia yang mempunyai fitrah yang baik, yang dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lain dari luar dirinya. Tentang ini dapat ditemukan dalam al-Quran dalam surat Ar-Ruum ayat 30 yaitu:
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Fitrah berarti potensi yang dimiliki anak untuk menerima agama, iman dan tauhid serta peilaku yang suci. Dalam pertumbuhannya anak itu sendirilah yang harus berupaya mengarahkan fitrah tersebut. Hai ini menunjukkan bahwa anak dapat memperoleh kecakapan melalui sesuatu yang dapat merubah dirinya menjadi lebih baik dan tahu berbagai hal. Oleh karena itulah pendidهkan merupakan suatu kebutuhan bagi anak untuk menjadikannya manusia yang sempurna.
2.     Hak Kebebasan
a.      Anak Boleh Saja Berbeda dengan yang Lain
Setiap anak merupakan gabungan unik berbagai ciri khas yang ditentukan oleh jenis kelamin, tipe tubuh, watak, kepribadian, kecerdasan dan gaya belajar. Dengan adanya konsep tersebut dalam konsep pendidikan anak boleh berbeda dengan yang lain. Dengan adanya konsep seperti demikian maka dalam mendidik anak akan menumbukan sifat:
1)     Tidak takut mengekspresikan diri dengan caranya sendiri
2)     Tidak takut menggunakan imajinasinya dan memberi kebebasan untuk menguasai potensi kreatif.
 Anak merupakan ciptaan Allah yang berdiri sendiri, memiliki takdir dan individu tersendiri yang terlepas dari individu lain. Pada hakikatnya  anak merupakan individu yang berbeda dengan siapapun, termasuk kedua orang tuanya. Sehingga anak dapat mengembangkan kreasi-kreasi dan kecenderungan yang terdapat dalam diri anak.
Oleh karena itu orang tua hendaklah menghargai dan menumbuhkan keenderungan-kecenderungannya akan potensi dan bakat yang dimiliki anak tersebut. Kewajiban orang tua yakni mengusahakan agar anak tumbuh dewasa menjadi pribadi yang shaleh dan shaleha. Orang tua hendaklah mendidik anak secara bijak dan sehat karena anak mempunya hak otonomi dan hak kebebasan.
b.     Anak boleh saja membuat kesalahan
Dalam proses perkembangan, sebenarnya membuat kesalahan sama pentingnya dengan meraih keberhasilan. Tidak mungkin manusia dapat memiliki kemampuan tertentu tanpa pernah melakukan kesalahan atau kekeliruan. Karena kesalahan adalah bagian integral dari perkembangan itu sendiri. Oleh karena iru mengingkarinya atau menghukum setiap kesalahan yang membabi buta, akan merusak proses perkembangan itu sendiri.
Kemudian bagi orang tua dalam menanggapi kesalahan anak juga tidak dibolehkan dengan jalan yang tidak sehat, seperti dengan kekerasan. Dalam pendidikan Islam bahwa mendidik anak tidak boleh dengan kekerasan. Selain itu, secara psikologis apabila anak di hukum karena kesalahannya, mereka akan merasa ketakutan, dan menjadi anak yang tidak bertanggung jawab  atas perbuatannya sehingga dapat memunculkan sifat buruk yang lain misalnya berbohong.
c.      Anak Boleh Saja Mempunyai Emosi  Negatif
Ketika manusia lahir emosi negatif telah diberikan oleh Allah, seperti takut, senang, cemas, agresif, kesepian dan marah. Namun emosi ini tidak selamanya bersifat negatif. Seperti contoh marah, marah merupakan  emosi yang sifatnya fitrah dan akan muncul ketika salah satu motivasi dasar seseorang tidak terpenuhi. Menurut Nasikh Ulwan marah juga berfaedah misalnya untuk memelihara jiwa, memelihara agama, memelihara nama baik dan untuk memelihara tanah air Islam dari tipu daya kolonialis.
Oleh karena itulah dalam menerapkan pendidikan kepada anak memang tidak seharusnya mendiktekan doktrin-doktrin mati. Biarkan anak berkembang sesuai dengan alamnya sendiri, asalkan anak tetap bergerak pada jalur yang dibenarkan oleh akidah dan hidup mempedomani nilai-nilai Islam.
3.     Hak Mendapatkan Reward
Kalau motivasi memiliki peran penting dalam membangkitkan semangat seseorang untuk mencari problem solving, maka reward juga memiliki posisi penting untuk mensupport seseorang untuk melakukan respon positif. Rasulullah SAW telah mengisyaratkan arti penting reward dalam membentuk kepribadian luhur sebagai produk pendidikan yang diidamkan yang tercermin dalam sabdanya:
اعطوا الاجير اجره قبل ان يجف عرقه
           Berikalah bayaran pelayan sebelum keringatnya mengering
Reward yang diberikan tidak selalu berupa materi, namun bisa juga bersifat abstrak berupa pujian. Pujian adalah ganjaran yang diberikan  kepada murid tertentu sebagai pernyataan bahwa guru memaklumi usaha murid. Secara emosional pujian dapat membuat murid senang sehingga menjadi dorongan belajar dengan baik.




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang bererti perilaku, perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan Sayyidah Aisyah berkaitan dengan akhlak Rasulullah saw yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.
Menjaga akhlak kepada kedua orang tua dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya yaitu menghormati serta berbicara dengan penuh kasih kepada kedua orang tua, serta berakhlak yang baik diperintahkan oleh Allah SWT baik dalam Al-Qur’an maupun hadis, Ada 2 dosa yang disegerakan hukumannya di dunia ini, yaitu zina dan durhaka kepada kedua orangtua. Medurhakai orang tua akan mendapatkan ganjaran yang amat pedih sebaliknya berbakti kepada orang tua akan mendapatkan ganjaran yang setimpal baik didunia maupun di akhirat karena keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orang tua.



DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar