KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Mujahadah An-Nafs”Pada makalah ini kami banyak
mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak
.oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat
jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima
kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Taluk Kuantan, Agustus 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................. i
Daftar
Isi...................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3
Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1
Pengertian........................................................................................................ 3
2.2 Perilaku yang
Mencerminkan Sikap Mujahadah an-Nafs............................... 4
2.3 Hikmah atau
Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs.................................... 5
2.4 Dapat Melakukan Mujahadah An Nafs Hanya
Karena Hidayah Allah........... 6
2.5 Cara Mujahadah an nafs.................................................................................. 7
BAB
III PENUTUP...................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 9
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................. 10
BAB I
PENDAHUAN
1.1 Latar
Belakang
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam
Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung
ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat
manusia pada khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Agama islam adalah agama
yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS.
Agama itu kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi dan
Rasul-rasul berikutnya.
Masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam agama. Kemajemukan yang ditandai
dengan keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas
agama masing- masing dan berpotensi konflik. Indonesia merupakan salah satu
contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural masyarakat Indonesia tidak
sauja kerena keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama.
Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama islam, Katolik,
protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah
perbedaan agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan
perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan
konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu
sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan
saling tolong menolong.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan
kerukunan hidup antar umat beragama yang sejati, harus tercipta satu konsep
hidup bernegara yang mengikat semua anggota kelompok sosial yang berbeda agama
guna menghindari ”ledakan konflik antarumat beragama yang terjadi tiba-tiba”.
Makalah ini akan membahas tentang Mujahadah Nafs
tentang kontrol diri yang perlu dimiliki setiap umat muslim.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian Muzahadah Nafs?
2.
Apa
Perilaku yang
Mencerminkan Sikap Mujahadah an-Nafs?
3.
Hikmah atau Manfaat dari Sikap
Mujahadah an-Nafs?
4.
Apa
Hikmah atau
Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs?
1.3 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah
1.
Untuk
memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
2.
Menambah
pengetahuan tentang akhlaqul karimah yaitu Mujahadah
3.
Dapat
menerapkan Mujahadah dalam kehidupan sehari-hari
4.
Menjadi
pribadi yang lebih Islami
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Mujahadah an-Nafs berasal dari bahasa
Arab yang terdiri atas dua kata, yakni mujahadah yang artinya kesungguhan dalam
mengendalikan sesuatu dan an-Nafs yang artinya diri pribadi. Jadi, mujahadah
an-Nafs adalah kesungguhan dalam mengendalikan diri pribadi atau sikap kontrol
diri.
Sikap kontrol diri atau mujahadah
an-Nafs adalah satu sikap yang diajarkan Islam agar manusia mampu menjadi
pribadi yang tidak selalu mengedepankan hawa nafsu dan emosinya dalam menjalani
kehidupan. Akan tetapi, mampu mengendalikan emosi dan hawa nafsunya dengan
selalu mengedepankan kejernihan hati dan pikiran serta perilaku mulia yang
dapat meninggikan derajatnya di hadapan Allah swt.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan
dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati”
(H.R. Tarmidzi: 2383)
Diantara tanda kecintaan seorang hamba
kepada Allah swt., yaitu dia yang mengutamakan perkara yang disukai-Nya
daripada mengutamakan kehendak nafsu pribadinya. Orang-orang yang sanggup
melawan hawa nafsu adalah mereka yang beriman kepada Allah swt. dan hari akhir,
inilah kekuatan yang ada dalam diri umat Islam.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Dan saya juga mendengar Rasulullah saw. Bersabda,
“Mujahid adalah orang yang berjihad terhadap jiwanya”
(H.R. Ahmad)
Perang melawan hawa nafsu merupakan
jihad akbar, yang nilainya lebih utama dibanding jihad memerangi orang-orang
kafir, yang sering disebut jihad kecil (al jihad al asghar) oleh Rasulullah
saw.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Nabi Muhammad saw. Bersabda: Telah kembalilah kita dari
sebuah perlawanan yang kecil (perang Badar dengan orang Kaum Kafir Quraisy
waktu itu), menuju peperangan yang agung, bertanyalah para sahabat: Ya
Rasulullah, apa yang engkau maksudkan peperangan yang besar? Rasul menjawab:
Perang melawan hawa nafsu”
2.2 Perilaku yang
Mencerminkan Sikap Mujahadah an-Nafs
a.
Berpikir positif
Selalu berpikir
positif dalam segala hal, tidak pernah mempunyai prasangka buruk terhadap apa
pun dan siapa pun, tidak memiliki perasaan untuk merendahkan, atau bahkan
menghina siapa pun yang ditemuinya. Ketika seseorang memiliki perilaku berpikir
positif, dia akan selalu mempertimbangkan setiap ucapan dan perilakunya untuk
memberikan manfaat kepada orang lain.Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Diriwayatkan
dari Anas bin Malik r.a. bahwasanya Nabi Muhammad saw. Bersabda, “Demi Zat
(Allah) yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah beriman seorang hamba
dengan sempurna sehingga dia mencintai tetangganya atau saudaranya seperti
halnya mereka mencintai dirinya sendiri” (H.R. Muslim:
65)
b. Bekerja keras,
tuntas, dan ikhlas
c. Optimis dalam
segala hal
Sikap optimis
artinya keyakinan yang kuat bahwa kesungguhan dan kerja keras yang kita lakukan
akan mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari Allah swt. dengan berbagai macam
kemudahan.
Allah swt.
berfirman :
وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ
الْمُحْسِنِينَ
Artinya :
“Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik” (Q.S. Al-Ankabut
(29): 69)
d. Bersyukur
ketika mendapat keberhasilan
e. Bersabar ketika
mendapat kegagalan
Seseorang yang
memiliki sikap kontrol diri akan bersabar dan menganggap bahwa setiap kegagalan
dalam usahanya adalah ujian baginya untuk meningkatkan usaha dan doanya lebih
maksimal lagi di kemudian hari. Allah swt. berfirman :
يَا بَنِيَّ
اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ
اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ
الْكَافِرُونَ
Artinya :
“Wahai
anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan
jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari
rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (Q.S. Yusuf (12): 87)
2.3 Hikmah atau
Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs
a. Menambah
ketentraman hati dan pikiran
Seseorang yang
memiliki sikap kontrol diri, hatinya akan merasa tenteram dan nyaman, tidak
pernah berburuk sangka terhadap siapa pun yang ditemuinya, tidak mengucapkan
sesuatu yang dapat merugikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Rasulullah saw.
Bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya
dalam tubuh (manusia) itu terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu
baik maka baik pula seluruh tubuhya, akan tetapi apabila rusak segumpal daging
itu maka rusak pulalah seluruh tubuhnya, ingatlah segumpal daging itu adalah
hati.”
(H.R. Bukhari: 50 dan Muslim: 2996)
b. Mendapatkan
hasil yang memuaskan
Seseorang yang
dapat mengontrol dirinya dari sifat malas dan menunda pekerjaan menggantinya
dengan kerja keras, tuntas, dan ikhlas tentu akan mendapatkan hasil yang
memuaskan.
Allah swt.
berfirman :
وَأَنْ لَيْسَ
لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
Artinya :
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh
apa yang telah diusahakannya.” (Q.S. An-Najm (53): 39)
c. Memiliki
kepercayaan diri yang tinggi
d. Menambah
ketawakalan kepada Allah swt. dalam menyerahkan semua urusan
2.4 Dapat Melakukan Mujahadah
An Nafs Hanya Karena Hidayah Allah
Mujahadah al-nafs merupakan perbuatan yang berat. Meskipun
berat Allah menjanjikan jalan keluar bagi orang beriman yang bersungguh-sungguh
berjuang mengendalikan nafsunya. Sebagaimana firman Allah : : “Orang-orang yang berjihad di jalan Kami, pasti akan kami
tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami…” (QS al-Ankabut: 69). Imam Ibn al-Qayyim berkata: “Allah menggantungkan hidayah dengan
laku jihad. Maka orang yang paling sempurna hidayah (yang diperoleh)-nya adalah
dia yang paling besar laku jihadnya.
Jihad yang paling fardu adalah jihad melawan nafsu, melawan
syahwat, melawan syetan, melawan rayuan duniawi. Siapa yang bersungguh-sungguh
dalam jihad melawan keempat hal tersebut, Allah akan menunjukkan padanya jalan ridha-Nya,
yang akan mengantarkannya ke pintu surga-Nya. Sebaliknya, siapa yang
meninggalkan jihad, maka ia akan sepi dari hidayah…” Di ayat lain, Allah menjelaskan
bahwa membebaskan nafsu merupakan karunia Allah, sebagaimana frimannya: “Dan
aku tidak membebaskan nafs-ku, karena sesungguhnya nafs itu selalu sangat
menyuruh kepada keburukan, kecuali nafs yang dirahmati Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf/12:
53). Kalimat yang bergaris bawah menunjukkan bahwa kita tidak akan sanggup
mengendalikan diri, kecuali mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah
2.5 Cara Mujahadah an nafs
Ada empat cara melakukan mujahadah an-nafs dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu:
1) Bersabar atau menyisihkan waktu yang
lebih lama untuk mengambil keputusan dari perbuatan yang akan dilakukan.
Ketika seseorang atau umat Islam dihadapkan kepada banyak
tantangan dan kesulitan atau berposisi minoritas, hendaklah bersabar. Sikap
sabar akan membuka pikiran jernih yang menjadi pembuka ide-ide brilian yang
mengambil keputusan.
2) Memikirkan akibat dari perbuatan
yang kita lakukan.
Berpikir tentang akibat perbuatan
yang akan dilakukan dapat meminimalisasi hal-hal negatif dan penyesalan yang
akan ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Bukankah setiap perbuatan sebenarnya
akan kembali kepada pelakunya sendiri? Allah Swt berfirman: “Jika kamu
berbuat baik, maka kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri. Jika kamu berlaku
jahat, maka kamu berbuat jahat pada dirimu sendiri.” (QS Al-Isra: 7).
Sebagian ulama salaf
menafsirkan ayat ini dengan berkata: “Sesungguhnya amal kebaikan melahirkan
cahaya di dalam kalbu, kesehatan pada badan, kecerahan pada wajah, keluasan
pada rizki, serta kecintaan dari segala makhluk. Sedangkan kejahatan,
sebaliknya, menciptakan kegelapan di hati, keringkihan di badan, kesuraman di
wajah, kesempitan pada rizki, serta kebencian dari hati segala makhluk.”
3) Berdzikir kepada Allah
Berdzikir merupakan cara untuk menyadarkan diri bahwa segala
perbuatan kita dilihat dan dicatat oleh Allah untuk dipertanggungjawabkan di
akhirat. Dengan berdzikir iman akan bertambah, membentengi godaan setan dan
menjadi penyelamat dari neraka. Sebagaimana sabda Nabi saw:
ذِكْرُ
اللهِ عِلْمُ الإيمَانِ وَبَرَائِهِ مِنَ النِّفَاقِ وَحُصِنَ مِنَ الشَّيْطَانِ
وَحُرِزَ مِنَ النِّيْرَانِ
“Dzikirullah
itu (dapat membuka) pengetahuan tentang keimanan, pembebasan dari kemuafikan,
benteng dari syetan, dan penyelamat dari neraka.” (Miftah al-Shudur). Ibnu
Atha’illah al-Sakandari dalam al-Hikam-nya memberikan nasehat:
لا تترك الذكر لعدم حضورك مع الله فيه، لأن غفلتك عن وجود ذكره
أشد من غفلتك في وجود ذكره
“Janganlah engkau meninggalkan zikir karena engkau tidak
hadir bersama Allah (tidak khusyuk), karena kelalaianmu sambil tidak berzikir
itu lebih dahsyat daripada kelalaianmu sambil zikir kepada-Nya.”
4) Berdoa kepada Allah
Doa menjadi modal spritual ketika
dalam kesulitan. Inilah yang dicontohkan Rasulullah, ketika beliau
dilempari batu dan diusir dari Thaif, justru beliau mendoakan penduduk thaif
agar diberi hidayah oleh Allah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mujahadah artinya kesungguhan: merupakan yang sangat penting
dalam unsur yang di percayai sebagai kekuatan dan mencapai cita-cita.untukk
mencapai kesuksesan orang harus disiplin melaksanakan tugas yang sedang
dilasanakannya.sejak awal ia harus brusaha untuk beremujahadah mencapai
keseluruhan tujuan.kalau kesungguhan ini dilakukannya maka akn ditemukan
hasilnya diantaranya adalah musyahabah
Demikian juga barang siapa yang tidak bersungguh-sunguh
melawan hawa napsunya yang selalu mernggang dirinya dan mengajak berbuat
maksiat dan mentang kebaikan,maka tidak mungkin ia akan mendapat
cahayatarikat yang dicaarinya. Abu Qasim
Al-Qusairy rahimatalla Ta’ala mengatakan barang siapa yang tidak beermujahadah
sejak awal,ia tidak akan mendapat keharuman sedikitpun dari cahaya
tarikat,dikatakan dari apa yang pernah di dengarnya dari Syeh Abu Ali Ad Daqaq:
barang siapa dari sejak awal tidak mempuunyai pendirian yang kuat,akhirnya ia
tidak mempunyai majelis musyawarah: sebagian Ulamak mengatakan hanya dengan
ketekunan dan kesungguhan serta disiplin yang teratur, akan mencapai tujuan
yang tinggi.
Arti mujahadah menurut bahasa adalah perang, menurut aturan
syara’ memerangi nafsu amarah dan memberi beban kepadanya adalah perang melawan
musuh-musuh Alloh, dan menurut istilah ahli hakikat adalah untuk melakukan
sesuatu yang berat baginya yang sesuai dengan aturan syara’ (agama). Sebagian
Ulama mengatakan . Mujahadah adalah tidak menuruti kehendak nafsu dan ada
lagi yang mengatakan. Mujahadah adalah menahan nafsu dari kesenangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al Aziz,
S., Moh. Saifulloh. 1998. Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya : Terbit
Terang
Al-Ghazali.1980.
Ihya Ulum Al-Din, Juz 8. Beirut : Dar al-Fikr
Asmaran,1994.
Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta : Raja Grafindo Persada[1] Ibid
Hawwa,
Sa’id.1998. intisari ihya’ ‘ulumuddin Al-Ghazali : Mensucikan Jiwa konsep tazkiyatun nafs
terpadu . Rabbani Press
Jaelani,
A.F. 2000. Penyucian Jiwa (tazkiyat al-Nafs) dan Kesehatan Mental.Jakarta:
Penerbit Amzah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar