Minggu, 04 Desember 2016

makalah aliran al-jabariah



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ALIRAN AL-JABARIYAH”Pada makalah ini kam
i banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
           




Taluk Kuantan,   November 2016


Penyusun

 


 


DAFTAR ISI


Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1  Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3  Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1  Latar Belakang Lahirnya Jabariah................................................................... 3
2.2  Ajaran Penting Aliran Jabariah....................................................................... 6
2.3  Para Pemuka Jabariah Dan Doktrin-Doktrinnya............................................. 7
BAB III PENUTUP...................................................................................................... 10
3.1  Kesimpulan...................................................................................................... 10
3.2  Saran................................................................................................................. 10
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................... 11















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran Islam yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pentingnnya masalah aqidah ini dalam ajaran Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di Mekkah. Pada periode Mekkah ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat dibanding persoalan syari’at, sehingga tema sentral dari ayat-ayat al-Quran yang turun selama periode ini adalah ayat-ayat yang menyerukan kepada masalah keimanan.
Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang Ilmu Kalam. Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog Islam berdebat dengan kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga teolog disebut sebagai mutakallim yaitu ahli debat yang pintar mengolah kata. Ilmu kalam juga diartikan sebagai teologi Islam atau ushuluddin, ilmu yang membahas ajaran-ajaran dasar dari agama. Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan yang mendasar dan tidak mudah digoyahkan.
Munculnya perbedaan antara umat Islam. Perbedaan yang pertama muncul dalam Islam bukanlah masalah teologi melainkan di bidang politik. Akan tetapi perselisihan politik ini, seiring dengan perjalanan waktu, meningkat menjadi persoalan teologi. Perbedaan teologis di kalangan umat Islam sejak awal memang dapat mengemuka dalam bentuk praktis maupun teoritis. Secara teoritis, perbedaan itu demikian tampak melalui perdebatan aliran-aliran kalam yang muncul tentang berbagai persoalan. Tetapi patut dicatat bahwa perbedaan yang ada umumnya masih sebatas pada aspek filosofis diluar persoalan keesaan Allah, keimanan kepada para rasul, para malaikat, hari akhir dan berbagai ajaran nabi yang tidak mungkin lagi ada peluang untuk memperdebatkannya.
Misalnya tentang kekuasaan Allah dan kehendak manusia, kedudukan wahyu dan akal, keadilan Tuhan. Perbedaan itu kemudian memunculkan berbagai macam aliran, yaitu Mu'tazilahSyiah,KhawarijJabariyah dan Qadariyah serta aliran-aliran lainnya. Makalah ini akan mencoba menjelaskan aliran Jabariyah. Dalam makalah ini penulis hanya menjelaskan secara singkat dan umum tentang aliran Jabariyah. Mencakup di dalamnya adalah latar belakang lahirnya sebuah aliran dan ajaran-ajarannya secara umum.

1.2  Rumusan Masalah
1.   Apa pengertian jabariah?
2.   Siapa tokoh jabariah?
3.   Apa saja ajaran penting aliran jabariah?

1.3  Tujuan
1.   Untuk mengetahui pengertian jabariah
2.   Untuk mengetahui tokoh jabariah
3.   Untuk mengetahui ajaran penting apa saja yang ada pada aliran jabariah

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Latar Belakang Lahirnya Jabariah
Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung pengertian memaksa. Di dalam kamus Munjid dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Salah satu sifat dari Allah adalah al-Jabbar yang berarti Allah Maha Memaksa. Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur).
Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan Qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendak-Nya, di sini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahlkan bahwa Jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai dalangnya.
Adapun mengenai latar belakang lahirnya aliran Jabariyah tidak adanya penjelasan yang sahih. Abu Zahra menuturkan bahwa paham ini muncul sejak zaman sahabat dan masa Bani Umayyah. Ketika itu para ulama membicarakan tentang masalah Qadar dan kekuasaan manusia ketika berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan. Adapaun tokoh yang mendirikan aliran ini menurut Abu Zaharah dan al-Qasimi adalah Jahm bin Safwan, yang bersamaan dengan munculnya aliran Qadariyah.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa paham ini diduga telah muncul sejak sebelum agama Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar dalam cara hidup mereka. Di tengah bumi yang disinari terik matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara yang panas ternyata dapat tidak memberikan kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan suburnya tanaman, tapi yang tumbuh hanya rumput yang kering dan beberapa pohon kuat untuk menghadapi panasnya musim serta keringnya udara.
Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan disekeliling mereka sesuai dengan kehidupan yang diinginkan. Mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Artinya mereka banyak tergantung dengan Alam, sehingga menyebabakan mereka kepada paham fatalisme.
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal lahirnya aliran ini, dalam Alquran sendiri banyak terdapat ayat-ayat yeng menunjukkan tentang latar belakang lahirnya paham Jabariyah, diantaranya:
a.    QS ash-Shaffat: 96
وَالله خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
b.    QS al-Anfal: 17
فَلَمْ تَقْتُلُو هُمْ وَلَكِنَّ اللهَ قَتَلَهُمْ  وَمَا رَمَيْتَ إِذْرَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِيْنَ مِنْهُ بَلآءً حَسَنًا  إِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
c.    QS al-Insan: 30
وَمَا تَشَآ ءُونَ إِلاَّ أَنْ يَشَآءَ اللهَ إِنَّ اللهَ كَا نَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Artinya : “Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Selain ayat-ayat Alquran di atas benih-benih faham al-Jabar juga dapat dilihat dalam beberapa peristiwa sejarah:
a.      Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah Takdir Tuhan, Nabi melarang mereka untuk memperdebatkan persoalan tersebut, agar terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat Tuhan mengenai takdir.
b.     Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah menangkap seorang pencuri. Ketika diintrogasi, pencuri itu berkata "Tuhan telah menentukan aku mencuri". Mendengar itu Umar kemudian marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta. Oleh karena itu Umar memberikan dua jenis hukuman kepada orang itu, yaitu: hukuman potongan tangan karena mencuri dan hukuman dera karena menggunakan dalil takdir Tuhan.
c.      Ketika Khalifah Ali bin Abu Thalib ditanya tentang qadar Tuhan dalam kaitannya dengan siksa dan pahala. Orang tua itu bertanya,"apabila perjalanan (menuju perang siffin) itu terjadi dengan qadha dan qadar Tuhan, tidak ada pahala sebagai balasannya. Kemudian Ali menjelaskannya bahwa Qadha dan Qadha Tuhan bukanlah sebuah paksaan. Pahala dan siksa akan didapat berdasarkan atas amal perbuatan manusia. Kalau itu sebuah paksaan, maka tidak ada pahala dan siksa, gugur pula janji dan ancaman Allah, dan tidak ada pujian bagi orang yang baik dan tidak ada celaan bagi orang berbuat dosa.
d.     Adanya paham Jabar telah mengemuka kepermukaan pada masa Bani Umayyah yang tumbuh berkembang di Syiria.
Di samping adanya bibit pengaruh faham jabar yang telah muncul dari pemahaman terhadap ajaran Islam itu sendiri. Ada sebuah pandangan mengatakan bahwa aliran Jabar muncul karena adanya pengaruh dari dari pemikriran asing, yaitu pengaruh agama Yahudi bermazhab Qurra dan agama Kristen bermahzab Yacobit.
Dengan demikian, latar belakang lahirnya aliran Jabariyah dapat dibedakan kedalam dua factor, yaitu factor yang berasal dari pemahaman ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan Sunnah, yang mempunyai paham yang mengarah kepada Jabariyah. Lebih dari itu adalah adanya pengaruh dari luar Islam yang ikut andil dalam melahirkan aliran ini. Adapun yang menjadi dasar munculnya paham ini adalah sebagai reaksi dari tiga perkara: pertama, adanya paham Qadariyah, keduanya, terlalu tekstualnya pamahaman agama tanpa adanya keberanian menakwilkan dan ketiga adalah adanya aliran salaf yang ditokohi Muqatil bin Sulaiman yang berlebihan dalam menetapkan sifat-sifat Tuhan sehingga membawa kepada Tasybih
            Jika paham jabariyah yang dibawa oleh jahm bin Safwan diatas dibandingkan dengan paham jabariah yang dikembangkan oleh Najjar dan Dirar, maka paham jabariah sebagaimana yang dibawa oleh kedua orang yang disebut terakhir itu tidak lagi menggambarkan manusia sebagai wayang. Dalam paham jabariah yang berakhir ini nampak bahwa diantara manusia dan tuhan terdapat kerjasama dalam mewujudkan suatu perbuatan dan manusia tidak semata-mata dipaksa dalam melaksanakan perbuatannya.
            Dengan demikian dapat disimpulkan , bahwa manusia dalam paham jabariah adalah sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki oleh paham qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh tidak boleh lepas  dari aturan, skenario dan kehendak Allah SWT.  Segala akibat baik dan buruk yang diterima manusia dalam perjalanan hidupkan merupakan ketentuan Allah SWT.

2.2  Ajaran Penting Aliran Jabariah
Ajaran penting aliran jabariah adalah manusia sangat lemah, tidak berdaya, terikat dengan kekuasaan mutlak tuhan. Seluruh tindakan dan perbuatan tidak boleh lepas dari aturan skenario dan kehendak ALLAH SWT. Segala akibat baik dan buruk yang diterima manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan allah. Namun ada kecenderungan bahwa tuhan lebih memperlihatkan sikap-Nya yang absolut dan berbuat sekehendak-Nya.
Menurut Syahrastani aliran jabariah dalam menganalisa perbuatan manusia terdapat dua pandangan yaitu:
1)     Pandangan ekstrim yang disebut al-jabariah al-khalish, yaitu jabariah yang tidak menetapkan perbuatan atau kekuasaan sedikitpun pada manusia. Sebagaiman yang telah dikemukakan oleh Jahm bin Sofwan diatas.
2)     Pandangan moderat  yang diberi istilah al-jabariah al-mutawasithah, yaitu jabariah yang menetapkan adanya qudrat pada manusia, tetapi qudrat tersebut tidak mempunyai efek atas perbuatan. Pandangannya ini pelopornya adalah Husain Ibn Muhammad al-Najjar dan Dirar Ibn ‘Amr.
Menurut Najjar dan Dirar bahwa tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia baik itu perbuatan positif maupun negatif. Namun dalam melakukan perbuatan itu manusia manusia mempunyai bahagiaan yaitu daya diciptakan dalam diri manusia mampu melakukan perbuatan itu. Daya yang diperoleh untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan inilah yang disebut kasb atau acuisition.

2.3  Para Pemuka Jabariah Dan Doktrin-Doktrinnya
Menurut asy-Syahratsani, Jabariyah dapat dikelompokan menjadi 2 bagian,Ekstrim dan Moderat.Doktrin Jabariyah Ekstrim adalah pendapatnya bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri,tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya.
1.     Diantara pemuka Jabariyah Ekstrim adalah berikut ini:
a.     Jahm bin Shofwan
Nama lengkapnya adalah  Abu Mahrus Jahm bin Shafwan. Ia berasal dari khurasan ,bertempat tinggal di Khuffa. Ia seorang Da’I yang fasih dan lincah ( orator). Ia menjabat sebagai sekertaris haris bin Surais, seorang Mawali yang menentang pemerintah Bani Umaiyah di Khurasan. Ia ditawan dan dibunuh secara politis tanpa ada kaitannya dengan Agama.
Sebagi seorang penganut dan penyebar Paham jabariyah banyak usaha yang dilakukan jahm yang tersebar keberbagai tempat,seperti ketirmidz dan balk. Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah sebagai berikut :
1)     Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa.Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
2)     Surga dan neraka tidak dikekal. Tidak kekal selai Tuhan
3)     Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati.Dalam hal ini pendapatnya sama dengan konsep iman yang diajukan kaum Murjiyah.
4)     Kalam Tuhan adalah makhluk.Allah maha suci dari segala sifat dan keserupaan dengan manusia seperti berbicara,mendengar,dan melihat.
5)     Begitu pula Tuhan tidak dilihat dengan indra mata diakhirat kelak.
Dengan demikian dalam beberapa hal,pendapat Jahm hampir sama dengan Murji’ah, Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
b.     Ja’d bin dirham
Al-ja’d adalah seorang Maulana bani Hakim, tiggal Di Damaskus. Dia dibesarkan didalam lingkungan orang Kristen  yang senang membicarakan teologi. Semula dipercaya untuk mengajar di lingkungan pemerintah Bani umaiyah, tetapi setelah tampak pikiran – pikirannya  yang controversial, bani Umaiyah menolaknya.
Kemudian Al-ja’d lari ke kufah dan disana ia bertemu dengan Jahm serta mentransper pikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan disebar luaskan. Dokterin pokok Ja’d secara umum sama dengan pikiran Jahm.  Al-Ghuraby menjelaska sbb:
1)     Al- Quran itu adalah Mahkluk. Oleh karena itu, dia baru.Sesuatu yang baru itu tidak dapat di sefatkan kepada Allah.
2)     Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan mahkluk, seperti berbicara, melihat dan mendengar.
3)     Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.
Berbeda dengan jabariyah Ekstrim, Jabariyah Moderat mengatakan bahwa tuhan memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik. Tetapi manusia mempunyai  bagian didalamnya. Tenaga yang diciptakan didalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatanya. Inilah yang dimaksud dengan Kasab (Acquisitin).  Menurut Paham kasab, manusia tidaklah Majbur ( Dipaksa Oleh Tuhan), tidak seperti Wayang yang dikendalikan Oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan Tuhan. Yang termasuk Tokoh Jabariyah Moderat adalah sebagai berikut:
1.     An- Najjar
Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An- Najjar ( Wafat 230 H ). Para pengikutnya disebut An-Najariyah Al-hasainiyah.Diantara pendapat-pendapatnya adalah:
a)     Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu.Itulah yang disebut khasab dalam teori Al-asy’ary. Dengan demikian,Manusia dalam pandangan An-Najjar tidak lagi seperti wayang yang gerakannya tergantung pada dalang,sebab tenaga yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuata-perbuatannya.
b)     Tuhan tidak dapat dilihat diakhirat . akan tetapi, An-Najjar menyatakan bahwa tuhan dapat saja memindahkan potensi hati ( Ma’rifat) pada mata sehingga manusia dapat melihat Tuhan.
2.     Adh-Dhirar
Nama lengkapnya adalah Dhirar Bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan husein An-Najjar, yakni bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakan dalang.Secara tegas,Dhirar mengatakan bahwa suatu perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan, artunya perbuatan manusia,tidak hanya dilakukan oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia itu sendiri.
Mengenai Ru’yat Tuhan diakhirat, Dirar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat diakhirat melalui indra ke enam.Ia juga berpendapat bahwa Hujjah yang dapat diterima oleh Nabi adalah Ijtihad . Hadis ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan Hukum.










BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Nama jabariyah berasal  dari Jabara yang mengandung arti memaksa .Aliran jabariyah adalah suatu gerakan yang menentang kadariyah. Pembangunya adalah Jahm bin Shafwan kadang-kadang jabariyah ini juga dinamakan jahmiah. Paham utamanya adalah bahwa manusia dalam keadaan terpaksa, tidak bebas dan tidak mempunyai kekuasaan sedikitpun untuk bertindak dalam keadaan terpaksa,tidak bebas dalam mengerjakan sesuatu.
Allah lah yang menentukan sesuatu itu kepada seseorang, apa yang akan dikerjakannya, yang dikehendaki oleh manusia ataupun tidak.Jadi Allah yang memperbuat segala pekerjaan manusia.dalam istilah ini paham ini disebut fatalism ataupredestination.Perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan oleh semua Qada dan Qadar Tuhan.

3.1  Saran
Pelajarilah aliran jabariah supaya bisa memahami sejarah, tokoh serta doktrin-doktrin jabariah.











DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1993)
Mulyono, Studi Ilmu TAUHID/KALAM,(Malang: UIN-MALIKI PRESS)
Hamim, Ahmad, fajr al-islam, maktabah al-nahddhahbal misriyah, (qahiroh, 1975)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar