KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ALIRAN
AL-JABARIYAH”Pada makalah ini kam
i banyak mengambil dari berbagai sumber dan
refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Taluk
Kuantan, November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................. i
Daftar
Isi...................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3
Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1
Latar Belakang Lahirnya Jabariah................................................................... 3
2.2 Ajaran Penting Aliran Jabariah....................................................................... 6
2.3 Para Pemuka Jabariah Dan Doktrin-Doktrinnya............................................. 7
BAB
III PENUTUP...................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................................. 10
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Persoalan Iman (aqidah) agaknya
merupakan aspek utama dalam ajaran Islam yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad.
Pentingnnya masalah aqidah ini dalam ajaran Islam tampak jelas pada misi
pertama dakwah Nabi ketika berada di Mekkah. Pada periode Mekkah ini, persoalan
aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat dibanding persoalan syari’at,
sehingga tema sentral dari ayat-ayat al-Quran yang turun selama periode ini adalah
ayat-ayat yang menyerukan kepada masalah keimanan.
Berbicara masalah aliran pemikiran
dalam Islam berarti berbicara tentang Ilmu Kalam. Kalam secara harfiah berarti
“kata-kata”. Kaum teolog Islam berdebat dengan kata-kata dalam mempertahankan
pendapat dan pemikirannya sehingga teolog disebut sebagai mutakallim yaitu
ahli debat yang pintar mengolah kata. Ilmu kalam juga diartikan sebagai teologi
Islam atau ushuluddin, ilmu yang membahas ajaran-ajaran dasar dari agama.
Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan yang mendasar dan tidak
mudah digoyahkan.
Munculnya perbedaan antara umat
Islam. Perbedaan yang pertama muncul dalam Islam bukanlah masalah teologi
melainkan di bidang politik. Akan tetapi perselisihan politik ini, seiring
dengan perjalanan waktu, meningkat menjadi persoalan teologi. Perbedaan
teologis di kalangan umat Islam sejak awal memang dapat mengemuka dalam bentuk
praktis maupun teoritis. Secara teoritis, perbedaan itu demikian tampak melalui
perdebatan aliran-aliran kalam yang muncul tentang berbagai persoalan. Tetapi
patut dicatat bahwa perbedaan yang ada umumnya masih sebatas pada aspek
filosofis diluar persoalan keesaan Allah, keimanan kepada para rasul, para
malaikat, hari akhir dan berbagai ajaran nabi yang tidak mungkin lagi ada peluang
untuk memperdebatkannya.
Misalnya tentang kekuasaan Allah dan
kehendak manusia, kedudukan wahyu dan akal, keadilan Tuhan. Perbedaan itu
kemudian memunculkan berbagai macam aliran, yaitu Mu'tazilah, Syiah,Khawarij, Jabariyah dan Qadariyah serta
aliran-aliran lainnya. Makalah ini akan mencoba menjelaskan aliran Jabariyah.
Dalam makalah ini penulis hanya menjelaskan secara singkat dan umum tentang
aliran Jabariyah. Mencakup di dalamnya adalah latar belakang
lahirnya sebuah aliran dan ajaran-ajarannya secara umum.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian jabariah?
2.
Siapa
tokoh jabariah?
3.
Apa
saja ajaran penting aliran jabariah?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian jabariah
2. Untuk mengetahui tokoh jabariah
3. Untuk mengetahui ajaran penting apa
saja yang ada pada aliran jabariah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Lahirnya
Jabariah
Secara bahasa Jabariyah berasal
dari kata jabara yang mengandung pengertian memaksa. Di dalam
kamus Munjid dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari kata
jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu.
Salah satu sifat dari Allah adalah al-Jabbar yang berarti Allah Maha Memaksa.
Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya
perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah. Dengan
kata lain adalah manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur).
Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah
paham yang menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari
semula oleh Qadha dan Qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang
dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh
Tuhan dan dengan kehendak-Nya, di sini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam
berbuat, karena tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahlkan bahwa Jabariyah
adalah aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai dalangnya.
Adapun mengenai latar belakang
lahirnya aliran Jabariyah tidak adanya penjelasan yang sahih.
Abu Zahra menuturkan bahwa paham ini muncul sejak zaman sahabat dan masa Bani
Umayyah. Ketika itu para ulama membicarakan tentang masalah Qadar dan kekuasaan
manusia ketika berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan. Adapaun tokoh
yang mendirikan aliran ini menurut Abu Zaharah dan al-Qasimi adalah Jahm bin
Safwan, yang bersamaan dengan munculnya aliran Qadariyah.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa
paham ini diduga telah muncul sejak sebelum agama Islam datang ke masyarakat
Arab. Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah
memberikan pengaruh besar dalam cara hidup mereka. Di tengah bumi yang disinari
terik matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara yang panas ternyata
dapat tidak memberikan kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan suburnya
tanaman, tapi yang tumbuh hanya rumput yang kering dan beberapa pohon kuat
untuk menghadapi panasnya musim serta keringnya udara.
Harun Nasution menjelaskan bahwa
dalam situasi demikian masyarakat arab tidak melihat jalan untuk mengubah
keadaan disekeliling mereka sesuai dengan kehidupan yang diinginkan. Mereka
merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Artinya mereka banyak
tergantung dengan Alam, sehingga menyebabakan mereka kepada paham fatalisme.
Terlepas dari perbedaan pendapat
tentang awal lahirnya aliran ini, dalam Alquran sendiri banyak terdapat
ayat-ayat yeng menunjukkan tentang latar belakang lahirnya paham Jabariyah,
diantaranya:
a.
QS
ash-Shaffat: 96
وَالله
خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu
dan apa yang kamu perbuat itu".
b.
QS
al-Anfal: 17
فَلَمْ تَقْتُلُو هُمْ وَلَكِنَّ
اللهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْرَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللهَ رَمَى
وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِيْنَ مِنْهُ بَلآءً حَسَنًا إِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ
عَلِيْمٌ
Artinya: “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang
membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang
melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat
demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada
orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.”
c.
QS
al-Insan: 30
وَمَا تَشَآ ءُونَ إِلاَّ أَنْ
يَشَآءَ اللهَ إِنَّ اللهَ كَا نَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Artinya : “Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu),
kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.”
Selain ayat-ayat Alquran di atas benih-benih faham al-Jabar
juga dapat dilihat dalam beberapa peristiwa sejarah:
a.
Suatu
ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah Takdir
Tuhan, Nabi melarang mereka untuk memperdebatkan persoalan tersebut, agar
terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat Tuhan mengenai takdir.
b.
Khalifah
Umar bin al-Khaththab pernah menangkap seorang pencuri. Ketika diintrogasi,
pencuri itu berkata "Tuhan telah menentukan aku mencuri". Mendengar
itu Umar kemudian marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta. Oleh
karena itu Umar memberikan dua jenis hukuman kepada orang itu, yaitu: hukuman
potongan tangan karena mencuri dan hukuman dera karena menggunakan dalil takdir
Tuhan.
c.
Ketika
Khalifah Ali bin Abu Thalib ditanya tentang qadar Tuhan dalam kaitannya dengan
siksa dan pahala. Orang tua itu bertanya,"apabila perjalanan (menuju
perang siffin) itu terjadi dengan qadha dan qadar Tuhan, tidak ada pahala
sebagai balasannya. Kemudian Ali menjelaskannya bahwa Qadha dan Qadha Tuhan
bukanlah sebuah paksaan. Pahala dan siksa akan didapat berdasarkan atas amal
perbuatan manusia. Kalau itu sebuah paksaan, maka tidak ada pahala dan siksa,
gugur pula janji dan ancaman Allah, dan tidak ada pujian bagi orang yang baik
dan tidak ada celaan bagi orang berbuat dosa.
d.
Adanya
paham Jabar telah mengemuka kepermukaan pada masa Bani Umayyah yang tumbuh
berkembang di Syiria.
Di
samping adanya bibit pengaruh faham jabar yang telah muncul dari pemahaman
terhadap ajaran Islam itu sendiri. Ada sebuah pandangan mengatakan bahwa aliran
Jabar muncul karena adanya pengaruh dari dari pemikriran asing, yaitu pengaruh
agama Yahudi bermazhab Qurra dan agama Kristen bermahzab Yacobit.
Dengan demikian, latar belakang
lahirnya aliran Jabariyah dapat dibedakan kedalam dua factor,
yaitu factor yang berasal dari pemahaman ajaran-ajaran Islam yang bersumber
dari Alquran dan Sunnah, yang mempunyai paham yang mengarah kepada Jabariyah.
Lebih dari itu adalah adanya pengaruh dari luar Islam yang ikut andil dalam
melahirkan aliran ini. Adapun yang menjadi dasar munculnya paham ini adalah
sebagai reaksi dari tiga perkara: pertama, adanya paham Qadariyah,
keduanya, terlalu tekstualnya pamahaman agama tanpa adanya keberanian
menakwilkan dan ketiga adalah adanya aliran salaf yang ditokohi Muqatil bin
Sulaiman yang berlebihan dalam menetapkan sifat-sifat Tuhan sehingga membawa
kepada Tasybih.
Jika paham jabariyah yang dibawa oleh jahm bin Safwan diatas dibandingkan
dengan paham jabariah yang dikembangkan oleh Najjar dan Dirar, maka paham
jabariah sebagaimana yang dibawa oleh kedua orang yang disebut terakhir itu
tidak lagi menggambarkan manusia sebagai wayang. Dalam paham jabariah yang
berakhir ini nampak bahwa diantara manusia dan tuhan terdapat kerjasama dalam
mewujudkan suatu perbuatan dan manusia tidak semata-mata dipaksa dalam
melaksanakan perbuatannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan , bahwa manusia dalam paham jabariah adalah
sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan,
tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki oleh paham
qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh tidak boleh
lepas dari aturan, skenario dan kehendak Allah SWT. Segala akibat
baik dan buruk yang diterima manusia dalam perjalanan hidupkan merupakan
ketentuan Allah SWT.
2.2 Ajaran Penting Aliran Jabariah
Ajaran penting aliran jabariah
adalah manusia sangat lemah, tidak berdaya, terikat dengan kekuasaan mutlak
tuhan. Seluruh tindakan dan perbuatan tidak boleh lepas dari aturan skenario
dan kehendak ALLAH SWT. Segala akibat baik dan buruk yang diterima manusia
dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan allah. Namun ada
kecenderungan bahwa tuhan lebih memperlihatkan sikap-Nya yang absolut dan
berbuat sekehendak-Nya.
Menurut Syahrastani aliran jabariah
dalam menganalisa perbuatan manusia terdapat dua pandangan yaitu:
1) Pandangan ekstrim yang
disebut al-jabariah al-khalish, yaitu jabariah yang tidak menetapkan
perbuatan atau kekuasaan sedikitpun pada manusia. Sebagaiman yang telah
dikemukakan oleh Jahm bin Sofwan diatas.
2) Pandangan moderat yang
diberi istilah al-jabariah al-mutawasithah, yaitu jabariah yang
menetapkan adanya qudrat pada manusia, tetapi qudrat tersebut tidak mempunyai
efek atas perbuatan. Pandangannya ini pelopornya adalah Husain Ibn Muhammad
al-Najjar dan Dirar Ibn ‘Amr.
Menurut Najjar dan Dirar bahwa
tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia baik itu perbuatan positif maupun
negatif. Namun dalam melakukan perbuatan itu manusia manusia mempunyai
bahagiaan yaitu daya diciptakan dalam diri manusia mampu melakukan perbuatan
itu. Daya yang diperoleh untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan inilah yang
disebut kasb atau acuisition.
2.3
Para Pemuka Jabariah Dan Doktrin-Doktrinnya
Menurut
asy-Syahratsani, Jabariyah dapat dikelompokan menjadi 2 bagian,Ekstrim dan
Moderat.Doktrin Jabariyah Ekstrim adalah pendapatnya bahwa segala perbuatan
manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri,tetapi
perbuatan yang dipaksakan atas dirinya.
1. Diantara pemuka Jabariyah Ekstrim
adalah berikut ini:
a.
Jahm
bin Shofwan
Nama
lengkapnya adalah Abu Mahrus Jahm bin Shafwan. Ia berasal dari khurasan
,bertempat tinggal di Khuffa. Ia seorang Da’I yang fasih dan lincah ( orator).
Ia menjabat sebagai sekertaris haris bin Surais, seorang Mawali yang menentang
pemerintah Bani Umaiyah di Khurasan. Ia ditawan dan dibunuh secara politis
tanpa ada kaitannya dengan Agama.
Sebagi
seorang penganut dan penyebar Paham jabariyah banyak usaha yang dilakukan jahm
yang tersebar keberbagai tempat,seperti ketirmidz dan balk. Pendapat Jahm yang
berkaitan dengan persoalan teologi adalah sebagai berikut :
1) Manusia tidak mampu untuk berbuat
apa-apa.Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak
mempunyai pilihan.
2) Surga dan neraka tidak dikekal.
Tidak kekal selai Tuhan
3) Iman adalah ma’rifat atau
membenarkan dalam hati.Dalam hal ini pendapatnya sama dengan konsep iman yang
diajukan kaum Murjiyah.
4) Kalam Tuhan adalah makhluk.Allah
maha suci dari segala sifat dan keserupaan dengan manusia seperti
berbicara,mendengar,dan melihat.
5) Begitu pula Tuhan tidak dilihat
dengan indra mata diakhirat kelak.
Dengan demikian dalam beberapa
hal,pendapat Jahm hampir sama dengan Murji’ah, Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
b.
Ja’d
bin dirham
Al-ja’d
adalah seorang Maulana bani Hakim, tiggal Di Damaskus. Dia dibesarkan didalam
lingkungan orang Kristen yang senang membicarakan teologi. Semula
dipercaya untuk mengajar di lingkungan pemerintah Bani umaiyah, tetapi setelah
tampak pikiran – pikirannya yang controversial, bani Umaiyah menolaknya.
Kemudian
Al-ja’d lari ke kufah dan disana ia bertemu dengan Jahm serta mentransper
pikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan disebar luaskan. Dokterin pokok
Ja’d secara umum sama dengan pikiran Jahm. Al-Ghuraby menjelaska sbb:
1) Al- Quran itu adalah Mahkluk. Oleh
karena itu, dia baru.Sesuatu yang baru itu tidak dapat di sefatkan kepada
Allah.
2) Allah tidak mempunyai sifat yang
serupa dengan mahkluk, seperti berbicara, melihat dan mendengar.
3) Manusia terpaksa oleh Allah dalam
segala-galanya.
Berbeda dengan jabariyah Ekstrim,
Jabariyah Moderat mengatakan bahwa tuhan memang menciptakan perbuatan manusia,
baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik. Tetapi manusia mempunyai
bagian didalamnya. Tenaga yang diciptakan didalam diri manusia mempunyai efek
untuk mewujudkan perbuatanya. Inilah yang dimaksud dengan Kasab
(Acquisitin).
Menurut Paham kasab, manusia tidaklah Majbur ( Dipaksa Oleh Tuhan), tidak
seperti Wayang yang dikendalikan Oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta
perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan Tuhan. Yang
termasuk Tokoh Jabariyah Moderat adalah sebagai berikut:
1. An- Najjar
Nama lengkapnya adalah Husain bin
Muhammad An- Najjar ( Wafat 230 H ). Para pengikutnya disebut An-Najariyah
Al-hasainiyah.Diantara pendapat-pendapatnya adalah:
a)
Tuhan
menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau
peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu.Itulah yang disebut khasab dalam
teori Al-asy’ary. Dengan demikian,Manusia dalam pandangan An-Najjar tidak lagi
seperti wayang yang gerakannya tergantung pada dalang,sebab tenaga yang
diciptakan Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan
perbuata-perbuatannya.
b)
Tuhan
tidak dapat dilihat diakhirat . akan tetapi, An-Najjar menyatakan bahwa tuhan
dapat saja memindahkan potensi hati ( Ma’rifat) pada mata sehingga manusia
dapat melihat Tuhan.
2. Adh-Dhirar
Nama lengkapnya adalah Dhirar Bin
Amr. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan husein An-Najjar, yakni
bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakan dalang.Secara tegas,Dhirar
mengatakan bahwa suatu perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pelaku secara
bersamaan, artunya perbuatan manusia,tidak hanya dilakukan oleh Tuhan, tetapi
juga oleh manusia itu sendiri.
Mengenai Ru’yat Tuhan diakhirat,
Dirar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat diakhirat melalui indra ke enam.Ia
juga berpendapat bahwa Hujjah yang dapat diterima oleh Nabi adalah Ijtihad .
Hadis ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan Hukum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nama jabariyah berasal
dari Jabara yang mengandung arti memaksa .Aliran jabariyah
adalah suatu gerakan yang menentang kadariyah. Pembangunya adalah Jahm bin
Shafwan kadang-kadang jabariyah ini juga dinamakan jahmiah. Paham utamanya
adalah bahwa manusia dalam keadaan terpaksa, tidak bebas dan tidak mempunyai
kekuasaan sedikitpun untuk bertindak dalam keadaan terpaksa,tidak bebas dalam
mengerjakan sesuatu.
Allah lah yang menentukan sesuatu
itu kepada seseorang, apa yang akan dikerjakannya, yang dikehendaki oleh
manusia ataupun tidak.Jadi Allah yang memperbuat segala pekerjaan manusia.dalam
istilah ini paham ini disebut fatalism ataupredestination.Perbuatan-perbuatan
manusia telah ditentukan oleh semua Qada dan Qadar Tuhan.
3.1 Saran
Pelajarilah aliran jabariah supaya
bisa memahami sejarah, tokoh serta doktrin-doktrin jabariah.
DAFTAR PUSTAKA
Nata,
Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,1993)
Mulyono, Studi
Ilmu TAUHID/KALAM,(Malang: UIN-MALIKI PRESS)
Hamim,
Ahmad, fajr al-islam, maktabah al-nahddhahbal misriyah, (qahiroh, 1975)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar