MAKALAH
AGROKLIMATOLOGI
TENTANG
HUBUNGAN FAKTOR CUACA DAN IKLIM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
PERKEBUNAN TEH

OLEH
:
DASRIL IRAWAN
SEMESTER 2
DOSEN : MUSLIM
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
ISLAM KUANTAN SINGINGI
TELUK KUANTAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Hubungan Faktor Cuaca Dan
Iklim Terhadap pertumbuhan Tanaman perkebunan Teh “. Pada makalah ini kami
banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata
penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
semua pihak yang membaca…
Taluk Kuantan, Juni 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................. i
Daftar
Isi...................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2
Tujuan Makalah.............................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2
2.1 Pengaruh Unsur-Unsur Cuaca Dan
Iklim Terhadap Tanaman....................... 2...............................................................................................................................
2.2 Pengaruh Faktor Cuaca Dan Iklim
Terhadap Pertumbuhan Teh.................. 4
BAB
III PENUTUP...................................................................................................... .................................................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... ........................................................................................................................... 10
3.2 Saran.............................................................................................................. ........................................................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................... .................................................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
Makalah
1. Untuk
mengetahui pengaruh iklim terhadap perumbuhan tanaman
2. Untuk
memahami pengaruh faktor iklim dan cuaca terhadap tanaman teh
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengaruh Iklim Terhadap Perumbuhan Tanaman
Pemegang masalah utama dalam
memproduksi tanaman adalah iklim dan cuaca yang saat ini tidak beraturan.
Kondisi ini mengakibatkan mutu hasil pertanian yang diperoleh kurang memuaskan
bahkan gagal dikarenakan tidak adanya pemahaman yang baik dalam mempelajari
karakteriktik iklim dan perubahan cuaca yang ekstrim akibat dari pemanasan
global yang terjadi. Oleh karena itu pendekatan yang efektif adalah dengan
menyesuaikan sistem usahatani dengan kondisi iklim setempat mengingat kemampuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terbatas. Penyesuaian dapat dilakukan
dengan menganalisis dan mengintrepetasi data iklim dan cuaca yang ada. Pada
dasarnya iklim dan cuaca mempunyai hubungan yang saling terkait satu dengan
lainnya. Analisis data iklim dan cuaca harus secara kompeherensif dan
berkelanjutan karena iklim dan cuaca merupakan sistem yang selalu dapat
berubah.
Cuaca dan
iklim sama-sama mengacu pada keadaan atmosfer pada suatu tempat dan waktu
tertentu. Cuaca dan iklim berbeda dalam rentang waktu dan luas tempat. Cuaca
didefinisikan sebagai keadaan atmosfer pada daerah dan waktu tertentu. Iklim
adalah keadaan atmosfer pada daerah yang lebih luas dalam kurun waktu yang
panjang. Dengan kata lain iklim adalah rata-rata cuaca dalam periode waktu yang
panjang dan daerah yang lebih luas. Untuk mengetahui cuaca di suatu tempat maka
dapat diukur langsung keadaan cuaca di tempat tersebut. Namun, untuk mengetahui
iklimnya kita memerlukan rekaman data keadaan atmosfer di tempat tersebut
puluhan tahun yang lalu. Alat-alat ini harus tahan setiap waktu terhadap
pengaruh-pengaruh buruk cuaca sehingga ketelitiannya tidak berubah.
Pemeliharaan alat akan membuat ketelitian yang baik pula sehingga pengukuran
dapat dipercaya.
Hasil pertanian selain dipengaruhi
oleh faktor tanah juga ditentukan oleh faktor iklim. Kompleksnya karakteristik
dan perilaku cuaca serta iklim mengakibatkan kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengendalikan iklim sangat terbatas. Hal itu bisa terjadi
karena iklim merupakan kondisi alam dalam wilayah yang luas sehingga manusia
tidak dapat mengendalikan iklim maupun cuaca yang akan terjadi. Namun manusia
dapat mensiasati hal itu dengan menanam jenis tanaman yang sesuai misalnya
bawang merah dan bawang putih ditanam pada musim kemarau, padi di tanam pada
musim penghujan dan lain sebagainya.
Pendekatan yang paling efektif untuk
memanfaatkan sumber daya iklim adalah menyesuaikan sistem usahatani dan paket
teknologinya dengan kondisi iklim setempat.Penyesuaian tersebut harus
berdasarkan pada pemahaman terhadap karakteristik dan sifat iklim secara baik
melalui analisis dan interpretasi data iklim. Data yang benar dan lengkap
melalui pengamatan akan membuka kejelasan gejala dan perilaku cuaca atau
keadaan iklim setempat dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan
pertanian karena dunia pertanian berkaitan erat dengan cuaca dan iklim sehingga
data yang benar akan sangat membantu kegiatan pertanian.
Data yang
baik pada umumnya memberikan hasil yang sama dengan data yang diperoleh
ditempat lain yang lingkup iklimnya masih bisa di anggap sama. Dengan adanya
data yang valid maka data cuaca dapat diolah hingga informasinya dapat
bermanfaat bagi petani maupun pengguna lain. Informasi yang diberikan akan
sangat membantu dalam manajemen pertanian karena unsur-unsur cuaca memberikan
dampak langsung terhadap pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan. Metode statistik dapat digunakan
sebagai pendekatan dalam upaya memahami kejelasan dan keeratan hubungan antara
unsur cuaca dan iklim. Karena melalui analisis kita dapat mengetahui data
secara tepat dan akurat. sehingga hasil yang diperoleh tidak melenceng sehingga
kita dapat menentukan perencanaan yang baik untuk kedepannya.
2.2
Pengaruh Faktor Iklim Dan Cuaca Terhadap Tanaman Teh
Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze)
merupakan minuman nonalkohol yang banyak digemari oleh masyarakat. Teh sebagai
bahan minuman, dibuat dari pucuk muda yang telah mengalami proses pengolahan
tertentu. Daun teh mengandung khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh
manusia, salah satunya adalah sebagai antioksidan. Khasiat yang dimiliki oleh
minuman teh berasal dari kandungan bahan kimia yang terdapat dalam daun teh.
Teh merupakan salah satu komoditas ekspor nonmigas yang telah dikenal sejak
lama dan menjadi penghasil devisa bagi Indonesia. Dewasa ini, Indonesia menjadi
salah satu dari lima negara penghasil dan pengekspor teh utama di dunia, yang
pemasaran hasilnya tersebar ke negara-negara konsumen yang berada di lima
benua.
1. Tanah
Tanah
yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang serasi. Tanah yang
serasi adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat
cadas dengan derajat keasaman 4,5 – 5,6. Tanah yang baik untuk pertanaman teh
terletak di lereng-lereng gunung berapi dinamakan tanah Andisol. Selain Andisol
terdapat jenis tanah lain yang serasi bersyarat, yaitu Latosol dan Podzolik.
Kedua
jenis tanah ini terdapat di daerah yang rendah di bawah 800 m dpl. Dalam rangka
pembukaan dan pengelolaan kebun perlu dilakukan survei tanah agar diketahui
klasifikasi kesesuaian tanah dan kemampuan lahan. Kesesuaian tanah yang ada
dibagi kedalam kategori I, II, dan III. Sedangkan kemampuan lahan menghasilkan
peta yang berisi kemiringan lahan, ketebalan tanah, peta kemampuan lahan dan
peta rekomendasi penggunaan lahan.
2. Elevasi
Sepanjang
iklim dan tanah serasi bagi pertanaman teh, elevasi tidak menjadi faktor
pembatas bagi pertumbuhan tanaman teh. Terdapat kaitan antara elevasi dan unsur
iklim seperti suhu udara.
Makin
rendah elevasi pertanaman, suhu udara akan makin tinggi. Oleh sebab itu pada
daerah rendah diperlukan pohon pelindung untuk mempengaruhi suhu udara menjadi
lebih rendah sehingga tanaman teh tumbuh baik. Menurut keserasian elevasi di
Indonesia terdapat tiga daerah, yaitu:
a. Daerah rendah < 800 m di atas
permukaan laut
b. Daerah sedang 800 – 1.200 m di atas
permukaan laut
c. Daerah tinggi > 1.200 m di atas
permukaan laut Pengaruh suhu udara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman teh sehingga mutu yang dihasilkan tergantung dari tempat teh itu
ditanam. Umumnya aroma teh yang dihasilkan pada daerah tinggi lebih baik daripada
daerah rendah. Perkebunan teh di Indonesia terdapat pada keserasian elevasi
cukup luas, sekitar 400-2000 m dpl.
3.
Ketinggian
Tempat dari Permukaan Laut
Ketinggian tempat dari permukaan
laut merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman teh. Ada kaitan erat antara ketinggian tempat dengan unsur
iklim yaitu suhu udara. Makin rendah ketinggian tempat dari permukaan laut,
makin tinggi suhu udara. Oleh sebab itu kebun-kebun teh di daerah rendah
memerlukan pohon pelindung yang salah satu fungsinya adalah untuk mempengaruhi
suhu udara.
Pada daerah yang rendah dibutuhkan
pohon pelindung agar kelembaban dapat terjaga dengan suhu yang lebih tinggi.
Tanaman teh dibudidayakan agar menghasilkan pucuk yang banyak dengan mutu yang
baik. Untuk mencapai tujuan tersebut tanaman harus dipacu agar pertumbuhan
vegetatif mencapai maksimum dan aktif menghasilkan pucuk. Berdasarkan Tabel 1
dapat dilihat bahwa suhu semakin rendah pada daerah yang semakin tinggi. Hal
ini dibuktikan melalui pengukuran suhu maksimum, suhu minimum dan suhu tajuk.
Ketinggian 735 m dpl memiliki suhu maksimum, suhu minimum dan suhu tajuk paling
tinggi di antara ketinggian tempat lainnya. Hal ini berbanding terbalik pada
ketinggian 1.254 m dpl yang memiliki suhu maksimum, suhu minimum dan suhu tajuk
paling rendah.
Tabel
1. Suhu Lingkungan (°C)
Ketinggian
Tempat (m dpl)
|
Suhu Maksimum
(ْْC)
|
Suhu Minimum1)
(ْC)
|
Suhu Tajuk
(ْC)
|
|||
735
|
26.67
a
|
12.67
a
|
27.26
a
|
|||
896
|
25.00
a
|
10.67
ab
|
24.85
b
|
|||
980
|
24.33
ab
|
10.00
ab
|
24.44
b
|
|||
1023
|
24.00
ab
|
9.67
ab
|
23.55
c
|
|||
1254
|
22.00
b
|
7.33
b
|
20.91
d
|
|||
CV
(%)
|
9.81
|
11.47
|
1.95
|
|||
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh
huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada taraf 5%. 1) data telah
ditransformasi dalam bentuk (log x)
Pertumbuhan tanaman teh sangat
berkaitan dengan hasil dan kualitas pucuk yang dihasilkan. Ketinggian tempat
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh.
Hal ini disebabkan ketinggian tempat berkaitan dengan suhu. Semakin tinggi
tempat maka suhu semakin rendah dan metabolisme akan berjalan semakin lambat.
Solichin (1993) menyatakan bahwa
suhu udara yang baik bagi tanaman teh ialah suhu harian yang berkisar antara
13°C –25°C. Suhu yang semakin tinggi, air dan nutrisi yang cukup akan
menyebabkan aktivitas metabolisme tanaman teh meningkat. Hal ini akan mendukung
pertumbuhan sehingga hasil atau kuantitas tanaman teh akan meningkat. Proses
fotosintesis, respirasi dan transpirasi juga akan semakin meningkat (jika tidak
ada faktor pembatas) pada suhu yang semakin tinggi. Gambar 1 menyajikan
hubungan antara ketinggian tempat dengan suhu maksimum, suhu minimum dan suhu
tajuk.
Berdasarkan grafik tersebut,
terlihat bahwa hubungan keduanya berbentuk linier. Suhu akan semakin menurun
pada ketinggian yang semakintinggi. Berdasarkan persamaan regresi pada Gambar
1, dapat diketahui bahwa setiap peningkatan tinggi tempat 100 m dpl, suhu
maksimum menurun sebesar 0,8 °C, suhu minimum menurun sebesar 1 °C dan suhu
tajuk menurun sebesar 1,2 °C.
Tabel 2. Kehijauan Daun, Bobot Daun Khas (BDK) (g/cm²) dan
Laju
Pertumbuhan Nisbi (LPN) Pucuk (g/g/minggu)
Ketinggian
Tempat (m dpl)
|
Kehijauan
Daun
|
Bobot Daun Khas
(BDK) (g/cm²)
|
Laju
Pertumbuhan
Nisbi
(LPN)²(g/g/minggu
|
735
|
78.4300b
|
0.0098
a
|
0.1200
c
|
896
|
104.330a
|
0.0096
ab
|
0.2400
ab
|
980
|
101.000a
|
0.0093
ab
|
0.3400
a
|
1023
|
74.1300b
|
0.0095
ab
|
0.1400
bc
|
1254
|
72.0300b
|
0.0087
b
|
0.1000
c
|
CV (%)
|
4.72
|
5.65
|
4.26
|
Keterangan : Angka-angka pada kolom
yang sama diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada
taraf 5%. 2)data telah ditransformasi dalam bentuk akar x ditambah 0. 5
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa
intensitas kehijauan daun pada ketinggian 896 m dpl lebih tinggi daripada
ketinggian 980 m dpl, sedangkan pada ketinggian 1.254 m dpl intensitas
kehijauan daunnya lebih rendah daripada ketinggian 1.023 m dpl dan 735 m dpl.
Kehijauan daun merupakan salah satu tolok ukur yang mempengaruhi pertumbuhan
suatu tanaman. Kehijauan daun menunjukkan jumlah klorofil yang dimiliki oleh
tanaman. Pertumbuhan akan semakin baik apabila daun memilikikandungan klorofil
yang semakin tinggi.
Pada ketinggian 735 m dpl nilai BDK
lebih tinggi daripada ketinggian 896 m dpl, 980 m dpl dan 1.023 m dpl,
sedangkan pada ketinggian 1.254 m dpl nilainya lebih rendah daripada keempat
ketinggian lainnya. LPN pucuk pada ketinggian 980 m dpl nilainya lebih tinggi
daripada ketinggian 896 m dpl, sedangkan LPN pucuk pada ketinggian 1.254 m dpl
nilainya lebih rendah daripada ketinggian 1.023 m dpl dan 735 m dpl.
Dengan kehijauan daun yang lebih
tinggi maka akan semakin tinggi pula hasil fotosintesis yang dihasilkan. Hal
ini akan semakin mendukung pertumbuhan pucuk pada tanaman teh. BDK menunjukkan
tingkat absorbs cahaya dan mengandung informasi mengenai ketebalan daun sebagai
organ fotosintesis (Sitompul dan Guritno, 1995).
Daun yang ternaungi memiliki nilai
BDK lebih kecil ibanding daun yang tidak ternaungi. Daun yang tidak ternaungi
akan menerima intensitas cahaya matahari lebih banyak sehingga akan memiliki
BDK relatif lebih tinggi.
Sanusi (1997), menambahkan bahwa
laju pertumbuhan pucuk akan mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk mencapai
ukuran siap petik. Laju pertumbuhan pucuk dipengaruhi klon, umur pangkas,
kesuburan tanah, tinggi tempat, dan cuaca. Laju pertumbuhan pucuk di hitung
mulai dari pucuk tunas daun sampai pangkal batang yang dinyatakan dalam
centimeter. Kecepatan pertumbuhan pucuk dengan waktu tidak merupakan garis
lurus tetapi parabolik. Mula-mula pucuk tumbuh lambat, kemudian makin cepat
sampai titik maksimal dan kemudian akan makin lambat kembali untuk akhirnya
berhenti tumbuh (Zuriati, 1986).
Tabel 3. Jumlah Pucuk Peko
(pucuk/m2/petikan), Jumlah Pucuk Burung (pucuk/m2/petikan) dan Jumlah Pucuk
Total (pucuk/m2/petikan)
Ketinggian Tempat
(m dpl)
|
Jumlah Pucuk (pucuk/m2/petikan)
|
||
Peko3)
|
Burung
|
Total
|
|
735
|
8.37
a
|
31.34
b
|
39.71
b
|
896
|
5.92
a
|
42.14
ab
|
48.04
ab
|
980
|
13.63
a
|
48.50
a
|
62.12
a
|
1023
|
6.42
a
|
37.42
ab
|
43.83
ab
|
1254
|
13.80
a
|
41.92
ab
|
55.71
ab
|
CV
(%)
|
14.48
|
15.15
|
24.09
|
Keterangan : Angka-angka pada kolom
yang sama diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada
taraf 5%. 3)data telah ditransformasi dalam bentuk (log x + 1)
Jumlah pucuk pada bidang petik
merupakan kriteria dari kapasitas produktivitas tanaman teh (Eden, 1941),
sehingga banyak atau sedikitnya jumlah pucuk yang dihasilkan akan menggambarkan
produktivitas suatu pertanaman teh. Dari Tabel 3 terlihat bahwa pada jumlah
pucuk peko menunjukkan tidak adanya beda nyata antar ketinggian tempat. Jumlah
pucuk burung pada ketinggian 735 m dpl dengan 980 m dpl menunjukkan hasil yang
berbeda nyata. Secara keseluruhan dari semua ketinggian tempat menunjukkan
bahwa jumlah pucuk peko lebih sedikit daripada pucuk burung. Perbedaan jumlah
ini nantinya akan menunjukkan kualitas pucuk teh yang dihasilkan.
Jumlah pucuk total merupakan
gabungan antara jumlah pucuk peko dengan jumlah pucuk burung yang dihasilkan.
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa jumlah pucuk total pada ketinggian 735 m
dpl berbeda nyata dengan jumlah pucuk total pada ketinggian 980 m dpl.
Tingginya jumlah pucuk total yang dihasilkan pada ketinggian 980 m dpl
disebabkan jumlah pucuk peko dan pucuk burung yang tergolong tinggi apabila
dibandingkan dengan ketinggian tempat lainnya. Begitu juga nilai jumlah pucuk
total yang tergolong rendah yang ditunjukkan pada ketinggian 735 m dpl. Hal ini
disebabkan jumlah pucuk peko dan pucuk burung pada ketinggian 735 m dpl tergolong
rendah apabila dibandingkan dengan ketinggian tempat lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hasil pertanian selain dipengaruhi
oleh faktor tanah juga ditentukan oleh faktor iklim. Kompleksnya karakteristik
dan perilaku cuaca serta iklim mengakibatkan kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengendalikan iklim sangat terbatas.
Perubahan
iklim memiliki dampak yang penting dalam produksi tanaman teh. Karena tanaman
teh sangat bergantung pada distribusi curah hujan yang baik, pertambahan
suhu udara dan perubahan pola curah hujan yang akan berpengaruh pada kuantitas
dan kualitas dari produksi tanaman teh. Ancaman terutama menyebabkan kerentanan
pada petani kecil dan pemilik perkebunan teh.
3.2 Saran
Demikian
makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran
dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada
terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah
hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Sitompul, S. M., dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan
Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Solichin, M. 1993. Budidaya Teh. PT. Perkebunan XI
(Persero). Serpong. Setyamidjaja, D. 2000. Teh : Budidaya dan Pengolahan Pasca
Panen. Kanisius. Yogyakarta
http://syarattumbuh.blogspot.com/2013/05/syarat-tumbuh-tanaman-teh.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar