Rabu, 11 April 2018

MAKALAH PSIKOTERAPI DALAM ISLAM


KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini,  Pada makalah ini Penulis banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…



Teluk Kuantan,    April  2018



Penulis


DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... .... 1
1.1  Latar Belakang................................................................................. .... 1 
1.2  Rumusan Masalah............................................................................ .... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ .... 2
2.1  Pengertian Psikoterapi Islam............................................................ .... 2 
2.2  Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam............................................... .... 2 
2.3  Objek Psikoterapi Islam................................................................... .... 4 
2.4  Metode Psikoterapi.......................................................................... .... 5
2.5  Langkah-Langkah dalam Terapi Religius........................................ .... 7
BAB III PENUTUP......................................................................................... .... 9
3.1  Kesimpulan...................................................................................... .... 9 
3.2  Saran................................................................................................ .... 9 
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... .... 10
















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan lebih sempurna dari pada makhluk lain tentu juga masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Sebab Yang Maha Sempurna hanyalah Sang Pencipta. Dalam menjalani kehidupan di dunia manusia tidak lepas dari berbagai masalah yang muncul karena kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya itu. Masalah yang muncul dapat berasal dari dalam diri maupun dari lingkungannya.[1]
Dalam dunia psikologi masalah yang muncul tersebut dikenal sebagai gangguan atau penyakit, ada yang disebut dengan penyakit fisik adapula penyakit hati atau penyakit jiwa. Namun semua penyakit pasti ada obatnya, hal ini telah dijamin oleh Allah dalam firmanNya. Penyakit fisik dapat disembuhkan dengan berbagai jenis obat baik tradisional maupun obat modern dalam bentuk kapsul dan lain sebagainya. Sedangkan untuk pengobatan penyakit jiwa dapat dilakukan melalui terapi yang dalam dunia psikologi disenut dengan psikoterapi.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan psikoterapi Islam?
2.      Apa saja fungsi dan tujuan psikoterapi Islam?
3.      Apa saja objek dalam psikoterapi Islam?
4.      Apa saja metode dalam psikoterapi Islam?
5.      Apa saja langkah-langjah dalam terapi religius?





BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Psikoterapi Islam
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 226) dalam buku Konseling dan psikoterapi islam Psikoterapi (pshychotherapy) ialah pengobatan penyakit dengan cara kebatinan, atau penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari, atau penyembuhan lewat keyakinan agama, dan diskusi personal dengan guru atau teman.[2]
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 226) Psikoterapi Islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual, moral maupun fisik melalui bimbingan Al Qur’an dan As Sunnah Nabi SAW.[3]
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (2002: 207) dalam buku Nuansa-nuansa psikologi islam Psikoterapi adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai tehnik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.

2.2  Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 225-228) dalam buku Konseling dan psikoterapi islam membagi fungsi psikoterapi islam menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut : [4]
1.    Fungsi Pencegahan (Prefention)
Fungsi pencegahan (prevention), dengan mempelajari, memahami, dan mengaplikasikan ilmu ini, seseorang akan dapat terhindar dari hal-hal, keadaan atau peristiwa yang membahayakan dirinya, jiwa, mental, spiritual, atau moralnya. Sebab ilmu akan menimbulkan potensi prefentif sebagaimana yang telah diberikan Allah kepada hamba-hambaNya yang dikehendakiNya.
2.        Fungsi Penyembuhan dan perawatan (Treatment)
Fungsi penyembuhan/perawatan (treatment), psikoterapi islam akan membantu seseorang melakukan pengobatan, penyembuhan dan perawatan terhadap gangguan atau penyakit, khusunya kepada gangguan mental, spiritual, kejiwaan, seperti dengan berdzikir, hati dan jiwa menjadi tengang dan damai, dengan berpuasa akal fikiran, hati nurani, jiwa, mental menjadi suci dan bersih, dengan shalat dan membaca shalawat Nabi Muhammad SAW spirit dan etos kerja akan bersih dan suci dari gangguan setan, iblis, jin, dan sebagainya.
3.        Fungsi Pensucian (Sterilisasi) dan Pembersihan (Purification)
Fungsi pensucian dan pembersihan (sterilisasi/purrification), psikoterapi islam melakukan upaya pensucian-pensucian diri dari bekasan-bekasan dosa dan kedurhakaan dengan pensucian najis (istinja’), pensucian yang kotor (mandi), pensucian yang bersih (wudhu), pensucian yang suci atau fitri (shalat taubat), dan pensucian yang Maha Suci (dzikrullah mentauhidkan Allah).
Adapun tujuan dari Psikoterapi Islam menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 278-279) dalam buku Konseling dan psikoterapi islam ialah[5]:
1.      Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan rohaninya.
2.      Menggali dan mengembangkan potensi esensial sumber daya insani.
3.      Mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam kepribadian dan etos kerja.
4.      Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, keihsanan, dan ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Mengantarkan individu, mengenal, mencintai, dan berjumpa dengan jati diri serta dzat yang Maha Suci yaitu Allah Ta’ala.
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (2002: 221) dalam buku Nuansa-nuansa psikologi islam, Ibnu qayyim Al jauziyah dalam “Ighatsah al labfan” lebih spesifik membagi psikoterapi dalam dua kategori yaitu tabi’iyyah dan syar’iyah. Psikoterapi tabi’iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, seperti penyakit kecemasan, kegelisahan, kesedihan dan amarah. Penyembuhannya dengan cara menghilangkan sebab-sebabnya.[6]
Psikoterapi syar’iyah adalh pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tidak dapat diamati dan tidak dapat dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, tetapi ia benar-benar penyakit yang berbahaya, sebab dapat merusak kalbu seseorang,seperti penyakit yang ditimbulkan dari kebodohan , syubhat, keragu-raguan, dan syahwat. Pengobatannya adalah dengan penanaman syari’ah yang datangnya dari tuhan.

2.3  Objek Psikoterapi Islam
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 237-252) dalam buku Konseling dan psikoterapi islam membagi objek psikoterapi islam menjadi empat bagian yaitu sebagai berikut : 
1.        Mental, yaitu yang berhubungan fikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan akal, fikiran, dan ingatan. Seperti mudah lupa, malas berfikir, tidak berkonsentrasi, bahkan tidak memiliki kemampuan membedakan antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang mudharat.
2.        Spiritual, yaitu yang berhubungan masalah ruh, semangat jiwa, religius, yang berhubungan agama, keimanan, kesalehan, dan menyangkut nilai Transendental. Seperti Syirik, kufur, lemah keyakinan, dan sebagainya. Penyakit bathiniyyah atau spiritual ini sangat sulit untuk disembuhkan atau diobati, karena ia sangat tersembunyi di dalam diri setiap orang. Oleh karena itu, tanpa ada pertolongan dan petunjuk serta bimbingan dari Allah dan RasulNya SAW, malaikat Jibril dan hamba-hambaNya, maka penyakit itu tidak akan pernah dapat disembuhkan dengan mudah.
3.        Moral (akhlak), yaitu suatu keadaan yang melekat /pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian. Moral dan akhlak atau tingkah laku merupakan ekspresi dari kondisi mental dan spiritual. Ia muncul dan hadir secara spontan dan otomatis, dan tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa. Perbuatan dan tingkah laku itu kadang-kadang sering tidak disadari oleh subyek bahwa perbuatan dan tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma agama (islam) dan akhirnya dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Seperti, liar, pemarah, dengki, dendam, dan sebagainya. Dalam ajaran islam sikap dan tingkah laku seperti itu merupakan perbuatan tercela dan dimurkai Allah dan RasulNya. Untuk menyembuhkan penyakit-penyakit itulah Rasulullah SAW diutus ke dunia ini. Perkataan, perbuatan sikap, dan gerak-geriknya merupakan keteladanan dan contoh yang baik dan benar bagi manusia.
4.        Fisik (jasmaniyah), tidak semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan Psikoterapi Islam, kecuali memang ada izin dari Allah. Tetapi adakalanya sering dilakukan secara kombinasi dengan terapi medis atau melalui ilmu kedokteran pada umumnya. Terapi fisik (jasmaniyyah) yang paling berat dilakukan oleh psikoterapi islam, apabila penyakit itu disebabkan karena dosa-dosa dan kedurhakaan atau kejahatan yang telah dilakukan oleh seseorang, seperti wajah dan kulit tampak hitam, bahkan lebih kotor lagi dari pada penyakit kulit (kudis, dan lain-lain).

2.4  Metode Psikoterapi Islam
Adapun metode-metode yang dipakai oleh Psikoterapi Islam menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 259-269) dalam buku Konseling dan psikoterapi islam adalah:[7]
1.        Metode Ilmiah (Method of Science)
Metode Ilmiah (Menthod of Science) adalah metode yang sering diaplikasikan dalam dunia pengetahuan pada umumnya. Untuk membuktikan suatu kebenaran dan hipotesa-hipotesa maka dibutuhkan penelitian secra empiris di lapangan, dan untuk mencapai kesempurnaan, paling tidak mendekati kesempurnaan untuk penelitian hipotesa itu, maka metode ini sangat dibutuhkan dengan teknik-teknik seperti interview, eksperimen, observasi, tes, dan survei di lapangan.
2.        Metode Keyakinan (Method of Tenacity)
Metode Keyakinan (Method of Tenacity), adalah metode berdasarkan suatu keyakinan yang kuat dan dimiliki oleh seseorang peneliti. Keyakinan itu dapat diraih melalui:
a.       Ilmu Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu secara teoritis. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. ( QS at-Takaatsur: 1-5)
b.       ‘Ainul Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan mata kepala secara langsung tanpa perantara, seperti firman Allah SWT. “Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahanam, dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan penglihatan mata kepala yang meyakinkan”. (At-Takaatsur: 6-7)
c.       Haqqul Yaqin, yaitu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan, penghayatan, pengalaman. Seperti firman Allah Ta’ala: “Adapun jika Dia (orang yang mati) Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), Maka Dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta jannah kenikmatan. Dan Adapun jika Dia Termasuk golongan kanan, Maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan Adapun jika Dia Termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, Maka Dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam Jahannam. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Agung”. (Al Waqi’ah: 88-96).
d.      Kamalul Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang sempurna dan lengkap, karena ia dibangun diatas keyakinan berdasarkan hasil pengamatan penghayatan, teoritis, aplikatif, dan empirik.
3.        Metode Otoritas (Method of  Authority)
Metode Otoritas (Method of  Authority), yatu suatu metode dengan menggunakan otoritas yang dimiliki oleh peneliti, yaitu berdasarkan keahlian, kewibawaan, dan pengaruh positif. Atas dasar itulah seorang psikoterapis mamiliki hak penuh untuk melakukan tindakan secara bertanggungjawab. Apabila seorang psikoterapis memiliki otoritas yang tinggi, maka sangat membantu dalam mempercepat proses penyembuhan suatu penyakit atau gangguan yang sedang diderita oleh seseorang.
4.        Metode Intuisi (Method of Intuition)
Metode Intuisi (Method of Intuition), adalah metode berdasarkan ilham yang bersifat wahyu yang datangnya dari Allah SWT. Metode ini sering dilakukan oleh para sufi dan orang-orang yang dekat dengan Allah dan mereka memiliki pandangan batin yang tajam (bashirah), seta tersingkapnya alam kegaiban (mukasyafah). Metodologi Tasawwuf (Method of Sufism), adalah suatu metode peleburan diri dari sifat-sifat, karakter-karakter, dan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari kehendak dan tuntunan Tuhan. Metode ini dibagi tiga, yakni:
a.      Takhalli, yaitu metode pengosongan diri dari kedurhakaan kepada Allah dengan jalan pertobatan yang sesungguhnya.
b.      Tahalli yaitu pengisian diri dengan ibadah dan ketaatan, aplikasi tauhid dan akhlak yang terpuji dan mulia. Firman Allah:
c.      Tajalli dalam makna bahasa dapat berarti tampak, terbuka, menampakkan, atau menyatakan diri. Pada tingkatan inilah Allah menampakkan dirinya seluas-luasnya kepada hamba-Nya yang dikehendakinya.

2.5  Langkah-Langkah dalam Terapi Religius
Menurut Moh. Sholeh dan Imam Muskibin (2005: 43) dalam buku Agama sebagai terapi telaah menuju ilmu kedokteran holistik, ada beberapa cara untuk mencegah munculnya penyakit kejiwaan dan sekaligus menyembuhkannya, melalui konsep-konsep dalam Islam yaitu[8]:
1.        Menciptakan kehidupan islami dan perilaku relgius. Upaya ini dapat ditemuh dengan cara mengisi kegiatan sehari-hari dengan hal-hal bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai aqidah, syari’ah, dan akhlak, aturan-aturan negara, norma-norma masyarakat, serta menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang agama.
2.        Mengintensifkan dan meningkatkan kualitas ibadah. Sembahyang, do’a dan permohonan ampun kepada Allah akan mengembalikan ketenangan dan ketentraman jiwa bagi orang yang melakukannya. Semakin dekat orang kepada Allah dan semakin banyak ibadahnya, maka akan semakin tentramlah dan kesukaran-kesukaran dalam hidup. Demikian pula sebaliknya, semakin jauh orang itu dari agama susah baginya mencari ketentraman batin.
3.        Meningkatkan kualitas dan kuantitas dzikir. Al-Qur’an berulang kali menyebut bahwa orang yang banyak berdzikir (menyebut nama Allah), hatinya akan tenang dan damai. Surat Al-Baqarah ayat 152 menjelaskan “karena itu, ingatlah (dzikirlah) engkau kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengikari nikmat-Ku.”
4.        Melaksanakan rukun Islam, rukun Iman dan berbuat ihsan. Zakiah Daradjat dalam bukunya Islam dan kesehatan Mental mengatakan bahwa ada pengaruh positif dari pelaksanaan rukun iman, rukun Islam dan berbuat ihsan.
5.        Menjahui sifat-sifat tercela (al-akhlak al-mazmumah). Sifat-sifat tercela secara langsung atau tidak dapat menimbulkan gangguan dan penyakit kejiwaan.
6.        Mengembangkan sifat-sifat terpuji (al-akhlak al-mahmudah). Sifat-sifat terpuji akan bisa mencegah timbulnya gangguan kejiwaan atau penyakit rohaniah.
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (2002: 209) dalam buku Nuansa-nuansa psikologi islam, Psikoterapi Setelah mempelajari teks-teks Al Qur’an , Muhammad Abd Aziz Al khalidi membagi obat (syifa’) dengan dua bagian : pertama, obat bissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik seperti berobat dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan didalam Al [9]Qur’an. Kedua, obat ma’nawi yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia sepeti doa-doa dan isi kandungan Al Qur’an.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
1.        Psikoterapi Islam adalah proses penyembuhan dan pengobatan suatu penyakit baik fisik maupun psikis melalui bimbingan sumber hukum Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.
2.        Pikoterapi Islam mempunyai beberapa fungsi diantaranya:
a.      Fungsi pencegahan, maksudnya seseorang dapat terhindar dari penyakit fisik maupun psikis, khususnya adalah penyakit gangguan jiwa.
b.      Fungsi penyembuhan dan perawatan, maksudnya Psikoterapi Islam akan membantu seseorang dalam proses penyembuhan penyakit gangguan jiwa yang diderita.
c.      Fungsi pensucian dan pembersiahn, maksudnya Psikoterapi Islam akan membantu penderita gangguan jiwa agar jiwanya terhindar dari penyakit kotor, tercela, dan hina dengan mensucikan jiwanya. Sedangkan tujuan dari Psikoterapi Islam pada intinya adalah memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan rohaninya.
3.      Adapun objek dari Psikoterapi Islam adalah mental, spiritual, moral, dan fisik.
4.      Metode yang terdapat dalam Psikoterapi Islam adalah metode ilmiah, metode keyakinan, serta metode otoritas, serta metode intiusi di mana metode-metode tersebut digunakan dalam proses penyemabuhan penyakit jiwa.
5.      Langkah-langkah dalam terpi agama di antaranya menciptakan kehidupan islami dan perilaku religius, mengintensifkan dan meningkatkan kualitas ibadah, meningkatkan kualitas dan kuantitas dzikir, menjahui sifat-sifat tercela (al-akhlak al-mazmumah), serta mengembagkan akhlak terpuji.





DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. 2002.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2002.
Sholeh, Moh dan Imam Musbikin. Agama Sebagai Terapi Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.





[1] Hadits Riwayat al-Bukhari (Kitab al-Da’awat, (dalam bab istikharah) no. Hadist 6382)
[2] Lihat al-Bukhari (2000) Sahih al-Bukhari dalam Mawsu’ah al-Hadit, 536.
[3] Lihat. H. Prayitno, Dasar-Dasar Bimb9ngan dan Konseling (Jakarta: Depdikbud, 2003), 99-105
[4] Hadits Riwayat al-Bukhari (Kitab al-Da’awat, no. Hadist 6345) Lihat al-Bukhari (2000) Sahih al-Bukhari dalam Mawsu’ah al-Hadit as-Sharif al-Kutub as-Sittah, al-Riyad: Dar-as-Salam li al-Nashr wa al-Tawzi, .534.
[5] Hamdan Bakran Adz-Zaky, Konseling dan Psikoterapi Islam (Jogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2004), 217.
[6] Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Departemen Agama RI, 1989).
[7] Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Departemen Agama RI, 1989).
[8] Lihat Farida Kusuma Wati dan Ydi Hartono. Buku ajar Keperawatan Jiwa (Jakarta: Salemba Medika, 2011), 90-96.
[9] Lihat Hamdan Bakran Adz-Zaky. Konseling dan Psikoterapi Islam. 2004, 302-322

Tidak ada komentar:

Posting Komentar