Rabu, 11 April 2018

MAKALAH VALUE CHAIN KOMODITI PISANG


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pisang mempunyai nama latin “Musa Paradisiaca“. Nama musa diambil dari nama seorang dokter kaisar Romawi Octavianus Augustus yang bernama “Antonius Musa”. Sesuai dengan kemajuan tekhnologi, budidaya pisang pun mengalami kemajuan pesat. Budidaya buah pisang saat ini tidak hanya dilakukan sambil lalu, tetapi telah dilakukan secara intensif, terutama pisang untuk keperluan eksport.
Pada masyarakat Asia Tenggara, diduga buah pisang telah lama dimanfaatkan. Masyarakat di daerah itu, saat berkebudayaan pengumpul (food gathering), telah menggunakan tunas dan pelepah buah pisang sebagai bagian dari sayur. Bagian-bagian lain dari tanaman pisang pun telah dimanfaatkan seperti saat ini. Pada saat kebudayaan pertanian menetap dimulai, buah pisang termasuk tanaman pertama yang dipelihara.
  Maka dari itu, ahli sejarah dan botani mengambil kesimpulan bahwa asal mula tanaman pisang adalah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.India merupakan negara yang memiliki tulisan pertama tentang budidaya pisang,disebutkan bahwa pemeliharaan itu dilakukan di Epics: Pali Boeddhist, 500-600 SM, yang menyebutkan bahwa “buah sebesar taring”itu memeng disukai oleh binatang-binatang bertaring dan bertanduk.Di China,awal kebudayaan pisang dimulai dan terpusat di Yangtze dan sungai kuning. Tanaman pisang juga berkembang Amerika Selatan dan Tengah berasal dari Afrika Barat sekitar tahun 1500, yang akhirnya menyebar ke seluruh daratan Amerika.
.Buah pisang juga banyak memberikan manfaat untuk berbagai keperluan hidup manusia. Selain buahnya, bagian tanaman lainpun bisa dimanfaatkan, mulai dari bonggol sampai daun. Buah pisang selain dalam bentuk segar, dapat juga diolah menjadi makanan olahan, seperti: sale pisang, keripik pisang, dan lain-lain.


1.2  Tujuan
            Tujuan penyusunan makalah ini agar pembaca mengetahui bahwa tanaman pisang merupakan tanaman serba guna, mulai dari bagian bawah (bonggol) sampai bagian atas (bunga pisang) dapat dimanfaatkan serta mengetahui nilai ekonomis yang dihasilkan dari buah pisang. Selain itu, pisang yang berkualitas juga mempunyai potensi dan prospek usaha yang cukup besar dalam peluang dan konsumsinya agar dapat bersaing dengan buah-buahan lainnya sehingga dapat meningkatkan nilai ekspor buah pisang dipasar global.
Dan tujuan lain dari makalah ini adalah untuk mengajak dan menghimbau masyarakat untuk memulai mananam pisang agar bisa membantu perekonomian keluarga, untuk mengajarkan tahapan  apa saja yang harus dilakukan masyarakat jika ingin menanam pisang.


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Permasalahan Buah Pisang Dari Segi Agribisnis
            Kendala utama yang kini dihadapi dibeberapa sentra produksi buah pisang dalam 10 tahun terakhir ini adalah serangan layu Fusarium dan bakteri yang mengakibatkan kerusakan cukup luas dan sulit ditanggulangi. Kemampuan untuk mengendalikan layu pisang masih terbatas, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun kemampuan finansial. Apabila kita asumsikan bahwa tanaman yang terserang tersebut akan rusak dan mengakibatkan gagal panen, mutu serta penampilan luar buah pisang yang kurang menarik, maka secara finansial/perhitungan ekonomi, petani akan menderita kerugian sebesar ± 18 milyar rupiah (estimasi harga pisang Rp. 10.000,- per tandan). Selain itu, pisang yang bermutu rendah akan mengakibatkan kelesuan pada eksport buah pisang yang seharusnya tidak terjadi, apabila segala syarat pembudidayaan buah pisang dilakukan secara intensif dengan tekhnologi yang maju. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada meningkatnya harga jual buah pisang dipasar.
Adapun kendala-kendala lainnya yang pernah terjadi adalah sbb :
  1. Tingginya penyakit Sigatoka Hitam yang menyebabkan daun yang rendah pada saat panen (kurang dari 6 per pohon) dan mengakibatkan kurangnya potensi produksi sebesar 30% karena berat tandan yang berkurang. Penyakit ini juga mengakibatkan matangnya pisang terlalu dini sehingga buah beresiko saat dikirimkan ke pasar yang jaraknya jauh.
  2. Kepadatan populasi yang rendah dan manajemen populasi pohon yang kurang
  3. Kerusakan buah yang parah karena karat.
  4. Tingkat tunas yang rendah – hanya sedikit anak tunas akar dari pohon induk, dan pemilihan tunas yang kurang baik.
  5. Insiden doble dan triple yang tinggi – pemangkasan tidak diterapkan untuk urutan produksi induk – anak - cucu.
  6. Ukuran tandan yang kecil (jumlah sisir sedikit dengan berat rendah) sebagai akibat rendahnya jumlah pupuk yang digunakan.
  7. Perlindungan buah tidak diterapkan (bakal buah tidak dipindahkan, tandan palsu tidak dipotong, tidak ada pemangkasan sisir, bunga, dan daun dan pembersihan tandan untuk melindungi buah dari kerusakan akibat gesekan dengan daun dan agen mekanik lainnya).
  8. Tidak ada sistem pengendalian umur/mutu untuk panen. Panen menggunakan tanda visual seperti padatnya buah.
  9. Praktek pertanian yang baik dan standar sanitasi dan fito sanitasi kurang memadai.
  10. Beberapa lahan produksi terletak di bukit yang curam.
  11. Kurangnya irigasi dan system drainase.
  12. Akses terbatas terhadap input, materi, alat, peralatan yang diperlukan untuk produksi dan pasca panen. Kurangnya alat lapangan untuk pemangkasan, pengurangan daun, panen, dsb merupakan hal yang kronis dan hambatan utama.
  13. Insiden gesekan dan luka yang tinggi karenya kurangnya penanganan yang berorientasi pada perlindungan buah setelah panen. Tandan dipindahkan dari lapangan dengan tangan dan dikirimkan ke pusat pengumpulan dan distribusi melalui berbagai jenis kendaraan tanpa danya perlindungan.
  14. Kendala dalam penyediaan bibit dengan skala komersial seperti ketersediaan bibit unggul klonal yang seragam dalam jumlah banyak dan dapat tersedia dalam waktu yang relatif singkat.

2.2  Subsistem Yang Paling Berperan
            Subsistem yang paling berperan sesuai dengan permasalahan komoditi pisang ini adalah farming system. Agar hasil tanaman pisang dapat tumbuh dengan baik, hendaklah kita memilih rumpun bibit buah pisang yang baik dan sehat serta bebas dari penyakit maupun bakteri. Pembibitan dapat dilakukan melalui kultur jaringan. Dengan adanya farming system yang baik, hasil yang didapat dari tanaman buah pisang akan meningkat. Selain itu farming system yang didukung dengan research and development yang baik dapat meningkatkan produktivitas komoditi buah pisang sehingga eksport pisang dapat bersaing dipasar global.

2.3  Pengembangan Agribisnis
2.6.1. Analisis SWOT.
1. Kekuatan ( Strengths )
            Kekuatan yang terdapat pada komoditi pisang dibandingkan dengan buah-buahan lainnya adalah buah pisang merupakan komoditas buah tropis yang sangat popular di dunia.  Hal ini dikarenakan rasanya lezat, gizinya tinggi, dan harganya relatif murah. Pisang merupakan salah satu tanaman yang mempunyai prospek cerah di masa datang karena di seluruh dunia hampir setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang. Selain itu juga pisang mengandung kalium dalam dosis besar dan sedikit kromium, yang diperlukan untuk pembentukan enzim. Baik untuk divertikulitis, ulkus, kolitis, heartburn, dan kelelahan. Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar.
     Pisang merupakan salah satu bahan pangan penting di daerah tropika basah.  Buah yang masih berwarna hijau mengandung 40% karbohidrat dan 6% protein, vitamin dan mineral.  Satu ton buah pisang masak hijau mengandung sekitar 545 kg daging buah segaratau 218 kg daging buah kering, setara dengan 364 800 kalori. Hasil pengujian oleh Direktorat Gizi (1979) menunjuk­kan bahwa daging buah pisang mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi dan vitamin A, B, C, dan air.  Setiap 100 g daging buah pisang masak menghasil­kan kalori sebesar 68-127 kcal. Ditinjau dari segi enerji dan gizi, tanaman pisang dapat menggantikan kedudukan ubikayu.
Ditinjau dari nilai gizinya, daging buah (pulp) pisang mengandung air sebesar 70 %, karbohidrat 27 %, serat kasar 0,5 %, protein 1,2 %, lemak 0,3 %, abu 0,9 % dan vitamin serta mineral sebesar 0,1 %. Pada pisang yang masih hijau tetapi sudah cukup tua mempunyai kandungan karbohidrat sebesar 21 - 25 persen.
Selain itu tanaman pisang sangat mudah dibudidayakan dan cepat menghasilkan sehingga lebih disukai petani untuk dibudidayakan, contohnya saja di Indonesia tepatnya di Kabupaten Cianjur banyak ditanami pohon pisang, daerah ini sendiri mempunyai luas wilayah 350.148 Ha dengan jumlah penduduk 1.931.840 jiwa dan laju pertumbuhan penduduk 1,57 % merupakan potensi yang cukup besar. Kondisi alam kabupaten Cianjur yang subur mengandung kekayaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang sangat potensial dan merupakan modal dasar pembangunan. Lahan-lahan pertanian dan perkebunan sangat memungkinkan untuk ditingkatkan pengelolaan dan pengolahannya sehingga menjadi sumber kehidupan masyarakat. Lokasi kota Cianjur juga berada pada jalur utama ekonomi regional Jawa Barat memberikan kemudahan dalam memasarkan hasil produksi buah pisang tersebut.
2. Kelemahan ( Weaknesses )
            Ada kekuatan pasti ada kelemahan. Kelemahan pada komoditi pisang khususnya di Indonesia adalah kurangnya kepedulian pemerintah terhadap perkebunan maupun petani pisang karena pemerintah hanya sibuk mengurusi urusan politik saja urusan perkebunan khususnya pisang terlupakan. Alhasil Kualitas SDM relatif masih rendah dan banyak pula buah pisang yang terserang hama yang mengakibatkan produksi buah pisang menurun. Sebenaranya industri pengolahan pisang di Indonesia sudah mampu memasok pasar domestik dan juga sudah mulai mengekspor. Namun terbatasnya daya serap pasar domestik dan persaingan pasar yang semakin ketat, sehingga kesinambungan industri pengolahan masih kurang lancar. Hal ini dikarenakan rendahnya daya saing produk pada aspek jaminan mutu / penerapan HACCP (Hazard Analytical Critical Control Point) dan jaminan suplai, manajemen distribusi, time delivery, cost efficiency,  product appearance,  tuntutan atribut produk misalnya kesesuaian dengan ISO series (ecolabeling, ecoefficiency), dll sesuai dengan  tuntutan pasar.  
Keseluruhan aspek tersebut merupakan hambatan ekspor yang menurut tatacara aturan perdagangan global  WTO dimasukkan dalam kategori SPS (Sanitary dan Phytosanitary) dan TBT (Technical Barrier to Trade). Misalnya saja Negra Jepang yang menolak masuknya beberapa buah-buahan Indonesia seperti pisang dan beberapa jenis buah-buahan lainnya dengan alasan lalat buah. Dalam hal ini Indonesia tidak mengajukan protes ke Komisi SPS WTO karena kenyataannya memang terjadi di Indonesia dan Indonesia sejauh ini belum mampu mengatasinya, dan masih banyak lagi kelemahan lainnya. Kelemahan - kelemahan ini terjadi tidak lain dan tidak bukan karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkebunan pisang.
3. Peluang ( Opportunities )
   Sebenarnya buah pisang  mempunyai peluang yang cukup besar. Hal ini karena buah pisang mudah didapat sehingga besarnya angka konsumsi buah pisang yang tak berhenti akan membuat peluang ekspor menjadi lebih besar dimasa mendatang. Dan banyaknya pengusaha - pengusaha menjadikan pisang sebagai lahan bisnis baru yang juga akan memperbesar peluang produksi pisang. Keuntungan yang di peroleh dari produksi pisang juga sangat besar, misalkan saja Usaha tani pisang yang sekarang dilakukan oleh penduduk umumnya masih tergolong "low input”, sehingga secara ekonomis memberikan keuntungan petani. Tabel 1 dan 2 menyajikan analisis finansial usahatani pisang rakyat.
Analisis kelayakan ekonomis usahatani pisang secara monokultur menunjukkan prospek yang sangat menguntungkan, terutama Kultivar Ambon dan Sobo (Tabel 3). Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa pisang adalah tanaman yang telah lazim di jawa Timur. Oleh karean itu pisang dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara sederhana dapat berkembang biak dengan baik. Dengan demikian untuk meningkatkan populasi, dan produksi buah pisang, akan dilaksanakan Sentra Pengembangan Agibisnis Komoditas Unggulan (SPAKU) Pisang. Selain itu di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang - peluang lain antara lain :
1. Otonomi Daerah
Paradigma baru penyelenggaraan pemerintahan dengan lahirnya UU No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, merubah pola sentralistik menjadi
desentralistik.
2. Pasar Terbuka
Hasil produksi Kabupaten Cianjur, khususnya dari sektor pertanian mudah untuk dipasarkan.
3. Diminati Investor
Potensi sumber daya alam di Kabupaten Cianjur banyak diminati kalangan masyarakat/dunia usaha untuk me-nanamkan modalnya.
4. Globalisasi
Ditandai dengan makin ketatnya standar persaingan / kompetisi untuk bekerja di berbagai sektor.
4. Kendala (Threats )
            Setiap kegiatan pasti mempunyai kendala, tak terkecuali dalam pengembangan produksi pisang. Kendala yang di hadapi dalam pengembangan pisang antara lain :
a.       Ketidakpastian iklim politik, situasi dan kondisi stabilitas nasional yang belum          sepenuhya pulih, secara langsung maupun tidak langsung berimbas pula pada goyahnya stabilitas daerah.
b.      Ketidakpastian perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi daerah tidak terlepas dari fenomena pertumbuhan ekonomi nasional.
c.       Ketidakmenentuan iklim global. Misalkan Kabupaten Cianjur sebagai daerah agraris yang pembangunannya bertumpu pada sektor pertanian sangat rentan terhadap ketidakmenentuan iklim global seperti fluktuasi musim hujan dan musim kemarau berkepanjangan.
Selain itu strategi pengembangan juga merupakan kendala dengan mencermati perkembangan neraca perdagangan ekspor impor produk pisang, perlu penanganan yang serius dari semua pihak terkait baik antar instansi pemerintah, swasta, pelaku / praktisi agribisnis serta stakeholder lainnya. Penanganan secara bersama-sama dengan mengintegrasikan strategi yang berorientasi internal dan eksternal yang dilakukan secara konsisten dan berkesungguhan. Penjabaran rinci dari perjanjan WTO dalam perdagangan produk pertanian yang harus dipatuhi dalam mengekspor produk pertanian adalah “Agreement on Agriculture” yang bertujuan meningkatkan akses pasar, pengurangan subsidi ekspor dan pengurangan bantuan kepada petani agar produksi petani menjadi lebih efisien.  Pemanfaatan perjanjian dan kesepakatan ini belum banyak dilakukan sehingga peluang untuk meningkatkan daya saing produk pertanian belum dapat dicapai.  Selama ini ketentuan WTO masih sering merupakan hambatan ekspor dari pada peluang peningkatan ekspor.
Penerapan SPS (Sanitary dan Phytosanitary) pada produk pertanian yang diperdagangkan harus memenuhi kebijakan standar sanitasi yang telah ditetapkan dimana ketentuan ini bertujuan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat, perlindungan hewan,tanaman dan lingkungan hidup.  SPS pada dasarnya tidak boleh menjadi hambatan yang tidak wajar dalam perdagangan internasional.  Selama ini ketentuan SPS masih merupakan hambatan ekspor bagi produk pertanian Indonesia, perlu diubah agar penerapan SPS dapat dijadikan dorongan bagi peningkatan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar Global.  
Operasional  penyebaran dan pengembangan komoditi pisang juga mempunyai kendala, misalnya peyebaran bibit pisang yang kurang merata, pemasaran hasil produksi, hama dan penyakit serta cara penanaman yang kurang baik. Hal - hal inilah yang merupakan kendala - kendala yang di hadapi dalam pengembangan produksi pisang. Seandainya kendala - kendala ini dapat diatasi mungkin produksi pisang tiap tahunnya dapat meningkat.
Segmen Pasar
            Segmen pasar yang ditawarkan oleh buah pisang adalah dengan keanekaragaman jenis buah pisang seperti: pisang cavendish (merupakan buah pisang yang sangat digemari oleh konsumen baik lokal maupun mancanegara), pisang raja, pisang barangan, pisang jambe, pisang raja sere, pisang kapok, pisang bali, pisang mas, pisang lampung, dan sebagainya. Selain itu, standar mutu lain yang harus dipenuhi adalah pengelompokkan buah pisang, bentuk fisik buah pisang (ketahanan buah pisang terhadap hama penyakit), maupun kebersihannya untuk menjaga kepercayaan konsumen.
Disamping itu mereka memperketat sortasi buah pisang yang diterima dari petani/kelompok tani sehingga tidak semua produk yang dihasilkan petani/kelompok tani dapat diterima oleh segmen pasar.

2.4 Pengembangan Komoditi Agribisnis Berdasarkan Bauran Pemasaran (4P)
2.7.1. Bagaimana 4P Digunakan.
1. Product     
Didalam pasar dunia, diantara sekian banyak jenis buah pisang, buah pisang cavendishlah yang merupakan produk unggulannya. Hal ini dikarenakan buah pisang cavendish telah sesuai dengan permintaan segmen pasar, Pisang Cavendish di Indonesia lebih dikenal dengan Pisang Ambon Putih.  Varietas yang dikembangkan di SEAMEO BIOTROP adalah jenis Pisang Cavendish Grand Naim yang banyak dijual di supermarket sebagai pisang meja yaitu pisang yang dihidangkan langsung untuk dikonsumsi.  Pisang Cavendish juga banyak dijadikan sebagai konsumsi pabrik puree, tepung pisang sebagai bahan makanan bayi.
Karena buah pisang sangat bergizi dan merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat menyebabkan meningkatnya permintaan buah pisang untuk kebutuhan lokal maupun untuk ekspor,bentuk dan ukuran buah, cara pengemasan dan rasa yang lebih enak mendorong konsumen untuk lebih banyak membeli baik berupa buah pisang segar maupun pisang olahan. Beberapa macam hasil olahan buah pisang seperti:sale pisang, tepung pisang, sari buah pisang, anggur pisang, keripik pisang, jem pisang, buah pisang dalam sirup, tape pisang, dan lain-lain.
      2.  Price         
Pemasaran buah pisang dilakukan dengan menentukan harga yang sesuai dengan produk dilihat dari standar mutu buah pisang, agar buah pisang dapat laku dipasaran. Harga pisang disesuaikan oleh mutu dan varietasnya.
3. Promotion
Salah satu kegiatan promosi dilakukan adalah dengan pemberian nama merk/label pada buah pisang terutama pada buah pisang olahan. Misalnya pada pisang Monkey ditemple 2 buah lebel kertas nama perusahaan pada kulit pisang. Sedangkan label kertas nama pisang cavendish ditempel diatas plastik pembungkus. Sedangkan pisang Cavendish yang baru di impor plastiknya sudah terdapat tulisan nama perusahaannya. Selain label tersebut produk yang baru masuk juga diberikan label keterangan mengenai 5 macam kelebihan pisang tersebut yaitu pertama ditanam di daerah pegunungan yang ternama, kedua ditanam di daerah dengan ketinggian 500 m, ketiga berasal dari pulau yang banyak terdapat guano sehingga tidak menggunakan pupuk kimia, keempat pengairan menggunakan air yang bersih, kelima warna kulit bagus tanpa treatment bahan kimia. Hal ini sangat mempengaruhi kegiatan promosi,karena dapat menampilkan kualitas pisang sehingga konsumen akan tertarik.Selain itu, bentuk pengemasan yang bagus merupakan faktor penarik produk apalagi saat dipromosikan melalui media.Pengemasan bisa berupa peti kayu,keranjang bambu,dikemas dalam daun kering maupun dengan plastik. Buah yang dikemas penampilannya lebih menarik
4.    Place
            Tempat penjualan yang dipilih adalah tempat yang berada dekat dengan pasar, baik pasar nasional maupun pasar internasional. Biasanya buah pisang dijual dipasar buah atau disupermarket. Buah pisang dapat dipasarkan secara langsung dari tangan produsen maupun secara tidak langsung melalui perantara (pasar).
2.7.2. Pertimbangan Yang Diterapkan Pengusaha Agribisnis.
Suatu perusahaan bisa sukses apabila dapat melaksanakan strategi bauran pemasaran atau yang biasa disebut marketing mix, yang terdiri dari 4P yaitu product, price, promotion, dan place serta 1S yaitu costumer services. Dalam menghadapi persaingan global, perusahaan harus mengetahui selera konsumen agar produksi yang dihasilkan dapat menguntungkan bagi perusahaan. Dalam prinsip pemasaran, perusahaan meyakini bahwa suatu produk tidak akan pernah sesuai dengan keseluruhan pasar. Oleh karena itu, maka pemasar yang baik adalah orang yang dapat menentukan dengan tepat apa yang harus dijual secara tepat kepada konsumen. Selanjutnya, bagaimana perusahaan dapat memberikan kepuasan kepada segmen yang sesuai.
            Selain dari itu,perusahaan dalam melaksanakan kegiatan produksi haruslah ramah lingkungan,dalam artian tidak merusak lingkungan sekitar dengan membuang limbah produksi sembarangan dan sebisa mungkin limbah tersebut bisa didaur ulang,sehingga terciptalah keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan,dan juga untuk memproduksi buah pisang sebaiknya menggunakan bahan-bahan alami dan mengurangi bahan kimia sehingga menghasilkan jenis pisang organik yang sehat dan bergizi.

2.5 Atribut Kualitas Komoditi Pisang
Agar kualitas buah pisang yang dihasilkan sesuai dengan standar internasional, diperlukannya atribut kualitas yang baik dalam mengolah atau memproses yang menjadi berbagai macam produk. Atribut kualitas yang digunakan antara lain:
a.         Bahan baku yang dipakai memiliki kualitas yang baik, karena bahan baku buah pisang merupakan faktor utama yang harus terjamin baik kuantitas maupun kontinuitas. Buah pisang memiliki rasa yang enak, selain itu mengandung nilai gizi yang cukup banyak.
b.        Berbagai macam manfaat buah pisang, salah satunya adalah dapat diolah untuk menjadi makanan olahan pisang yaitu keripik, sale dan sebagainya.
c.         Standar buah pisang mengacu pada SNI-01-4229-1996 yaitu berdasarkan persyaratan klasifikasi dan standar mutu pisang. Untuk mengetahui dan mencapai syarat mutu pisang harus melakukan pengujian yang meliputi  Penentuan keseragaman kultivar, Penetuan keseragaman ukuran buah, Penentuan tingkat ketuaan, Penentuan tingkat kerusakan fisik/mekanis, dan Penentuan kadar kotoran. Adapun klasifikasi pisang berdasarkan: panjang jari (cm),berat isi (kg),dan diameter pisang (cm).




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
            Tanaman pisang merupakan tanaman yang sangat sederhana. Walaupun demikian, tanaman pisang mempunyai banyak manfaat, salah satunya adalah dapat diolah menjadi macam-macam bentuk makanan olahan seperti keripik pisang, sale pisang, dan lain-lain. Indonesia merupakan negara tropis, sangat subur untuk sebagian besar tanaman, termasuk buah pisang. Buah pisang dapat tumbuh dimana-mana, baik sebagai tanaman sela, batas/pagar disekitar rumah dan dipekarangan-pekarangan termasuk kebun. Oleh sebab itu, tanaman pisang dalam pembangunan negara dapat merupakan suatu sumber devisa negara yang sangat baik.
            Buah pisang mempunyai peluang eksport menggairahkan yang tidak kalah saing dengan buah-buah lainnya. Pisang mempunyai keunggulan antara lain:
a.         Mempunyai prospek pasar yang baik.
b.        Mempunyai potensi pengembangan yang luas.
c.         Memiliki nilai ekonomis/jual yang tinggi dan menguntungkan
           
3.2  Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penulisan ini adalah sebaiknya pemerintah dan aparat desa lebih memperhatikan masyarakat dan sering memberikan pelatihan untuk menambah keahlian dan ketrampilan masyarakat sehingga masyarakat memiliki modal dalam bentuk pengetahuan dan keahlian dalam penanaman pisang agar dapat tumbuh dan berkembang lebih baik dan perkebunan pisang berpotensi sebagai unit usaha yang mampu menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk yang tingkat pendidikan pada umumnya relatif rendah sehingga diharapkan pemerintah selalu memperhatikan produk hasil olahan pisang, hal ini dapat ditempuh dengan mengalokasikan kemudahan kredit dengan bunga yang ringan untuk industri rumah tangga, memberikan kemudahan-kemudahan dalam perizinan, selain itu pemerintah juga harus memperhatikan pemasaran produk-produk hasil olahan pisang tersebut.
            Selain itu, agar dapat memproduksi buah pisang dengan baik, gunakanlah budidaya standar internasional yang telah ditetapkan dengan sistem tekhnologi yang canggih supaya buah pisang dapat bersaing dengan buah-buah lainnya dipasar global, sekaligus meningkatkan pendapatan devisa negara melalui ekspor.
            Buah pisang yang penampilannya kurang menarik, harganya menjadi sangat murah. Buah pisang itu dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan mengolahnya menjadi makanan buah pisang olahan.





















DAFTAR PUSTAKA

Abidin A.Sukarti, Bertanam buah-buahan di Pekerangan (Bogor : Bagian hortikultura Departemen Agronomi IPB, 1977).
Anonim, Anjuran Pemupukan Tanaman Jeruk dan Pisang, Liptan, BIP Departemen Pertanian Jawa Timur, No. 13, tahun 1988.
_______, Banpres Pisang dan Kambing Gunung Kidul, Sinar Tani, 25 Januari 1989.
______,Bertanam Pohon buah-buahan, Seri Pembangunan Desa (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1980).
______, Hama dan Penyakit Tanaman (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1974).
_______, Penyakit Pisang di Indonesia, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, No. 2, Vol. 6, Maret 1989.
_______, Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang Bahan-bahan Tambahan Makanan (Jakarta : Proyek Peningkatan Keamanan Makanan Departemen Kesehatan RI, 1979).
_______, Pisang (Jakarta : Pusat Penelitian Hortikultura Pasar Minggu, 1989).
Djamal-Har. A., Manfaat Batang Pisang untuk Pupuk Kompos, Sinar Tani, 26 Agustus 1989.
Lembaga Biologi Nasional, Manfaat Buah Pisang, Sinar Tani, 12 April 1989.
Rukmana Rahmat, Citra Pisang Sebagai Komoditi Perdagangan, Sinar Tani, 8 februari 1989.
Satuhu Suyanti BSc dan Ahmad Supriyadi, Pisang, Jakarta : PT. Penebar Swadaya,1998.
Sudarmo Widayati M., Rahasia di Balik Bonggol dan Bunga Pisang, Sinat Tani, 3 Oktober 1987.
Sumartono, Pisang (Jakarta : Bumi Restu, 1981).
Utami Dewi, Pengaruh Lama Penyimpanan Bahan Baku Terhadap Mutu Keripik Pisang, Evaluasi Hasil-hasil Penelitian Pasca Panen Holtikultura selama Pelita III (Jakarta : SBPHP, 1982).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar