KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Agribisnis
Sebagai Wadah Pembangunan Ekonomi Indonesia” Pada makalah ini Penulis banyak
mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak.
oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak yang membaca…
Teluk Kuantan, November
2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
2.1 Pengertian
Sistem Agribisnis...........................................................
3
2.2 Strategi
Pengembangan Agribisnis........................................................ 4
2.3 Peranan Agribisnis Sebagai Suatu Sistem
Dalam
Pengembangan Sektor
Pertanian Di Indonesia................................ .... 9
2.4 Kendala
Atau
Hambatan Dalam Membangun Agribisnis..................... 10
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada awal pemenuhan kebutuhannya,
manusia hanya mengambil dari alam sekitar tanpa kegiatan budidaya (farming),
dengan demikian belum memerlukan sarana produksi pertanian. Seiring dengan
meningkatnya kebutuhan manusia, alam tidak dapat menyediakan semua kebutuhan
itu sehingga manusia mulai membudidayakan (farming) secara ekstensif berbagai
tanaman, hewan dan ikan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahap ini kegiatan
budidaya mulai menggunakan sarana produksi, dilakukan dalarn pertanian itu
sendiri (on farm) dan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri (home
consumption).
Tahap selanjutnya, ditandai dengan
adanya spesialisasi dalam kegiatan budidaya sebagai akibat pengaruh
perkembangan diluar sektor pertanian dan adanya perbedaan potensi sumberdaya
alam (natural endowment) antar daerah, perbedaan ketrampilan (skill )dalam
masyarakat serta terbukanya hubungan lalulintaantar daerah. Pada tahap ini,
selain dikonsumsi sendiri, hasil-hasil pertanian mulaidipasarkan dan diolah
secara sederhana sebelum dijual.
Perkembangan sektor pertanian selanjutnya
dipacu oleh kemajuan teknologi yang sangat pesat di sektor industri (kimia dan
mekanik) dan transportasi. Pertanian menjadi semakin maju dan kompleks dengan
ciri produktivitas per hektar yang semakin tinggi berkat penggunaan sarana produksi
pertanian yang dihasilkan oleh industri (pupuk dan pestisida). Kegiatan
pertanian semakin terspesialisasi menurut komoditi dan kegiatannya.
Namun, petani
hanya melakukan kegiatan budidaya saja, sementara pengadaan sarana produksi
pertanian didominasi oleh sektor industri. Dipihak lain karena proses
pengolahan hasil-hasil pertanian untuk berbagai keperluan membutuhkan teknologi
yang semakin canggih dan skala yang besar agar ekonomis, maka kegiatan ini pun
didominasi oleh sektor industri pengolahan. Melalui prosespengolahan,
produk-produk pertanian menjadi lebih beragam penggunaan dan pemasarannyapun
menjadi lebih mudah (storable and transportable) sehingga dapat diekspor.Pada
tahap ini pembagian kerja di dalam kegiatan pertanian menjadi semakin jelas,
yaitu:kegiatan budidaya (farming) sebagai kegiatan pertanian dalam arti sempit,
kegiatan produksi sarana pertanian (farm supplies) sebagai industri hulu dan
kegiatan pengolahan komoditi pertanian sebagai industri hilir. Spesialisasi
fungsional dalam kegiatan pertanian seperti yang telah dikemukakan diatas
meliputi seluruh kegiatan usaha yang berhubungan langsung maupun tidak langsung
dengan pertanian dan keseluruhannya disebut sistem "Agribisnis'.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian
agribisnis terhadap pertanian
?
2. Apa saja Strategidalammengembangkan
kegiatan agribisnis
?
3. Apa saja Peranan
agribisnis sebagai suatu sistem dalam pengembangan sektor pertanian di
Indonesia ?
4. Apa saja Kendala atau
hambatan dalam membangun agribisnis ?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui
Pengertian agribisnis terhadap pertanian
2. Untuk
mengetahui mengembangkan kegiatan agribisnis
3. Untuk
mengetahui Peranan agribisnis sebagai suatu sistem dalam pengembangan sektor
pertanian di Indonesia
4. MemaparkanKendala atau
hambatan dalam membangun agribisnis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Sistem Agribisnis
Agribisnis merupakan sistem pertanian yang
saling terkait mulai dari sistem hulu sampai dengan sistem hilir yang
memanfaatkan sumber daya yang ada dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. (Saragih,1997) Industri hulu adalah sektor yang memproduksi
alat-alat dan mesin pertanian serta industri sarana produksi yang digunakan
dalam proses budidaya pertanian. Sementara industri hilir merupakan industri
yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang yang siap
dikonsumsi atau merupakan industry pascapanen dan pengolahan hasil pertanian. Adapun kelima
mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Subsistem Penyediaan Sarana Produksi
Sub sistem
penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran.
Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi
dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi
kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
b.
Subsistem Usahatani atau proses
produksi
Sub sistem ini
mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka
meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah
perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam
rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang
intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan
semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah
pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air.
Disamping itu
juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan usahatani yang
subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka
c.
Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup
kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani,
tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk
pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah
value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian
proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan,
pengeringan, dan peningkatan mutu.
d. Subsistem
Pemasaran
Sub sistem
pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk
pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan
dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik
dan pasar luar negeri.
e.
Subsistem Penunjang
Subsistem ini
merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :
§ Sarana
Tataniaga
§ Perbankan/perkreditan
§ Penyuluhan
Agribisnis
§ Kelompok tani
§ Infrastruktur
agribisnis
§ Koperasi
Agribisnis
§ BUMN
§ Swasta
§ Penelitian dan
Pengembangan
§ Pendidikan dan
Pelatihan
§ Transportasi
§ Kebijakan
Pemerintah
2.2 Strategi Pengembangan Agribisnis
Ada beberapa aspek yang dapat ditempuh
dalam upaya mengembangkan kegiatan agribisnis diantaranya : Pembangunan
Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa yang
dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis.
Yang sering kita dapatkan selama ini
adalah industri pengolahan (Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan
bakunya dari impor. Dipihak lain, peningkatan produksi pertanian tidak diikuti
oleh perkembangan industri pengolahan ( Membangun industri berbasis sumberdaya
domestik/lokal). Sehingga perlu pengembangan Agribisnis Vertikal.Membangun
Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas keunggulan komparatif.
Dalam arti bahwa membangun daya saing
produk agribisnis melalui transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan
bersaing, yaitu dengan cara:Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan,
agro-otomotif, agro-kimia) dan pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman
industri pengolahan ke lebih hilir dan membangun jaringan pemasaran secara
internasional, sehingga pada tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem
agribisnis didominasi oleh produk-produk lanjutan atau bersifat capital and
skill labor intensive.
Pembangunan sistem agribisnis yang
digerakkan oleh kekuatan inovasi. Dengan demikian produk utama dari sistem
agribisnis pada tahap ini merupakan produk bersifat Technology intensive and
knowledge based.Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang
selama ini hanya pada peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai
tambah sesuai dengan permintaan pasar serta harus selalu mampu merespon
perubahan selera konsumen secara efisien.
1.
Menggerakkan kelima subsistem
agribisnis secara simultan, serentak dan harmonis.
Untuk
menggerakkan Sistem agribisnis perlu dukungan semua pihak yang berkaitan
dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari Petani, Koperasi, BUMN
dan swasta serta perlu seorang Dirigent yang mengkoordinasi keharmonisan Sistem
Agribisnis.
2.
Menjadikan Agroindustri sebagai A
Leading Sector.
Agroindustri
adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak
langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup
hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan
agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk
akhir agroindustri.
Sedangkan
keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan
baku(input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan
kemasan, dll. Dalam mengembangkan agroindustri, tidak akan berhasil tanpa
didukung oleh agroindustri penunjang lain seperti industri pupuk, industri
pestisida, industri bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian
dan pengolahan agroindustri seperti industri mesin perontok dan industri mesin
pengolah lain.
3.
Membangun Sistem agribisnis
melaluiIndustri Perbenihan
Industri
Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut produk
agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk agribisnis seperti
atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai (ukuran,
penampakan, rasa, aroma dan sebagainya) serta atribut keamanan dari produk
bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu pestisida, kandungan racun
juga ditentukan pada industri perbenihan. Oleh karena itu Pemda perlu
mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas unggulan
masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi industri
perbenihan modern.
4.
Dukungan Industri Agro-otomotif dalam
pengembangan sistem agribisnis.
Perlu
adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani atau
perusahaanagro-otomotif itu sendiri.
5.
Dukungan Industri Pupuk dalam
pengembangan sistem agribisnis.
Pada waktu yang
akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem Networking baik vertikal
(dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama perusahaan pupuk), yaitu dengan
cara penghapusan penggabungan perusahaan pupuk menjadi satu dimana yang
sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat pada satu perusahaan pupuk
pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan pupuk harus dibiarkan secara
mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing satu sama lain dalam
mengembangkan usahanya. Sehingga terjadi harmonisasi integrasi dalam sistem
agribisnis.
Serta perlu
dikembangkan pupuk majemuk, bukan pupuk tunggal yang selama ini dikembangkan.
6.
Pengembangan Sistem Agribisnis melalui
Reposisi Koperasi Agribisnis.
Koperasi perlu mereformasi diri agar
lebih fokus pada kegiatan usahanya terutama menjadi koperasi pertanian dan
mengembangkan kegiatan usahanya sebagai koperasi agribisnis. Untuk memperoleh citra positif layaknya sebuah
koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri atau
Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai dari hulu sampai ke
hilir.
7.
Pengembangan Sistem Agribisnis melalui
pengembangan sistem informasi agribisnis.
Dalam membangun sistem informasi
agribisnis, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah informasi
produksi, informasi proses, distribusi, dan informasi pengolahan serta
informasi pasar.
8.
Membumikan pembangunan sistem
Agribisnis dalam otonomi daerah
Pembangunan
Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan industri berbasis
Sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan terjadi di setiap daerah.
9.
Dukungan perbankan dalam pengembangan
sistem agribisnis di daerah.
Untuk membangun
agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga pembiayaan memegang
peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari perbankan akan sangat
menentukan maju mundurnya agribisnis daerah. Selama ini yang terjadi adalah
sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada agribisnis daerah, khususnya pada
on farm agribisnis.
10. Pengembangan
strategi pemasaran
Pengembangan
strategi pemasaran menjadi sangat penting peranannya terutama menghadapi masa
depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahan, keadaan pasar
heterogen. Dari hal tersebut, sekarang sudah mulai mengubah paradigma pemasaran
menjadi menjual apa yang diinginkan oleh pasar (konsumen).
11. Pengembangan
sumberdaya agribisnis.
Dalam
pengembangan sektor agribisnis agar dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan
pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan
pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM)
Agribisnis sebagai aktor pengembangan agribisnis.
12. Pengembangan
Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis.
Perlu pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis komoditas unggulan yang didasarkan
pada peta perkembangan komoditas agribisnis, potensi perkembangan dan kawasan
kerjasama ekonomi.
13. Pengembangan
Infrastruktur Agribisnis.
Dalam
pengembangan pusat pertumbuhan Agribisnis, perlu dukungan pengembangan
Infrastruktur seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, darat, sungai dan
udara), jaringan listrik, air, pelabuhan domestik dan pelabuhan ekspor dan
lain-lain.
14. Kebijaksanaan
terpadu pengembangan
Ada beberapa
bentuk kebijaksanaan terpadu dalam pengembangan agribisnis.
a.
Kebijaksanaan pengembangan produksi dan
produktivitas ditingkat perusahaan.
b.
Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk
mengembangkan seluruh kegiatan usaha sejenis.
c.
Kebijaksanaan pada tingkat sistem
agribisnis yang mengatur keterkaitan antara beberapa sektor.
d.
Kebijaksanaan ekonomi makro yang
mengatur seluruh kegiatan perekonomian yang berpengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap agribisnis.
15. Pengembangan
agribisnis berskala kecil.
Ada 3 kebijaksanaan yang harus
dilakukan adalah:
a.
Farming Reorganization
Reorganisasi jenis kegiatan usaha yang
produktif dan diversifikasi usaha yang menyertakan komoditas yang bernilai
tinggi serta reorganisasi manajemen usahatani. Dalam hal ini disebabkan karena
keterbatasan lahan yang rata-rata kepemilikan hanya 0,1 Ha.
b.
Small-scale Industrial Modernization
Modernisasi teknologi, modernisasi
sistem, organisasi dan manajemen, serta modernisasidalam pola hubungan dan
orientasi pasar.
c.
Services Rasionalization
Pengembangan layanan agribisnis dengan
rasionalisasi lembaga penunjang kegiatan agribisnis untuk menuju pada efisiensi
dan daya saing lembaga tersebut. Terutama adalah lembaga keuangan pedesaan,
lembaga litbang khususnya penyuluhan.
16. Pembinaan
Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan agribisnis dan ekonomi
17. Dalam era
Agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan aktor pendukung pembangunan
agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan aspek bisnis, manajerial dan
berorganisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan agribisnis. Dalam hal ini
perlu reorientasi peran penyuluhan pertanian yang merupakan lembaga pembinaan
SDM petani. Oleh karena itu perlu peningkatan pendidikan penyuluh baik melalui
pendidikan formal, kursus singkat, studi banding. Serta perlu perubahan fungsi
BPP yang selama ini sebagai lembaga penyuluhan agro-teknis, menjadi KlinikKonsultasiAgribisnis
2.3 Peranan Agribisnis Sebagai Suatu Sistem Dalam Pengembangan Sektor Pertanian
Di Indonesia
Sektor pertanian memiliki peranan
penting di Indonesia karena sektor pertanian mampu menyediakan lapangan kerja,
mampu mendukung sektor industri baik industri hulu maupun industri hilir, mampu
menyediakan keragaman menu pangan dan karenanya sektor pertanian sangat
mempengaruhi konsumsi dan gizi masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya
kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada
masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi
penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor
agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif.
Peranan agribisnis sektor pertanian
misalnya dalam penyediaan bahan pangan.
Ketersediaan berbagai ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada waktu
dan tempat yang terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi
keberhasilan pem-bangunan di Indonesia. Sejarah modern Indonesia menunjukkan
bahwa krisis pangan secara langsung mempengaruhi kondisi sosial, politik, dan
keamanan nasional.
Pada dasarnya tidak perlu diragukan lagi,
bahwa pembangunan ekonomi yang berbasiskan kepada sektor pertanian
(agribisnis), telah memberikan bukti dan dan peranan yang cukup besar dalam
pembangunan perekonomian bangsa, dan tentunya lebih dari itu.
Manfaat
pembangunan sistem agribisnis dalam meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan
perekonomian adalah
a) Banyak
melibatkan tenaga kerja karena sistem agribisnis menggunakan sumberdaya alam
yang ada yang dapat diperbaharui serta lebih banyak tenaga kerja yang
dilibatkan baik yang berpendidikan maupun yang tidak berpendidikan.
b) Mampu
meningkatkan efisiensi sektor pertanian hingga hingga menjadi kegiatan yang
sangat produktif melalui proses modernisasi pertanian.
c) Agribisnis
merupakan penyumbang terbesar dalam PDB non-migas.
d) Mampu
meningkatkan ketahanan dan keamanan bahan
pangan.
e) Mewujudkan
pemerataan hasil pembangunan. Untuk mewujudkan pemerataan di Indonesia perlu
digunakan teknologi produksi output nasional yang banyak menggunakan sumberdaya
tersebut.
Melalui pembangunan agribisnis, yang
sumberdayanya tersebar di seluruh pelosok tanah air, diharapkan mampu
melibatkan partisipasi seluruh wilayah dan rakyat Indonesia dan sekaligus ikut
menikmati outputnya melalui pendapatan yang diperoleh dari pembayaran faktor
produksi.
Ada beberapa kendala atau hambatan dalam membangun agribisnis
yang ada di Indonesia yaitu sebagai berikut :
1. Iklim tidak
bisa dikendalikan sehingga perlu membangun strategi dalam membangunagribisnis.
2. Kurangnya modal
bagi para pelaku agribisnis.
3. Infrastruktur
yang belum berkembang dengan baik sehingga menghambat distribusi dalam
pemasaran.
4. Kurangnya
pendampingan agribisnis bagi para pelakunya secara profesional.
5. Kurangnya
partisipasi masyarakat dalam membangun agribisnis dan minimnya pengetahuan
dalam pengembangan agribisnis sebagai pelaku utama.
Upaya konkrit
yang perlu dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut adalah:
1. Melakukan
penelitian dan mencari strategi dengan teknologi yang tepat dalam
mengantisipasi iklim yang terjadi.
2. Adanya
kebijakan pemerintah bagi dunia perbankan untuk memudahkan permodalan bagi para
pelaku agribisnis.
3. Membangun dan
membenahi infrastruktur khususnya di pedesaan yang menunjang kegiatan
agribisnis.
4. Melakukan
pendampingan agribisnis kepada pelaku utama secara profesional dan
berkelanjutan.
5. Memberikan
pendidikan dan pelatihan mengenai keuntungan agribisnis kepada pelaku utama
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Konsep agribisnis merupakan suatu
konsep yang terikat dari subsystem hulu hingga hilir yang berorientasi pada
pasar dengan memperhatikan kuantitas,
kualitas dan kontuinitas serta berdaya saing tinggi untuk dapat meningkatkan
produktivitas dan pendapatan pelaku agribisnis. Jika konsep agribisnis dapat
diterapkan dengan baik secara tidak langsung dapat memberikan kontribusi yang
besar terhadap pertumbuhan perekonomian baik dalam pemanfaatan tenaga kerja
yang banyak dari masing-masing subsitem hingga penyediaan pangan nasional.
Aspek yang dapat
ditempuh dalam upaya mengembangkan kegiatan agribisnis diantaranya : Pembangunan
Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa yang dilakukan
sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis.Yang sering kita dapatkan
selama ini adalah industri pengolahan (Agroindustri) berkembang di Indonesia,
tapi bahan bakunya dari impor.beberapakendalaatauhambatandalammembangunagribisnis
yang ada di Indonesia, 1.Iklim tidak bisa dikendalikan sehingga perlu membangun
strategi dalam membangunagribisnis. 2.Kurangnya modal
bagi para pelaku agribisnis. 3.Infrastruktur yang belum berkembang dengan baik
sehingga menghambat distribusi dalam pemasaran. 4.Kurangnya pendampingan
agribisnis bagi para pelakunya secara profesional. 5.Kurangnya
partisipasi masyarakat dalam membangun agribisnis dan minimnya pengetahuan
dalam pengembangan agribisnis sebagai pelaku utama.
Peranan agribisnis sektor pertanian
misalnya dalam penyediaan bahan pangan.
Ketersediaan berbagai ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada waktu
dan tempat yang terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan
pem-bangunan di Indonesia. Sejarah modern Indonesia menunjukkan bahwa krisis
pangan secara langsung mempengaruhi kondisi sosial, politik, dan keamanan
nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Saragih, bungaran, siswono Yudo Husodo,
dkk. 2005. Pertanian Mandiri. Penebar swadaya, Jakarta.
Saragih, bungaran.
Refleksi Agribisnis. Bogor: IPB
Press.http://www.mb.ipb.ac.id/artikel/view/id/fdabc8a88141a4c1c81d24bbf7927db0.html
http://agribisnis.umm.ac.id/id/umm-news-2489-bidang-ilmu-agribisnis-apa-itu-agribisnis-.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar