BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pisang mempunyai nama latin “Musa Paradisiaca“. Nama musa diambil dari nama seorang dokter
kaisar Romawi Octavianus Augustus yang bernama “Antonius Musa”. Sesuai dengan
kemajuan tekhnologi, budidaya pisang pun mengalami kemajuan pesat. Budidaya
buah pisang saat ini tidak hanya dilakukan sambil lalu, tetapi telah dilakukan
secara intensif, terutama pisang untuk keperluan eksport.
Pada masyarakat Asia Tenggara, diduga
buah pisang telah lama dimanfaatkan. Masyarakat di daerah itu, saat
berkebudayaan pengumpul (food gathering), telah menggunakan tunas dan pelepah
buah pisang sebagai bagian dari sayur. Bagian-bagian lain dari tanaman pisang
pun telah dimanfaatkan seperti saat ini. Pada saat kebudayaan pertanian menetap
dimulai, buah pisang termasuk tanaman pertama yang dipelihara.
Maka dari itu, ahli sejarah dan botani mengambil kesimpulan bahwa asal
mula tanaman pisang adalah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.India merupakan
negara yang memiliki tulisan pertama tentang budidaya pisang,disebutkan bahwa
pemeliharaan itu dilakukan di Epics: Pali Boeddhist, 500-600 SM, yang
menyebutkan bahwa “buah sebesar taring”itu memeng disukai oleh
binatang-binatang bertaring dan bertanduk.Di China,awal kebudayaan pisang
dimulai dan terpusat di Yangtze dan sungai kuning. Tanaman pisang juga
berkembang Amerika Selatan dan Tengah berasal dari Afrika Barat sekitar tahun
1500, yang akhirnya menyebar ke seluruh daratan Amerika.
.Buah pisang juga banyak memberikan
manfaat untuk berbagai keperluan hidup manusia. Selain buahnya, bagian tanaman
lainpun bisa dimanfaatkan, mulai dari bonggol sampai daun. Buah pisang selain
dalam bentuk segar, dapat juga diolah menjadi makanan olahan, seperti: sale
pisang, keripik pisang, dan lain-lain.
1.2 Tujuan
Tujuan
penyusunan makalah ini agar pembaca mengetahui bahwa tanaman pisang merupakan
tanaman serba guna, mulai dari bagian bawah (bonggol) sampai bagian atas (bunga
pisang) dapat dimanfaatkan serta mengetahui nilai ekonomis yang dihasilkan dari
buah pisang. Selain itu, pisang yang berkualitas juga mempunyai potensi dan
prospek usaha yang cukup besar dalam peluang dan konsumsinya agar dapat
bersaing dengan buah-buahan lainnya sehingga dapat meningkatkan nilai ekspor
buah pisang dipasar global.
Dan tujuan lain dari makalah ini adalah
untuk mengajak dan menghimbau masyarakat untuk memulai mananam pisang agar bisa
membantu perekonomian keluarga, untuk mengajarkan tahapan apa saja yang harus dilakukan masyarakat jika
ingin menanam pisang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan Buah Pisang Dari Segi Agribisnis
Kendala utama
yang kini dihadapi dibeberapa sentra produksi buah pisang dalam 10 tahun
terakhir ini adalah serangan layu Fusarium dan bakteri yang mengakibatkan
kerusakan cukup luas dan sulit ditanggulangi. Kemampuan untuk mengendalikan
layu pisang masih terbatas, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun
kemampuan finansial. Apabila kita asumsikan bahwa tanaman yang terserang
tersebut akan rusak dan mengakibatkan gagal panen, mutu serta penampilan luar
buah pisang yang kurang menarik, maka secara finansial/perhitungan ekonomi,
petani akan menderita kerugian sebesar ± 18 milyar rupiah (estimasi harga
pisang Rp. 10.000,- per tandan). Selain itu, pisang yang bermutu rendah akan
mengakibatkan kelesuan pada eksport buah pisang yang seharusnya tidak terjadi,
apabila segala syarat pembudidayaan buah pisang dilakukan secara intensif
dengan tekhnologi yang maju. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada
meningkatnya harga jual buah pisang dipasar.
Adapun kendala-kendala lainnya yang pernah terjadi adalah
sbb :
- Tingginya
penyakit Sigatoka Hitam yang menyebabkan daun yang rendah pada saat panen
(kurang dari 6 per pohon) dan mengakibatkan kurangnya potensi produksi
sebesar 30% karena berat tandan yang berkurang. Penyakit ini juga
mengakibatkan matangnya pisang terlalu dini sehingga buah beresiko saat
dikirimkan ke pasar yang jaraknya jauh.
- Kepadatan
populasi yang rendah dan manajemen populasi pohon yang kurang
- Kerusakan
buah yang parah karena karat.
- Tingkat
tunas yang rendah – hanya sedikit anak tunas akar dari pohon induk, dan
pemilihan tunas yang kurang baik.
- Insiden
doble dan triple yang tinggi – pemangkasan tidak diterapkan untuk urutan
produksi induk – anak - cucu.
- Ukuran
tandan yang kecil (jumlah sisir sedikit dengan berat rendah) sebagai
akibat rendahnya jumlah pupuk yang digunakan.
- Perlindungan
buah tidak diterapkan (bakal buah tidak dipindahkan, tandan palsu tidak
dipotong, tidak ada pemangkasan sisir, bunga, dan daun dan pembersihan tandan
untuk melindungi buah dari kerusakan akibat gesekan dengan daun dan agen
mekanik lainnya).
- Tidak ada
sistem pengendalian umur/mutu untuk panen. Panen menggunakan tanda visual
seperti padatnya buah.
- Praktek
pertanian yang baik dan standar sanitasi dan fito sanitasi kurang memadai.
- Beberapa
lahan produksi terletak di bukit yang curam.
- Kurangnya
irigasi dan system drainase.
- Akses
terbatas terhadap input, materi, alat, peralatan yang diperlukan untuk
produksi dan pasca panen. Kurangnya alat lapangan untuk pemangkasan,
pengurangan daun, panen, dsb merupakan hal yang kronis dan hambatan utama.
- Insiden
gesekan dan luka yang tinggi karenya kurangnya penanganan yang
berorientasi pada perlindungan buah setelah panen. Tandan dipindahkan dari
lapangan dengan tangan dan dikirimkan ke pusat pengumpulan dan distribusi
melalui berbagai jenis kendaraan tanpa danya perlindungan.
- Kendala
dalam penyediaan bibit dengan skala komersial seperti ketersediaan bibit
unggul klonal yang seragam dalam jumlah banyak dan dapat tersedia dalam
waktu yang relatif singkat.
2.2 Subsistem Yang Paling Berperan
Subsistem yang
paling berperan sesuai dengan permasalahan komoditi pisang ini adalah farming
system. Agar hasil tanaman pisang dapat tumbuh dengan baik, hendaklah kita
memilih rumpun bibit buah pisang yang baik dan sehat serta bebas dari penyakit
maupun bakteri. Pembibitan dapat dilakukan melalui kultur jaringan. Dengan
adanya farming system yang baik, hasil yang didapat dari tanaman buah pisang
akan meningkat. Selain itu farming system yang didukung dengan research and
development yang baik dapat meningkatkan produktivitas komoditi buah pisang
sehingga eksport pisang dapat bersaing dipasar global.
2.3 Pengembangan Agribisnis
2.6.1. Analisis
SWOT.
1. Kekuatan ( Strengths )
Kekuatan
yang terdapat pada komoditi pisang dibandingkan dengan buah-buahan lainnya
adalah buah pisang merupakan komoditas buah tropis yang sangat popular di
dunia. Hal ini dikarenakan rasanya lezat, gizinya tinggi, dan harganya
relatif murah. Pisang merupakan salah satu tanaman yang mempunyai prospek cerah
di masa datang karena di seluruh dunia hampir setiap orang gemar mengkonsumsi
buah pisang. Selain itu juga pisang mengandung kalium dalam dosis besar
dan sedikit kromium, yang diperlukan untuk pembentukan enzim. Baik untuk
divertikulitis, ulkus, kolitis, heartburn, dan kelelahan. Secara tradisional,
air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan
usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan
penawar.
Pisang merupakan salah satu bahan pangan
penting di daerah tropika basah. Buah
yang masih berwarna hijau mengandung 40% karbohidrat dan 6% protein, vitamin
dan mineral. Satu ton buah pisang masak
hijau mengandung sekitar 545 kg daging buah segaratau 218 kg daging buah
kering, setara dengan 364 800 kalori. Hasil pengujian oleh Direktorat Gizi
(1979) menunjukkan bahwa daging buah pisang mengandung protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, fosfor, besi dan vitamin A, B, C, dan air. Setiap 100 g daging buah pisang masak
menghasilkan kalori sebesar 68-127 kcal. Ditinjau dari
segi enerji dan gizi, tanaman pisang dapat menggantikan kedudukan ubikayu.
Ditinjau dari
nilai gizinya, daging buah (pulp) pisang mengandung air sebesar 70 %,
karbohidrat 27 %, serat kasar 0,5 %, protein 1,2 %, lemak 0,3 %, abu 0,9 % dan
vitamin serta mineral sebesar 0,1 %. Pada pisang yang masih hijau tetapi sudah
cukup tua mempunyai kandungan karbohidrat sebesar 21 - 25 persen.
Selain itu tanaman pisang sangat mudah
dibudidayakan dan cepat menghasilkan sehingga lebih disukai petani untuk
dibudidayakan, contohnya saja di Indonesia tepatnya di Kabupaten Cianjur banyak
ditanami pohon pisang, daerah ini sendiri mempunyai luas wilayah 350.148 Ha
dengan jumlah penduduk 1.931.840 jiwa dan laju pertumbuhan penduduk 1,57 %
merupakan potensi yang cukup besar. Kondisi alam kabupaten Cianjur yang subur
mengandung kekayaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang sangat potensial
dan merupakan modal dasar pembangunan. Lahan-lahan pertanian dan perkebunan
sangat memungkinkan untuk ditingkatkan pengelolaan dan pengolahannya sehingga
menjadi sumber kehidupan masyarakat. Lokasi kota Cianjur juga berada pada jalur
utama ekonomi regional Jawa Barat memberikan kemudahan dalam memasarkan hasil
produksi buah pisang tersebut.
2. Kelemahan ( Weaknesses )
Ada
kekuatan pasti ada kelemahan. Kelemahan pada komoditi pisang khususnya di
Indonesia adalah kurangnya kepedulian pemerintah terhadap perkebunan maupun
petani pisang karena pemerintah hanya sibuk mengurusi urusan politik saja
urusan perkebunan khususnya pisang terlupakan. Alhasil Kualitas SDM relatif
masih rendah dan banyak pula buah pisang yang terserang hama yang mengakibatkan
produksi buah pisang menurun. Sebenaranya industri pengolahan pisang di Indonesia
sudah mampu memasok pasar domestik dan juga sudah mulai mengekspor. Namun
terbatasnya daya serap pasar domestik dan persaingan pasar yang semakin ketat,
sehingga kesinambungan industri pengolahan masih kurang lancar. Hal ini
dikarenakan rendahnya daya saing produk pada aspek jaminan mutu / penerapan HACCP (Hazard Analytical Critical Control
Point) dan jaminan suplai, manajemen distribusi, time delivery, cost
efficiency, product appearance, tuntutan
atribut produk misalnya kesesuaian dengan ISO series (ecolabeling, ecoefficiency), dll sesuai dengan tuntutan pasar.
Keseluruhan aspek tersebut merupakan
hambatan ekspor yang menurut tatacara aturan perdagangan global WTO dimasukkan dalam kategori SPS (Sanitary dan Phytosanitary) dan TBT (Technical Barrier to Trade). Misalnya
saja Negra Jepang yang menolak masuknya beberapa buah-buahan Indonesia seperti
pisang dan beberapa jenis buah-buahan lainnya dengan alasan lalat buah. Dalam
hal ini Indonesia tidak mengajukan protes ke Komisi SPS WTO karena kenyataannya
memang terjadi di Indonesia dan Indonesia sejauh ini belum mampu mengatasinya,
dan masih banyak lagi kelemahan lainnya. Kelemahan - kelemahan ini terjadi
tidak lain dan tidak bukan karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap
perkebunan pisang.
3. Peluang ( Opportunities )
Sebenarnya buah
pisang mempunyai peluang yang cukup
besar. Hal ini karena buah pisang mudah didapat sehingga besarnya angka
konsumsi buah pisang yang tak berhenti akan membuat peluang ekspor menjadi
lebih besar dimasa mendatang. Dan banyaknya pengusaha - pengusaha menjadikan
pisang sebagai lahan bisnis baru yang juga akan memperbesar peluang produksi
pisang. Keuntungan yang di peroleh dari produksi pisang juga sangat besar,
misalkan saja Usaha tani pisang yang sekarang dilakukan oleh penduduk umumnya
masih tergolong "low input”,
sehingga secara ekonomis memberikan keuntungan petani. Tabel 1 dan 2 menyajikan
analisis finansial usahatani pisang rakyat.
Analisis
kelayakan ekonomis usahatani pisang secara monokultur menunjukkan prospek yang
sangat menguntungkan, terutama Kultivar Ambon dan Sobo (Tabel 3). Sebagaimana
dikemukakan di atas bahwa pisang adalah tanaman yang telah lazim di jawa Timur.
Oleh karean itu pisang dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak
memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara sederhana dapat berkembang biak
dengan baik. Dengan demikian untuk meningkatkan populasi, dan produksi buah
pisang, akan dilaksanakan Sentra Pengembangan Agibisnis Komoditas Unggulan
(SPAKU) Pisang. Selain itu di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang - peluang
lain antara lain :
1. Otonomi Daerah
Paradigma baru penyelenggaraan
pemerintahan dengan lahirnya UU No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, merubah pola
sentralistik menjadi
desentralistik.
2. Pasar Terbuka
Hasil produksi Kabupaten Cianjur,
khususnya dari sektor pertanian mudah untuk dipasarkan.
3. Diminati Investor
Potensi sumber daya alam di Kabupaten
Cianjur banyak diminati kalangan masyarakat/dunia usaha untuk me-nanamkan
modalnya.
4. Globalisasi
Ditandai dengan makin ketatnya standar
persaingan / kompetisi untuk bekerja di berbagai sektor.
4. Kendala (Threats )
Setiap kegiatan
pasti mempunyai kendala, tak terkecuali dalam pengembangan produksi pisang.
Kendala yang di hadapi dalam pengembangan pisang antara lain :
a. Ketidakpastian
iklim politik, situasi dan kondisi stabilitas nasional yang belum sepenuhya pulih, secara langsung
maupun tidak langsung berimbas pula pada goyahnya stabilitas daerah.
b. Ketidakpastian
perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi daerah tidak terlepas dari fenomena
pertumbuhan ekonomi nasional.
c. Ketidakmenentuan
iklim global. Misalkan Kabupaten Cianjur sebagai daerah agraris yang
pembangunannya bertumpu pada sektor pertanian sangat rentan terhadap
ketidakmenentuan iklim global seperti fluktuasi musim hujan dan musim kemarau
berkepanjangan.
Selain itu strategi pengembangan juga
merupakan kendala dengan mencermati perkembangan neraca perdagangan ekspor
impor produk pisang, perlu penanganan yang serius dari semua pihak terkait baik
antar instansi pemerintah, swasta, pelaku / praktisi agribisnis serta
stakeholder lainnya. Penanganan secara bersama-sama dengan mengintegrasikan
strategi yang berorientasi internal dan eksternal yang dilakukan secara
konsisten dan berkesungguhan. Penjabaran rinci dari perjanjan WTO dalam
perdagangan produk pertanian yang harus dipatuhi dalam mengekspor produk
pertanian adalah “Agreement on
Agriculture” yang bertujuan meningkatkan akses pasar, pengurangan subsidi
ekspor dan pengurangan bantuan kepada petani agar produksi petani menjadi lebih
efisien. Pemanfaatan perjanjian dan
kesepakatan ini belum banyak dilakukan sehingga peluang untuk meningkatkan daya
saing produk pertanian belum dapat dicapai.
Selama ini ketentuan WTO masih sering merupakan hambatan
ekspor dari pada peluang peningkatan ekspor.
Penerapan SPS (Sanitary dan Phytosanitary) pada produk pertanian yang
diperdagangkan harus memenuhi kebijakan standar sanitasi yang telah ditetapkan
dimana ketentuan ini bertujuan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan
masyarakat, perlindungan hewan,tanaman dan lingkungan hidup. SPS pada dasarnya tidak boleh menjadi
hambatan yang tidak wajar dalam perdagangan internasional. Selama ini ketentuan SPS masih merupakan
hambatan ekspor bagi produk pertanian Indonesia, perlu diubah agar penerapan
SPS dapat dijadikan dorongan bagi peningkatan daya saing produk pertanian
Indonesia di pasar Global.
Operasional penyebaran dan pengembangan komoditi pisang
juga mempunyai kendala, misalnya peyebaran bibit pisang yang kurang merata,
pemasaran hasil produksi, hama dan penyakit serta cara penanaman yang kurang
baik. Hal - hal inilah yang merupakan kendala - kendala yang di hadapi dalam
pengembangan produksi pisang. Seandainya kendala - kendala ini dapat diatasi
mungkin produksi pisang tiap tahunnya dapat meningkat.
Segmen Pasar
Segmen pasar
yang ditawarkan oleh buah pisang adalah dengan keanekaragaman jenis buah pisang
seperti: pisang cavendish (merupakan buah pisang yang sangat digemari oleh
konsumen baik lokal maupun mancanegara), pisang raja, pisang barangan, pisang
jambe, pisang raja sere, pisang kapok, pisang bali, pisang mas, pisang lampung,
dan sebagainya. Selain itu, standar mutu lain yang harus dipenuhi adalah
pengelompokkan buah pisang, bentuk fisik buah pisang (ketahanan buah pisang
terhadap hama penyakit), maupun kebersihannya untuk menjaga kepercayaan
konsumen.
Disamping itu
mereka memperketat sortasi buah pisang yang diterima dari petani/kelompok tani
sehingga tidak semua produk yang dihasilkan petani/kelompok tani dapat diterima
oleh segmen pasar.
2.4 Pengembangan Komoditi Agribisnis
Berdasarkan Bauran Pemasaran (4P)
2.7.1.
Bagaimana 4P Digunakan.
1. Product
Didalam pasar dunia, diantara sekian
banyak jenis buah pisang, buah pisang cavendishlah yang merupakan produk
unggulannya. Hal ini dikarenakan buah pisang cavendish telah sesuai dengan
permintaan segmen pasar, Pisang Cavendish di Indonesia lebih dikenal dengan
Pisang Ambon Putih. Varietas yang dikembangkan di SEAMEO BIOTROP adalah
jenis Pisang Cavendish Grand Naim yang banyak dijual di supermarket sebagai
pisang meja yaitu pisang yang dihidangkan langsung untuk dikonsumsi.
Pisang Cavendish juga banyak dijadikan sebagai konsumsi pabrik puree, tepung
pisang sebagai bahan makanan bayi.
Karena buah pisang sangat bergizi dan
merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat menyebabkan meningkatnya
permintaan buah pisang untuk kebutuhan lokal maupun untuk ekspor,bentuk dan
ukuran buah, cara pengemasan dan rasa yang lebih enak mendorong konsumen untuk
lebih banyak membeli baik berupa buah pisang segar maupun pisang olahan.
Beberapa macam hasil olahan buah pisang seperti:sale pisang, tepung pisang,
sari buah pisang, anggur pisang, keripik pisang, jem pisang, buah pisang dalam
sirup, tape pisang, dan lain-lain.
2. Price
Pemasaran buah pisang dilakukan dengan
menentukan harga yang sesuai dengan produk dilihat dari standar mutu buah
pisang, agar buah pisang dapat laku dipasaran. Harga pisang disesuaikan oleh
mutu dan varietasnya.
3. Promotion
Salah satu kegiatan promosi dilakukan
adalah dengan pemberian nama merk/label pada buah pisang terutama pada buah
pisang olahan. Misalnya pada pisang Monkey ditemple 2 buah lebel kertas nama
perusahaan pada kulit pisang. Sedangkan label kertas nama pisang cavendish
ditempel diatas plastik pembungkus. Sedangkan pisang Cavendish yang baru di
impor plastiknya sudah terdapat tulisan nama perusahaannya. Selain label
tersebut produk yang baru masuk juga diberikan label keterangan mengenai 5
macam kelebihan pisang tersebut yaitu pertama ditanam di daerah pegunungan yang
ternama, kedua ditanam di daerah dengan ketinggian 500 m, ketiga berasal dari
pulau yang banyak terdapat guano sehingga tidak menggunakan pupuk kimia,
keempat pengairan menggunakan air yang bersih, kelima warna kulit bagus tanpa
treatment bahan kimia.
Hal ini sangat
mempengaruhi kegiatan promosi,karena dapat menampilkan kualitas pisang sehingga
konsumen akan tertarik.Selain itu, bentuk pengemasan yang bagus merupakan
faktor penarik produk apalagi saat dipromosikan melalui media.Pengemasan bisa
berupa peti kayu,keranjang bambu,dikemas dalam daun kering maupun dengan
plastik. Buah yang dikemas penampilannya lebih menarik
4. Place
Tempat penjualan yang dipilih adalah
tempat yang berada dekat dengan pasar, baik pasar nasional maupun pasar
internasional. Biasanya buah pisang dijual dipasar buah atau disupermarket.
Buah pisang dapat dipasarkan secara langsung dari tangan produsen maupun secara
tidak langsung melalui perantara (pasar).
2.7.2. Pertimbangan Yang Diterapkan Pengusaha Agribisnis.
Suatu perusahaan bisa sukses apabila
dapat melaksanakan strategi bauran pemasaran atau yang biasa disebut marketing
mix, yang terdiri dari 4P yaitu product, price, promotion, dan place serta 1S
yaitu costumer services. Dalam menghadapi persaingan global, perusahaan harus
mengetahui selera konsumen agar produksi yang dihasilkan dapat menguntungkan
bagi perusahaan. Dalam prinsip pemasaran, perusahaan meyakini bahwa suatu
produk tidak akan pernah sesuai dengan keseluruhan pasar. Oleh karena itu, maka
pemasar yang baik adalah orang yang dapat menentukan dengan tepat apa yang
harus dijual secara tepat kepada konsumen. Selanjutnya, bagaimana perusahaan
dapat memberikan kepuasan kepada segmen yang sesuai.
Selain dari itu,perusahaan dalam
melaksanakan kegiatan produksi haruslah ramah lingkungan,dalam artian tidak
merusak lingkungan sekitar dengan membuang limbah produksi sembarangan dan
sebisa mungkin limbah tersebut bisa didaur ulang,sehingga terciptalah
keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan,dan juga untuk memproduksi buah
pisang sebaiknya menggunakan bahan-bahan alami dan mengurangi bahan kimia
sehingga menghasilkan jenis pisang organik yang sehat dan bergizi.
2.5 Atribut
Kualitas Komoditi Pisang
Agar kualitas buah pisang yang
dihasilkan sesuai dengan standar internasional, diperlukannya atribut kualitas
yang baik dalam mengolah atau memproses yang menjadi berbagai macam produk.
Atribut kualitas yang digunakan antara lain:
a.
Bahan baku yang dipakai memiliki
kualitas yang baik, karena bahan baku buah pisang merupakan faktor utama yang
harus terjamin baik kuantitas maupun kontinuitas. Buah pisang memiliki rasa
yang enak, selain itu mengandung nilai gizi yang cukup banyak.
b.
Berbagai macam manfaat buah pisang,
salah satunya adalah dapat diolah untuk menjadi makanan olahan pisang yaitu
keripik, sale dan sebagainya.
c.
Standar buah pisang mengacu pada
SNI-01-4229-1996 yaitu berdasarkan persyaratan klasifikasi dan standar mutu
pisang. Untuk mengetahui dan mencapai syarat mutu pisang harus melakukan
pengujian yang meliputi Penentuan
keseragaman kultivar, Penetuan keseragaman ukuran buah, Penentuan tingkat ketuaan,
Penentuan tingkat kerusakan fisik/mekanis, dan Penentuan kadar kotoran. Adapun
klasifikasi pisang berdasarkan: panjang jari (cm),berat isi (kg),dan diameter
pisang (cm).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman
pisang merupakan tanaman yang sangat sederhana. Walaupun demikian, tanaman pisang
mempunyai banyak manfaat, salah satunya adalah dapat diolah menjadi macam-macam
bentuk makanan olahan seperti keripik pisang, sale pisang, dan lain-lain. Indonesia
merupakan negara tropis, sangat subur untuk sebagian besar tanaman, termasuk
buah pisang. Buah pisang dapat tumbuh dimana-mana, baik sebagai tanaman sela,
batas/pagar disekitar rumah dan dipekarangan-pekarangan termasuk kebun. Oleh
sebab itu, tanaman pisang dalam pembangunan negara dapat merupakan suatu sumber
devisa negara yang sangat baik.
Buah
pisang mempunyai peluang eksport menggairahkan yang tidak kalah saing dengan
buah-buah lainnya. Pisang mempunyai keunggulan antara lain:
a.
Mempunyai prospek pasar yang baik.
b.
Mempunyai potensi pengembangan yang
luas.
c.
Memiliki nilai ekonomis/jual yang
tinggi dan menguntungkan
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil
penulisan ini adalah sebaiknya pemerintah dan aparat desa lebih memperhatikan
masyarakat dan sering memberikan pelatihan untuk menambah keahlian dan
ketrampilan masyarakat sehingga masyarakat memiliki modal dalam bentuk
pengetahuan dan keahlian dalam penanaman pisang agar dapat tumbuh dan
berkembang lebih baik dan perkebunan pisang berpotensi sebagai unit usaha yang
mampu menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk yang tingkat pendidikan pada
umumnya relatif rendah sehingga diharapkan pemerintah selalu memperhatikan
produk hasil olahan pisang, hal ini dapat ditempuh dengan mengalokasikan
kemudahan kredit dengan bunga yang ringan untuk industri rumah tangga,
memberikan kemudahan-kemudahan dalam perizinan, selain itu pemerintah juga
harus memperhatikan pemasaran produk-produk hasil olahan pisang tersebut.
Selain
itu, agar dapat memproduksi buah pisang dengan baik, gunakanlah budidaya
standar internasional yang telah ditetapkan dengan sistem tekhnologi yang
canggih supaya buah pisang dapat bersaing dengan buah-buah lainnya dipasar
global, sekaligus meningkatkan pendapatan devisa negara melalui ekspor.
Buah
pisang yang penampilannya kurang menarik, harganya menjadi sangat murah. Buah
pisang itu dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan mengolahnya menjadi
makanan buah pisang olahan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin A.Sukarti, Bertanam
buah-buahan di Pekerangan (Bogor : Bagian
hortikultura Departemen Agronomi IPB, 1977).
Anonim, Anjuran Pemupukan Tanaman Jeruk dan Pisang, Liptan, BIP Departemen Pertanian
Jawa Timur, No. 13, tahun 1988.
_______, Banpres Pisang dan Kambing Gunung Kidul,
Sinar Tani, 25 Januari 1989.
______,Bertanam Pohon buah-buahan, Seri Pembangunan Desa (Jakarta :
Bhratara Karya Aksara, 1980).
______, Hama dan Penyakit Tanaman (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1974).
_______, Penyakit Pisang di Indonesia,
Warta Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, No. 2, Vol. 6, Maret 1989.
_______, Peraturan
Menteri Kesehatan RI Tentang Bahan-bahan Tambahan Makanan (Jakarta :
Proyek Peningkatan Keamanan Makanan
Departemen Kesehatan RI, 1979).
_______, Pisang (Jakarta : Pusat Penelitian Hortikultura Pasar Minggu,
1989).
Djamal-Har. A., Manfaat Batang Pisang untuk Pupuk Kompos,
Sinar Tani, 26 Agustus 1989.
Lembaga Biologi Nasional, Manfaat Buah Pisang, Sinar
Tani, 12 April 1989.
Rukmana Rahmat, Citra Pisang Sebagai Komoditi Perdagangan, Sinar Tani, 8 februari
1989.
Satuhu Suyanti BSc dan Ahmad
Supriyadi, Pisang, Jakarta : PT.
Penebar Swadaya,1998.
Sudarmo Widayati M., Rahasia di Balik Bonggol dan Bunga Pisang,
Sinat Tani, 3 Oktober 1987.
Sumartono, Pisang (Jakarta : Bumi Restu, 1981).
Utami Dewi, Pengaruh Lama Penyimpanan Bahan Baku Terhadap Mutu Keripik Pisang,
Evaluasi Hasil-hasil Penelitian Pasca Panen Holtikultura selama Pelita III
(Jakarta : SBPHP, 1982).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar