Senin, 05 Desember 2016

UBUNGAN FAKTOR CUACA DAN IKLIM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PERKEBUNAN TEH



MAKALAH
AGROKLIMATOLOGI

TENTANG
HUBUNGAN FAKTOR CUACA DAN IKLIM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PERKEBUNAN TEH
Logo Unix


    

     

   OLEH :
DASRIL IRAWAN
   SEMESTER 2

  DOSEN : MUSLIM

    PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI
TELUK KUANTAN
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Hubungan Faktor Cuaca Dan Iklim Terhadap pertumbuhan Tanaman perkebunan Teh “. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
           




                                                                      Taluk Kuantan,    Juni 2015


 Penyusun

DAFTAR ISI


Kata Pengantar.............................................................................................................      i
Daftar Isi......................................................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................      1
1.1 Latar Belakang................................................................................................      1
1.2 Tujuan Makalah..............................................................................................      1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................      2
2.1 Pengaruh Unsur-Unsur Cuaca Dan Iklim Terhadap Tanaman.......................      2...............................................................................................................................
2.2 Pengaruh Faktor Cuaca Dan Iklim Terhadap  Pertumbuhan Teh..................      4
BAB III PENUTUP...................................................................................................... .................................................................................................................................. 10
3.1  Kesimpulan.................................................................................................... ........................................................................................................................... 10
3.2  Saran.............................................................................................................. ........................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... .................................................................................................................................. 11









BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

1.2  Tujuan Makalah
1.     Untuk mengetahui pengaruh iklim terhadap perumbuhan tanaman
2.     Untuk memahami pengaruh faktor iklim dan cuaca terhadap tanaman teh



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengaruh Iklim Terhadap Perumbuhan Tanaman
Pemegang masalah utama dalam memproduksi tanaman adalah iklim dan cuaca yang saat ini tidak beraturan. Kondisi ini mengakibatkan mutu hasil pertanian yang diperoleh kurang memuaskan bahkan gagal dikarenakan tidak adanya pemahaman yang baik dalam mempelajari karakteriktik iklim dan perubahan cuaca yang ekstrim akibat dari pemanasan global yang terjadi. Oleh karena itu pendekatan yang efektif adalah dengan menyesuaikan sistem usahatani dengan kondisi iklim setempat mengingat kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terbatas. Penyesuaian dapat dilakukan dengan menganalisis dan mengintrepetasi data iklim dan cuaca yang ada. Pada dasarnya iklim dan cuaca mempunyai hubungan yang saling terkait satu dengan lainnya. Analisis data iklim dan cuaca harus secara kompeherensif dan berkelanjutan karena iklim dan cuaca merupakan sistem yang selalu dapat berubah.
Cuaca dan iklim sama-sama mengacu pada keadaan atmosfer pada suatu tempat dan waktu tertentu. Cuaca dan iklim berbeda dalam rentang waktu dan luas tempat. Cuaca didefinisikan sebagai keadaan atmosfer pada daerah dan waktu tertentu. Iklim adalah keadaan atmosfer pada daerah yang lebih luas dalam kurun waktu yang panjang. Dengan kata lain iklim adalah rata-rata cuaca dalam periode waktu yang panjang dan daerah yang lebih luas. Untuk mengetahui cuaca di suatu tempat maka dapat diukur langsung keadaan cuaca di tempat tersebut. Namun, untuk mengetahui iklimnya kita memerlukan rekaman data keadaan atmosfer di tempat tersebut puluhan tahun yang lalu. Alat-alat ini harus tahan setiap waktu terhadap pengaruh-pengaruh buruk cuaca sehingga ketelitiannya tidak berubah. Pemeliharaan alat akan membuat ketelitian yang baik pula sehingga pengukuran dapat dipercaya.
Hasil pertanian selain dipengaruhi oleh faktor tanah juga ditentukan oleh faktor iklim. Kompleksnya karakteristik dan perilaku cuaca serta iklim mengakibatkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengendalikan iklim sangat terbatas. Hal itu bisa terjadi karena iklim merupakan kondisi alam dalam wilayah yang luas sehingga manusia tidak dapat mengendalikan iklim maupun cuaca yang akan terjadi. Namun manusia dapat mensiasati hal itu dengan menanam jenis tanaman yang sesuai misalnya bawang merah dan bawang putih ditanam pada musim kemarau, padi di tanam pada musim penghujan dan lain sebagainya.
Pendekatan yang paling efektif untuk memanfaatkan sumber daya iklim adalah menyesuaikan sistem usahatani dan paket teknologinya dengan kondisi iklim setempat.Penyesuaian tersebut harus berdasarkan pada pemahaman terhadap karakteristik dan sifat iklim secara baik melalui analisis dan interpretasi data iklim. Data yang benar dan lengkap melalui pengamatan akan membuka kejelasan gejala dan perilaku cuaca atau keadaan iklim setempat dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pertanian karena dunia pertanian berkaitan erat dengan cuaca dan iklim sehingga data yang benar akan sangat membantu kegiatan pertanian.
Data yang baik pada umumnya memberikan hasil yang sama dengan data yang diperoleh ditempat lain yang lingkup iklimnya masih bisa di anggap sama. Dengan adanya data yang valid maka data cuaca dapat diolah hingga informasinya dapat bermanfaat bagi petani maupun pengguna lain. Informasi yang diberikan akan sangat membantu dalam manajemen pertanian karena unsur-unsur cuaca memberikan dampak langsung terhadap pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan. Metode statistik dapat digunakan sebagai pendekatan dalam upaya memahami kejelasan dan keeratan hubungan antara unsur cuaca dan iklim. Karena melalui analisis kita dapat mengetahui data secara tepat dan akurat. sehingga hasil yang diperoleh tidak melenceng sehingga kita dapat menentukan perencanaan yang baik untuk kedepannya. 
2.2  Pengaruh Faktor Iklim Dan Cuaca Terhadap Tanaman Teh
Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) merupakan minuman nonalkohol yang banyak digemari oleh masyarakat. Teh sebagai bahan minuman, dibuat dari pucuk muda yang telah mengalami proses pengolahan tertentu. Daun teh mengandung khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia, salah satunya adalah sebagai antioksidan. Khasiat yang dimiliki oleh minuman teh berasal dari kandungan bahan kimia yang terdapat dalam daun teh. Teh merupakan salah satu komoditas ekspor nonmigas yang telah dikenal sejak lama dan menjadi penghasil devisa bagi Indonesia. Dewasa ini, Indonesia menjadi salah satu dari lima negara penghasil dan pengekspor teh utama di dunia, yang pemasaran hasilnya tersebar ke negara-negara konsumen yang berada di lima benua. 
1.     Tanah
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang serasi. Tanah yang serasi adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat cadas dengan derajat keasaman 4,5 – 5,6. Tanah yang baik untuk pertanaman teh terletak di lereng-lereng gunung berapi dinamakan tanah Andisol. Selain Andisol terdapat jenis tanah lain yang serasi bersyarat, yaitu Latosol dan Podzolik.
Kedua jenis tanah ini terdapat di daerah yang rendah di bawah 800 m dpl. Dalam rangka pembukaan dan pengelolaan kebun perlu dilakukan survei tanah agar diketahui klasifikasi kesesuaian tanah dan kemampuan lahan. Kesesuaian tanah yang ada dibagi kedalam kategori I, II, dan III. Sedangkan kemampuan lahan menghasilkan peta yang berisi kemiringan lahan, ketebalan tanah, peta kemampuan lahan dan peta rekomendasi penggunaan lahan.
2.     Elevasi
Sepanjang iklim dan tanah serasi bagi pertanaman teh, elevasi tidak menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman teh. Terdapat kaitan antara elevasi dan unsur iklim seperti suhu udara.
Makin rendah elevasi pertanaman, suhu udara akan makin tinggi. Oleh sebab itu pada daerah rendah diperlukan pohon pelindung untuk mempengaruhi suhu udara menjadi lebih rendah sehingga tanaman teh tumbuh baik. Menurut keserasian elevasi di Indonesia terdapat tiga daerah, yaitu:
a.      Daerah rendah < 800 m di atas permukaan laut
b.     Daerah sedang 800 – 1.200 m di atas permukaan laut
c.      Daerah tinggi > 1.200 m di atas permukaan laut Pengaruh suhu udara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh sehingga mutu yang dihasilkan tergantung dari tempat teh itu ditanam. Umumnya aroma teh yang dihasilkan pada daerah tinggi lebih baik daripada daerah rendah. Perkebunan teh di Indonesia terdapat pada keserasian elevasi cukup luas, sekitar 400-2000 m dpl.
3.         Ketinggian Tempat dari Permukaan Laut
Ketinggian tempat dari permukaan laut merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman teh. Ada kaitan erat antara ketinggian tempat dengan unsur iklim yaitu suhu udara. Makin rendah ketinggian tempat dari permukaan laut, makin tinggi suhu udara. Oleh sebab itu kebun-kebun teh di daerah rendah memerlukan pohon pelindung yang salah satu fungsinya adalah untuk mempengaruhi suhu udara.
Pada daerah yang rendah dibutuhkan pohon pelindung agar kelembaban dapat terjaga dengan suhu yang lebih tinggi. Tanaman teh dibudidayakan agar menghasilkan pucuk yang banyak dengan mutu yang baik. Untuk mencapai tujuan tersebut tanaman harus dipacu agar pertumbuhan vegetatif mencapai maksimum dan aktif menghasilkan pucuk. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa suhu semakin rendah pada daerah yang semakin tinggi. Hal ini dibuktikan melalui pengukuran suhu maksimum, suhu minimum dan suhu tajuk. Ketinggian 735 m dpl memiliki suhu maksimum, suhu minimum dan suhu tajuk paling tinggi di antara ketinggian tempat lainnya. Hal ini berbanding terbalik pada ketinggian 1.254 m dpl yang memiliki suhu maksimum, suhu minimum dan suhu tajuk paling rendah.
Tabel 1. Suhu Lingkungan (°C)
Ketinggian
Tempat (m dpl)

Suhu Maksimum
(ْْC)

Suhu Minimum1)
(ْC)

Suhu Tajuk
(ْC)

735
26.67 a
12.67 a
27.26 a
896
25.00 a
10.67 ab
24.85 b
980
24.33 ab
10.00 ab
24.44 b
1023
24.00 ab
9.67 ab
23.55 c
1254
22.00 b
7.33 b
20.91 d
CV (%)
9.81
11.47
1.95







Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada taraf 5%. 1) data telah ditransformasi dalam bentuk (log x)
Pertumbuhan tanaman teh sangat berkaitan dengan hasil dan kualitas pucuk yang dihasilkan. Ketinggian tempat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh. Hal ini disebabkan ketinggian tempat berkaitan dengan suhu. Semakin tinggi tempat maka suhu semakin rendah dan metabolisme akan berjalan semakin lambat.
Solichin (1993) menyatakan bahwa suhu udara yang baik bagi tanaman teh ialah suhu harian yang berkisar antara 13°C –25°C. Suhu yang semakin tinggi, air dan nutrisi yang cukup akan menyebabkan aktivitas metabolisme tanaman teh meningkat. Hal ini akan mendukung pertumbuhan sehingga hasil atau kuantitas tanaman teh akan meningkat. Proses fotosintesis, respirasi dan transpirasi juga akan semakin meningkat (jika tidak ada faktor pembatas) pada suhu yang semakin tinggi. Gambar 1 menyajikan hubungan antara ketinggian tempat dengan suhu maksimum, suhu minimum dan suhu tajuk.
Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa hubungan keduanya berbentuk linier. Suhu akan semakin menurun pada ketinggian yang semakintinggi. Berdasarkan persamaan regresi pada Gambar 1, dapat diketahui bahwa setiap peningkatan tinggi tempat 100 m dpl, suhu maksimum menurun sebesar 0,8 °C, suhu minimum menurun sebesar 1 °C dan suhu tajuk menurun sebesar 1,2 °C.
Tabel 2. Kehijauan Daun, Bobot Daun Khas (BDK) (g/cm²) dan Laju
Pertumbuhan Nisbi (LPN) Pucuk (g/g/minggu)
Ketinggian
Tempat (m dpl)

Kehijauan
Daun

Bobot Daun Khas
(BDK) (g/cm²)

Laju Pertumbuhan
Nisbi (LPN)²(g/g/minggu
735
78.4300b
0.0098 a
0.1200 c
896
104.330a
0.0096 ab
0.2400 ab
980
101.000a
0.0093 ab
0.3400 a
1023
74.1300b
0.0095 ab
0.1400 bc
1254
72.0300b
0.0087 b
0.1000 c
CV (%)
4.72
5.65
4.26
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada taraf 5%. 2)data telah ditransformasi dalam bentuk akar x ditambah 0. 5
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa intensitas kehijauan daun pada ketinggian 896 m dpl lebih tinggi daripada ketinggian 980 m dpl, sedangkan pada ketinggian 1.254 m dpl intensitas kehijauan daunnya lebih rendah daripada ketinggian 1.023 m dpl dan 735 m dpl. Kehijauan daun merupakan salah satu tolok ukur yang mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman. Kehijauan daun menunjukkan jumlah klorofil yang dimiliki oleh tanaman. Pertumbuhan akan semakin baik apabila daun memilikikandungan klorofil yang semakin tinggi.
Pada ketinggian 735 m dpl nilai BDK lebih tinggi daripada ketinggian 896 m dpl, 980 m dpl dan 1.023 m dpl, sedangkan pada ketinggian 1.254 m dpl nilainya lebih rendah daripada keempat ketinggian lainnya. LPN pucuk pada ketinggian 980 m dpl nilainya lebih tinggi daripada ketinggian 896 m dpl, sedangkan LPN pucuk pada ketinggian 1.254 m dpl nilainya lebih rendah daripada ketinggian 1.023 m dpl dan 735 m dpl.
Dengan kehijauan daun yang lebih tinggi maka akan semakin tinggi pula hasil fotosintesis yang dihasilkan. Hal ini akan semakin mendukung pertumbuhan pucuk pada tanaman teh. BDK menunjukkan tingkat absorbs cahaya dan mengandung informasi mengenai ketebalan daun sebagai organ fotosintesis (Sitompul dan Guritno, 1995).
Daun yang ternaungi memiliki nilai BDK lebih kecil ibanding daun yang tidak ternaungi. Daun yang tidak ternaungi akan menerima intensitas cahaya matahari lebih banyak sehingga akan memiliki BDK relatif lebih tinggi.
Sanusi (1997), menambahkan bahwa laju pertumbuhan pucuk akan mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk mencapai ukuran siap petik. Laju pertumbuhan pucuk dipengaruhi klon, umur pangkas, kesuburan tanah, tinggi tempat, dan cuaca. Laju pertumbuhan pucuk di hitung mulai dari pucuk tunas daun sampai pangkal batang yang dinyatakan dalam centimeter. Kecepatan pertumbuhan pucuk dengan waktu tidak merupakan garis lurus tetapi parabolik. Mula-mula pucuk tumbuh lambat, kemudian makin cepat sampai titik maksimal dan kemudian akan makin lambat kembali untuk akhirnya berhenti tumbuh (Zuriati, 1986).
Tabel 3. Jumlah Pucuk Peko (pucuk/m2/petikan), Jumlah Pucuk Burung (pucuk/m2/petikan) dan Jumlah Pucuk Total (pucuk/m2/petikan)
Ketinggian Tempat
(m dpl)

Jumlah Pucuk (pucuk/m2/petikan)

Peko3)
Burung
Total
735
8.37 a
31.34 b
39.71 b
896
5.92 a
42.14 ab
48.04 ab
980
13.63 a
48.50 a
62.12 a
1023
6.42 a
37.42 ab
43.83 ab
1254
13.80 a
41.92 ab
55.71 ab
CV (%)
14.48
15.15
24.09
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada taraf 5%. 3)data telah ditransformasi dalam bentuk (log x + 1)

Jumlah pucuk pada bidang petik merupakan kriteria dari kapasitas produktivitas tanaman teh (Eden, 1941), sehingga banyak atau sedikitnya jumlah pucuk yang dihasilkan akan menggambarkan produktivitas suatu pertanaman teh. Dari Tabel 3 terlihat bahwa pada jumlah pucuk peko menunjukkan tidak adanya beda nyata antar ketinggian tempat. Jumlah pucuk burung pada ketinggian 735 m dpl dengan 980 m dpl menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Secara keseluruhan dari semua ketinggian tempat menunjukkan bahwa jumlah pucuk peko lebih sedikit daripada pucuk burung. Perbedaan jumlah ini nantinya akan menunjukkan kualitas pucuk teh yang dihasilkan.
Jumlah pucuk total merupakan gabungan antara jumlah pucuk peko dengan jumlah pucuk burung yang dihasilkan. Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa jumlah pucuk total pada ketinggian 735 m dpl berbeda nyata dengan jumlah pucuk total pada ketinggian 980 m dpl. Tingginya jumlah pucuk total yang dihasilkan pada ketinggian 980 m dpl disebabkan jumlah pucuk peko dan pucuk burung yang tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan ketinggian tempat lainnya. Begitu juga nilai jumlah pucuk total yang tergolong rendah yang ditunjukkan pada ketinggian 735 m dpl. Hal ini disebabkan jumlah pucuk peko dan pucuk burung pada ketinggian 735 m dpl tergolong rendah apabila dibandingkan dengan ketinggian tempat lainnya.






















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Hasil pertanian selain dipengaruhi oleh faktor tanah juga ditentukan oleh faktor iklim. Kompleksnya karakteristik dan perilaku cuaca serta iklim mengakibatkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengendalikan iklim sangat terbatas.
Perubahan iklim memiliki dampak yang penting dalam produksi tanaman teh. Karena tanaman teh sangat bergantung pada distribusi curah hujan yang  baik, pertambahan suhu udara dan perubahan pola curah hujan yang akan berpengaruh pada kuantitas dan kualitas dari produksi tanaman teh. Ancaman terutama menyebabkan kerentanan pada petani kecil dan  pemilik perkebunan teh.

3.2  Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.









DAFTAR PUSTAKA


Sitompul, S. M., dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Solichin, M. 1993. Budidaya Teh. PT. Perkebunan XI (Persero). Serpong. Setyamidjaja, D. 2000. Teh : Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta
http://syarattumbuh.blogspot.com/2013/05/syarat-tumbuh-tanaman-teh.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar