KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini, Pada makalah ini Penulis banyak mengambil
dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. oleh
sebab itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Teluk Kuantan, April
2018
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata pengantar....................................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... .... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. .... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ .... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ .... 2
2.1 Pengertian Psikoterapi
Islam............................................................ .... 2
2.2 Fungsi dan Tujuan
Psikoterapi Islam............................................... .... 2
2.3 Objek Psikoterapi Islam................................................................... .... 4
2.4 Metode Psikoterapi.......................................................................... .... 5
2.5 Langkah-Langkah dalam
Terapi Religius........................................ .... 7
BAB III PENUTUP......................................................................................... .... 9
3.1 Kesimpulan...................................................................................... .... 9
3.2 Saran................................................................................................ .... 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... .... 10
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk
yang diciptakan lebih sempurna dari pada makhluk lain tentu juga masih memiliki
kekurangan dan kelemahan. Sebab Yang Maha Sempurna hanyalah Sang Pencipta.
Dalam menjalani kehidupan di dunia manusia tidak lepas dari berbagai masalah
yang muncul karena kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya itu. Masalah yang
muncul dapat berasal dari dalam diri maupun dari lingkungannya.[1]
Dalam dunia psikologi
masalah yang muncul tersebut dikenal sebagai gangguan atau penyakit, ada yang
disebut dengan penyakit fisik adapula penyakit hati atau penyakit jiwa. Namun
semua penyakit pasti ada obatnya, hal ini telah dijamin oleh Allah dalam
firmanNya. Penyakit fisik dapat disembuhkan dengan berbagai jenis obat baik
tradisional maupun obat modern dalam bentuk kapsul dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk pengobatan penyakit jiwa dapat dilakukan melalui terapi yang
dalam dunia psikologi disenut dengan psikoterapi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan psikoterapi Islam?
2. Apa
saja fungsi dan tujuan psikoterapi Islam?
3. Apa
saja objek dalam psikoterapi Islam?
4. Apa
saja metode dalam psikoterapi Islam?
5. Apa
saja langkah-langjah dalam terapi religius?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Psikoterapi Islam
Menurut Hamdani Bakran
Adz-Dzaky (2002: 226) dalam buku Konseling dan psikoterapi islam Psikoterapi
(pshychotherapy) ialah pengobatan penyakit dengan cara kebatinan, atau
penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada
kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari, atau penyembuhan lewat
keyakinan agama, dan diskusi personal dengan guru atau teman.[2]
Menurut Hamdani Bakran
Adz-Dzaky (2002: 226) Psikoterapi Islam adalah proses pengobatan dan
penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual, moral maupun fisik
melalui bimbingan Al Qur’an dan As Sunnah Nabi SAW.[3]
Menurut Abdul Mujib dan
Jusuf Mudzakir (2002: 207) dalam buku Nuansa-nuansa psikologi
islam Psikoterapi adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya,
pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini
mencakup berbagai tehnik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi
gangguan emosionalnya, dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan
emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam
mengatasi masalah psikisnya.
2.2 Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002:
225-228) dalam buku Konseling dan psikoterapi islam membagi fungsi psikoterapi
islam menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut : [4]
1. Fungsi
Pencegahan (Prefention)
Fungsi pencegahan
(prevention), dengan mempelajari, memahami, dan mengaplikasikan ilmu ini,
seseorang akan dapat terhindar dari hal-hal, keadaan atau peristiwa yang
membahayakan dirinya, jiwa, mental, spiritual, atau moralnya. Sebab ilmu akan
menimbulkan potensi prefentif sebagaimana yang telah diberikan Allah kepada
hamba-hambaNya yang dikehendakiNya.
2.
Fungsi Penyembuhan dan
perawatan (Treatment)
Fungsi
penyembuhan/perawatan (treatment), psikoterapi islam akan membantu seseorang
melakukan pengobatan, penyembuhan dan perawatan terhadap gangguan atau
penyakit, khusunya kepada gangguan mental, spiritual, kejiwaan, seperti dengan
berdzikir, hati dan jiwa menjadi tengang dan damai, dengan berpuasa akal
fikiran, hati nurani, jiwa, mental menjadi suci dan bersih, dengan shalat dan
membaca shalawat Nabi Muhammad SAW spirit dan etos kerja akan bersih dan suci
dari gangguan setan, iblis, jin, dan sebagainya.
3.
Fungsi
Pensucian (Sterilisasi) dan Pembersihan (Purification)
Fungsi pensucian dan
pembersihan (sterilisasi/purrification), psikoterapi islam melakukan upaya
pensucian-pensucian diri dari bekasan-bekasan dosa dan kedurhakaan dengan
pensucian najis (istinja’), pensucian yang kotor (mandi), pensucian yang bersih
(wudhu), pensucian yang suci atau fitri (shalat taubat), dan pensucian yang
Maha Suci (dzikrullah mentauhidkan Allah).
Adapun
tujuan dari Psikoterapi Islam menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002:
278-279) dalam buku Konseling dan psikoterapi islam ialah[5]:
1. Memberikan
pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan rohaninya.
2. Menggali
dan mengembangkan potensi esensial sumber daya insani.
3. Mengantarkan
individu kepada perubahan konstruksi dalam kepribadian dan etos kerja.
4. Meningkatkan
kualitas keimanan, keislaman, keihsanan, dan ketauhidan dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Mengantarkan
individu, mengenal, mencintai, dan berjumpa dengan jati diri serta dzat yang
Maha Suci yaitu Allah Ta’ala.
Menurut Abdul Mujib dan
Jusuf Mudzakir (2002: 221) dalam buku Nuansa-nuansa psikologi islam, Ibnu
qayyim Al jauziyah dalam “Ighatsah al labfan” lebih spesifik membagi
psikoterapi dalam dua kategori yaitu tabi’iyyah dan syar’iyah. Psikoterapi
tabi’iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya
dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, seperti
penyakit kecemasan, kegelisahan, kesedihan dan amarah. Penyembuhannya dengan
cara menghilangkan sebab-sebabnya.[6]
Psikoterapi syar’iyah
adalh pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tidak dapat
diamati dan tidak dapat dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu,
tetapi ia benar-benar penyakit yang berbahaya, sebab dapat merusak kalbu
seseorang,seperti penyakit yang ditimbulkan dari kebodohan , syubhat,
keragu-raguan, dan syahwat. Pengobatannya adalah dengan penanaman syari’ah yang
datangnya dari tuhan.
2.3 Objek Psikoterapi Islam
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002:
237-252) dalam buku Konseling dan psikoterapi islam membagi objek psikoterapi
islam menjadi empat bagian yaitu sebagai berikut :
1.
Mental, yaitu yang berhubungan fikiran,
akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan akal, fikiran, dan ingatan.
Seperti mudah lupa, malas berfikir, tidak berkonsentrasi, bahkan tidak memiliki
kemampuan membedakan antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang mudharat.
2.
Spiritual, yaitu yang berhubungan
masalah ruh, semangat jiwa, religius, yang berhubungan agama, keimanan,
kesalehan, dan menyangkut nilai Transendental. Seperti Syirik, kufur, lemah
keyakinan, dan sebagainya. Penyakit bathiniyyah atau spiritual ini sangat sulit
untuk disembuhkan atau diobati, karena ia sangat tersembunyi di dalam diri
setiap orang. Oleh karena itu, tanpa ada pertolongan dan petunjuk serta
bimbingan dari Allah dan RasulNya SAW, malaikat Jibril dan hamba-hambaNya, maka
penyakit itu tidak akan pernah dapat disembuhkan dengan mudah.
3.
Moral (akhlak), yaitu suatu keadaan yang
melekat /pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan
mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian. Moral dan
akhlak atau tingkah laku merupakan ekspresi dari kondisi mental dan spiritual.
Ia muncul dan hadir secara spontan dan otomatis, dan tidak dapat dibuat-buat
atau direkayasa. Perbuatan dan tingkah laku itu kadang-kadang sering tidak
disadari oleh subyek bahwa perbuatan dan tingkah lakunya menyimpang dari
norma-norma agama (islam) dan akhirnya dapat membahayakan dirinya dan orang
lain. Seperti, liar, pemarah, dengki, dendam, dan sebagainya. Dalam ajaran
islam sikap dan tingkah laku seperti itu merupakan perbuatan tercela dan
dimurkai Allah dan RasulNya. Untuk menyembuhkan penyakit-penyakit itulah Rasulullah
SAW diutus ke dunia ini. Perkataan, perbuatan sikap, dan gerak-geriknya
merupakan keteladanan dan contoh yang baik dan benar bagi manusia.
4.
Fisik (jasmaniyah), tidak semua gangguan
fisik dapat disembuhkan dengan Psikoterapi Islam, kecuali memang ada izin dari
Allah. Tetapi adakalanya sering dilakukan secara kombinasi dengan terapi medis
atau melalui ilmu kedokteran pada umumnya. Terapi fisik (jasmaniyyah) yang
paling berat dilakukan oleh psikoterapi islam, apabila penyakit itu disebabkan
karena dosa-dosa dan kedurhakaan atau kejahatan yang telah dilakukan oleh
seseorang, seperti wajah dan kulit tampak hitam, bahkan lebih kotor lagi dari
pada penyakit kulit (kudis, dan lain-lain).
2.4 Metode Psikoterapi Islam
Adapun metode-metode
yang dipakai oleh Psikoterapi Islam menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky
(2002: 259-269) dalam buku Konseling dan psikoterapi islam adalah:[7]
1.
Metode Ilmiah (Method of Science)
Metode
Ilmiah (Menthod of Science) adalah metode yang sering diaplikasikan
dalam dunia pengetahuan pada umumnya. Untuk membuktikan suatu kebenaran dan
hipotesa-hipotesa maka dibutuhkan penelitian secra empiris di lapangan, dan
untuk mencapai kesempurnaan, paling tidak mendekati kesempurnaan untuk
penelitian hipotesa itu, maka metode ini sangat dibutuhkan dengan teknik-teknik
seperti interview, eksperimen, observasi, tes, dan survei di lapangan.
2.
Metode Keyakinan (Method of
Tenacity)
Metode Keyakinan (Method of Tenacity), adalah
metode berdasarkan suatu keyakinan yang kuat dan dimiliki oleh seseorang
peneliti. Keyakinan itu dapat diraih melalui:
a. Ilmu
Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu secara teoritis. Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu. sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin. ( QS at-Takaatsur: 1-5)
b. ‘Ainul Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang
diperoleh melalui pengamatan mata kepala secara langsung tanpa perantara,
seperti firman Allah SWT. “Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka
Jahanam, dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan penglihatan
mata kepala yang meyakinkan”. (At-Takaatsur: 6-7)
c. Haqqul
Yaqin, yaitu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan, penghayatan,
pengalaman. Seperti firman Allah Ta’ala: “Adapun jika Dia (orang yang mati)
Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), Maka Dia memperoleh
ketenteraman dan rezki serta jannah kenikmatan. Dan Adapun jika Dia Termasuk
golongan kanan, Maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan
Adapun jika Dia Termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, Maka Dia
mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam Jahannam.
Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka
bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Agung”. (Al Waqi’ah:
88-96).
d. Kamalul Yaqin,
yaitu suatu keyakinan yang sempurna dan lengkap, karena ia dibangun diatas
keyakinan berdasarkan hasil pengamatan penghayatan, teoritis, aplikatif, dan
empirik.
3.
Metode Otoritas (Method
of Authority)
Metode
Otoritas (Method of Authority), yatu suatu metode dengan
menggunakan otoritas yang dimiliki oleh peneliti, yaitu berdasarkan keahlian,
kewibawaan, dan pengaruh positif. Atas dasar itulah seorang psikoterapis
mamiliki hak penuh untuk melakukan tindakan secara bertanggungjawab. Apabila
seorang psikoterapis memiliki otoritas yang tinggi, maka sangat membantu dalam
mempercepat proses penyembuhan suatu penyakit atau gangguan yang sedang
diderita oleh seseorang.
4.
Metode Intuisi (Method of
Intuition)
Metode
Intuisi (Method of Intuition), adalah metode berdasarkan ilham yang
bersifat wahyu yang datangnya dari Allah SWT. Metode ini sering dilakukan oleh
para sufi dan orang-orang yang dekat dengan Allah dan mereka memiliki pandangan
batin yang tajam (bashirah), seta tersingkapnya alam kegaiban (mukasyafah). Metodologi
Tasawwuf (Method of Sufism), adalah suatu metode peleburan diri dari
sifat-sifat, karakter-karakter, dan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari
kehendak dan tuntunan Tuhan. Metode ini dibagi tiga, yakni:
a. Takhalli, yaitu
metode pengosongan diri dari kedurhakaan kepada Allah dengan jalan pertobatan
yang sesungguhnya.
b. Tahalli yaitu
pengisian diri dengan ibadah dan ketaatan, aplikasi tauhid dan akhlak yang
terpuji dan mulia. Firman Allah:
c. Tajalli dalam
makna bahasa dapat berarti tampak, terbuka, menampakkan, atau menyatakan diri.
Pada tingkatan inilah Allah menampakkan dirinya seluas-luasnya kepada hamba-Nya
yang dikehendakinya.
2.5 Langkah-Langkah dalam Terapi Religius
Menurut Moh. Sholeh dan
Imam Muskibin (2005: 43) dalam buku Agama sebagai terapi telaah menuju ilmu
kedokteran holistik, ada beberapa cara untuk mencegah munculnya penyakit
kejiwaan dan sekaligus menyembuhkannya, melalui konsep-konsep dalam Islam yaitu[8]:
1.
Menciptakan kehidupan islami dan
perilaku relgius. Upaya ini dapat ditemuh dengan cara mengisi kegiatan
sehari-hari dengan hal-hal bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai aqidah,
syari’ah, dan akhlak, aturan-aturan negara, norma-norma masyarakat, serta
menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang agama.
2.
Mengintensifkan dan meningkatkan
kualitas ibadah. Sembahyang, do’a dan permohonan ampun kepada Allah akan
mengembalikan ketenangan dan ketentraman jiwa bagi orang yang melakukannya.
Semakin dekat orang kepada Allah dan semakin banyak ibadahnya, maka akan
semakin tentramlah dan kesukaran-kesukaran dalam hidup. Demikian pula
sebaliknya, semakin jauh orang itu dari agama susah baginya mencari ketentraman
batin.
3.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas
dzikir. Al-Qur’an berulang kali menyebut bahwa orang yang banyak berdzikir
(menyebut nama Allah), hatinya akan tenang dan damai. Surat Al-Baqarah ayat 152
menjelaskan “karena itu, ingatlah (dzikirlah) engkau kepada-Ku niscaya Aku
ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengikari
nikmat-Ku.”
4.
Melaksanakan rukun Islam, rukun Iman dan
berbuat ihsan. Zakiah Daradjat dalam bukunya Islam dan kesehatan Mental
mengatakan bahwa ada pengaruh positif dari pelaksanaan rukun iman, rukun Islam
dan berbuat ihsan.
5.
Menjahui sifat-sifat tercela (al-akhlak
al-mazmumah). Sifat-sifat tercela secara langsung atau tidak dapat menimbulkan
gangguan dan penyakit kejiwaan.
6.
Mengembangkan sifat-sifat terpuji
(al-akhlak al-mahmudah). Sifat-sifat terpuji akan bisa mencegah timbulnya
gangguan kejiwaan atau penyakit rohaniah.
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir
(2002: 209) dalam buku Nuansa-nuansa psikologi islam, Psikoterapi Setelah
mempelajari teks-teks Al Qur’an , Muhammad Abd Aziz Al khalidi membagi obat
(syifa’) dengan dua bagian : pertama, obat bissi, yaitu obat yang dapat
menyembuhkan penyakit fisik seperti berobat dengan air, madu, buah-buahan yang
disebutkan didalam Al [9]Qur’an.
Kedua, obat ma’nawi yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu
manusia sepeti doa-doa dan isi kandungan Al Qur’an.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Psikoterapi Islam adalah proses
penyembuhan dan pengobatan suatu penyakit baik fisik maupun psikis melalui
bimbingan sumber hukum Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.
2.
Pikoterapi Islam mempunyai beberapa
fungsi diantaranya:
a. Fungsi
pencegahan, maksudnya seseorang dapat terhindar dari penyakit fisik maupun
psikis, khususnya adalah penyakit gangguan jiwa.
b. Fungsi
penyembuhan dan perawatan, maksudnya Psikoterapi Islam akan membantu seseorang
dalam proses penyembuhan penyakit gangguan jiwa yang diderita.
c. Fungsi
pensucian dan pembersiahn, maksudnya Psikoterapi Islam akan membantu penderita
gangguan jiwa agar jiwanya terhindar dari penyakit kotor, tercela, dan hina
dengan mensucikan jiwanya. Sedangkan tujuan dari Psikoterapi Islam pada intinya
adalah memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan
rohaninya.
3. Adapun
objek dari Psikoterapi Islam adalah mental, spiritual, moral, dan fisik.
4. Metode
yang terdapat dalam Psikoterapi Islam adalah metode ilmiah, metode keyakinan,
serta metode otoritas, serta metode intiusi di mana metode-metode tersebut
digunakan dalam proses penyemabuhan penyakit jiwa.
5. Langkah-langkah
dalam terpi agama di antaranya menciptakan kehidupan islami dan perilaku
religius, mengintensifkan dan meningkatkan kualitas ibadah, meningkatkan
kualitas dan kuantitas dzikir, menjahui sifat-sifat tercela (al-akhlak
al-mazmumah), serta mengembagkan akhlak terpuji.
DAFTAR
PUSTAKA
Adz-Dzaky, Hamdani
Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka
Baru. 2002.
Mujib,
Abdul dan Jusuf Mudzakir. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. 2002.
Sholeh,
Moh dan Imam Musbikin. Agama Sebagai Terapi Telaah Menuju Ilmu Kedokteran
Holistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.
[4] Hadits
Riwayat al-Bukhari (Kitab al-Da’awat, no. Hadist 6345) Lihat al-Bukhari (2000) Sahih al-Bukhari dalam Mawsu’ah al-Hadit as-Sharif al-Kutub
as-Sittah, al-Riyad: Dar-as-Salam li al-Nashr wa al-Tawzi, .534.
[5]
Hamdan Bakran Adz-Zaky, Konseling
dan Psikoterapi Islam (Jogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2004), 217.
[7]
Anonim. Al-Qur’an dan
Terjemahannya (Surabaya: Departemen Agama RI, 1989).
[8] Lihat
Farida Kusuma Wati dan Ydi Hartono. Buku
ajar Keperawatan Jiwa (Jakarta:
Salemba Medika, 2011), 90-96.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar