BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berakhirnya abad ke-20, negara di kawasan
Asia, terutama Indonesia dilanda krisis ekonomi yang cukup berat, bahkan di
Indonesia kemudian meluas menjadi krisis politik, pendidikan, sosial dan
budaya. Memasuki milinium ke tiga, negara kita juga mengalami suatu proses
transisi menuju ke arah terbentuknya masyarakat madani yang lebih demokratis
yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. Penerapan nilai-nilai universal
yang diakui oleh masyarakat global merupakan salah satu prasyarat untuk dapat
bersaing dalam masyarakat dunia yang semakin hari terasa semakin sempit.
Kondisi seperti itu lebih disemrawutkan dengan terpuruknya
bidang wacana keilmuan yang terjadi di negara kita. Di saat ilmu diharapkan
mampu menjawab semua tantangan perkembangan zaman, yang terjadi malah
dikotomisasi ilmu. Adalah suatu ketimpangan ketika ilmu agama disendirikan dan
dipisahkan dari ilmu umum yang pada kenyataannya mempunyai keterkaitan yang
tidak bisa dipisahkan karena eksistensinya yang saling komplementif. Hal ini berangkat
dari motif sebuah asumsi bahwa kajian agama dinilai tidak ilmiah oleh saintis
dan agama sendiri sering memandang ilmu sebagai kebenaran yang tidak harus
diikuti karena tidak berasal dari langit.[1]
Dalam rangka mempertemukan dua hal yang sejatinya satu itu,
penyusun tertarik dengan usaha yang dikembangkan oleh universitas-universitas
islam yang mulai mencoba inklusif, yaitu dengan menerapkan metode integrasi dan
interkoneksi dalam pembelajarannya. Dari proses ini diharapkan akan menjadi
solusi dari berbagai krisis yang diakibatkan oleh ketidakpedulian suatu ilmu
terhadap ilmu yang lain yang selama ini terjadi baik dalam kalangan pendidikan
Islam maupun pendidikan pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Sosiologi Dalam Studi Islam
Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa latin yang
terdiri dari kata “socius” yang berarti teman, dan “logos” yang berarti berkata atau berbicara
tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.[2] Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk
perubahan-perubahan sosial.[3]
Adapun objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan
antara manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.
Sedangkan tujuannya adalah meningkatkan daya kemampuan manusia dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya.
Sosiologi adalah kajian
ilmiah tentang kehidupan sosial manusia yang berusaha mencari tahu tentang
hakekat dan sebab-sebab dari berbagai pola pikir dan tindakan manusia yang
teratur dapat berulang. Berbeda dengan psikologi yang memusatkan perhatiannya
pada karakteristik pikiran dan tindakan orang perorangan, sosiologi hanya
tertarik kepada pikiran dan tindakan yang dimunculkan seseorang sebagai anggota
suatu kelompok atau masyarakat.[4] Namun perlu diingat, sosiologi adalah
disiplin ilmu yang luas dan mencakup banyak hal, dan ada banyak jenis sosiologi
yang mempelajari sesuatu yang berbeda dengan tujuan yang berbeda-beda pula.[5]
Beberapa sub-disiplin
dalam sosiologi yaitu: krimonologi, sosiologi sejarah, geografi manusia,
sosiologi industri, sosiologi politik, sosiologi pedesaan, sosiologi kota, dan
sosiologi agama.[6]
Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut :
Kriminologi adalah suatu kajian mengenai perkembangan aktivitas
kejahatan dalam hubungannya dengan fungsi struktur institusi, dan metode
mengendalikan penjahat dalam penangkapan, interogasi dan perawatan yang
berikutnya. Sosiologi sejarah adalah
suatu cabang sosiologi yang menggunakan data sejarah sebagai dasar untuk
membuat generalisasi ilmiah. Ia mementingkan pola atau bentuk
hidup kejadian-kejadian yang telah terjadi dalam sejarah, bukannya menentukan
tertib tarikh peristiwa sejarah yang seragam seperti yang dapat disimpulkan
dari peristiwa sejarah yang lalu.
Geografi manusia (kadang-kadang dinamakan antropo-geografi) ialah suatu ilmu mengenai hubungan timbal balik
manusia dengan alam lingkungan. Ia mempunyai dua prinsip pendekatan: Pertama, pengaruh alam lingkungan
seperti iklim, kedudukan tanah dan air yang terdapat dalam kehidupan sosial
manusia, suatu pengaruh yang biasanya dianggap sebagai bukan penentu, tetapi
sebagai suatu pembatasan terhadap batas-batas yang luas.
Kedua, pengaruh manusia terhadap alam lingkungannya. Ini termasuk
dalam arti kata yang luas, semua perubahan yang dilakukan oleh manusia terhadap
alam kebendaan, tetapi aktivitasnya lebih khusus seperti mengalirkan rawa-rawa
atau mempertahankan terusan. Sosiologi
industri berhubungan dengan cara mendapatkan pengetahuan mengenai proses
sosial yang terlibat dalam aktivitas industri, dan dengan organisasi industri
sebagai sistem sosial. Ilmu ini mengkaji aspek institusi mengenai aktivitas
industri, dan hubungan proses sosial dalam aktivitas industri kepada proses
lain dalam masyarakat.
Sosiologi politik adalah suatu cabang sosiologi yang menganalisa proses
politik dalam rangka bidang sosiologi, mengorientasikan pengamatannya khusus
kepada dinamika tingkah laku politik, karena kajian ini dipengaruhi beberapa
proses sosial, seperti kerjasama, persaingan, konflik, mobilitas sosial,
pembentukan pendapat umum, peralihan kekuasaan beberapa kelompok, dan semua
proses yang terlibat mempengaruhi tingkah laku politik.
Sosiologi pedesaan ialah kajian mengenai penduduk desa dalam hubungan dengan
kelompoknya. Ilmu ini menggunakan metode dan prinsip sosiologi umum dan
menggunakannya dalam kajian mengenai penduduk desa, sekitar ciri-ciri penduduk
desa, organisasi sosial desa, dan berbagai lembaga dan asosiasi yang berfungsi
di dalam kehidupan sosial desa, proses sosial yang penting yang terdapat dalam
kehidupan di desa, pengaruh perubahan sosial atas organisasi sosial desa, dan
beberapa masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa.
Sosiologi kota adalah kajian mengenai orang-orang kota dalam hubungan
mereka antara satu kelompok dengan kelompok lain. Bidang ini mengkaji ciri
orang kota, organisasi sosial dan aktivitas institusi mereka, proses interaksi
asas yang berlaku dalam kehidupan kota, pengaruh perubahan sosial dan beberapa
masalah yang mereka hadapi.
Sosiologi agama adalah melibatkan analisa sistimatik mengenai fenomena
agama dengan menggunakan konsep dan metode sosiologi. Institusi agama dikaji
sedemikian rupa, dan struktur serta prosesnya dianalisa, dan begitu juga
hubungannya dengan institusi yang lain, perkembangan, penyebaran dan jatuhnya
agama dikaji untuk tujuan prinsip umum yang dapat diperoleh darinya. Metode
pengendalian sosial melalui aktivitas agama dititikberatkan, seperti halnya
aspek psikologi sosial mengenai tingkah laku kolektif dalam hubungannya dengan
fungsi agama. Ajaran agama dianalisa dalam hubungan dengan struktur sosial.
Disamping sub-disiplin sosiologi tersebut di atas, juga ada disiplin
sosiologi pendidikan dan pengetahuan. Ahli sosiologi mengatakan bahwa pendidikan
adalah suatu kajian sosial, karena perkembangan anak perlu ditumbuhkan dari
segi hubungannya dengan masyarakat dan kebudayaannya, individu tidak dapat
berkembang jika diasingkan dari kelompok sosialnya, dan kelompok sosial yang
akhirnya membentuk kepribadian tersebut melalui interaksi sosial.
Sosiologi pengetahuan, suatu kajian mengenai hubungan antara struktur
pemikiran dan latar belakang sosiologi di mana ia hidup dan berfungsi, karena
manusia ingin mengetahui diri dan lingkungannya.
2.2 Agama sebagai
Fenomena Sosiologi
Penjelasan yang bagaimanapun tentang agama, tidak akan pernah tuntas tanpa
mengikutsertakan aspek-aspek sosiologinya. Agama yang menyangkut kepercayaan
serta berbagai prakteknya benar-benar merupakan masalah sosial, dan sampai saat
ini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat manusia di mana telah dimiliki
berbagai catatan tentang itu, termasuk yang bisa diketengahkan dan ditafsirkan
oleh para ahli arkeologi.
Dalam masyarakat yang sudah mapan, agama merupakan salah satu struktur
institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistem sosial. Akan tetapi
masalah agama berbeda dengan masalah pemerintahan dan hukum, yang lazim
menyangkut alokasi serta pengendalian kekuasaan. Berbeda dengan lembaga ekonomi
yang berkaitan dengan kerja, produksi dan pertukaran. Dan juga berbeda dengan
lembaga keluarga yang di antaranya berkaitan dengan pertalian keturunan serta
kekerabatan.
Perbandingan aktivitas keagamaan dengan aktivitas lain atau perbandingan
lembaga keagamaan dengan lembaga sosial lain, sepintas menunjukkan bahwa agama
dalam kaitannya dengan masalah yang tidak dapat diraba tersebut merupakan
sesuatu yang tidak penting, sesuatu yang sepele dibandingkan bagi masalah pokok
manusia. Namun kenyataan menunjukkan lain. Sebenarnya lembaga keagamaan adalah
menyangkut hal yang mengandung arti penting menyangkut masalah kehidupan
manusia, yang dalam transedensinya mencakup sesuatu yang mempunyai arti penting
dan menonjol bagi manusia. Bahkan sejarah menunjukkan bahwa lembaga-lembaga
keagamaan merupakan bentuk asosiasi manusia yang paling mungkin untuk terus
bertahan.
Disamping itu agama telah dicirikan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang
paling kental; sebagai sejumlah besar moralitas, sumber tatanan masyarakat dan
perdamaian batin individu, sebagai sesuatu yang memuliakan dan yang membuat
manusia beradab. Tetapi agama juga dituduh sebagai penghambat kemajuan manusia,
dan mempertinggi fanatisme dan sifat tidak toleran. Pengacauan, pengabaian,
tahayul dan kesia-siaan.
Catatan sejarah yang ada menunjukkan agama sebagai salah satu penghambat
tatanan sosial yang telah mapan. Tetapi agama juga memperlihatkan kemampuannya
melahirkan kecenderungan yang sangat revolusioner. Emile Durkheim seorang
pelopor sosiologi agama di Prancis berpendapat bahwa agama merupakan sumber
semua kebudayaan yang sangat tinggi. Sedangkan Marx mengatakan bahwa agama
adalah candu bagi manusia. Jelas agama menunjukkan seperangkat aktivitas sosial
yang mempunyai arti penting.
Ibnu Khaldun[7]
menghimpun aliran sosiologi dalam Mukaddimah.
Cakrawala pemikiran Ibnu Khaldun sangat luas, dia dapat memahami masyarakat
dalam segala totalitasnya, dan dia menunjukkan segala penomena untuk bahan
studinya. Dia juga mencoba
untuk memahami gejala-gejala itu dan menjelaskan hubungan kausalitas di bawah
sorotan sinar sejarah. Kemudian dia mensistematik proses peristiwa-peristiwa
dan kaitannya dalam suatu kaidah sosial yang umum.
Dia adalah penggagas ilmu peradaban atau filsafat sosial, pokok bahasannya
ialah kesejahteraan masyarakat manusia dan kesejahteraan sosial. Ibnu Khaldun
memandang ilmu peradaban adalah ilmu baru, luar biasa dan banyak faedahnya.
Ilmu baru ini, yang diciptakan oleh Ibnu Khaldun memiliki arti yang besar.
Menurutnya ilmu ini adalah kaidah-kaidah untuk memisahkan yang benar dari yang
salah dalam penyajian fakta, menunjukkan yang mungkin dan yang mustahil. Ibnu Khaldun membagi topik ke dalam 6 pasal
besar yaitu :
- Tentang masyarakat manusia setara keseluruhan dan
jenis-jenisnya dalam perimbangannya dengan bumi; “ilmu sosiologi umum”.
- Tentang masyarakat pengembara dengan menyebut
kabilah-kabilah dan etnis yang biadab; “sosiologi pedesaan”.
- Tentang
negara, khilafat dan pergantian sultan-sultan; “sosiologi politik”.
- Tentang
masyarakat menetap, negeri-negeri dan kota; “sosiologi kota”.
- Tentang
pertukangan, kehidupan, penghasilan dan aspek-aspeknya; “sosiologi
industri”.
- Tentang
ilmu pengetahuan, cara memperolehnya dan mengajarkannya; “sosiologi
pendidikan”.[8]
Juga dia adalah orang
yang pertama yang mengaitkan antara evolusi masyarakat manusia dari satu sisi
dan sebab-sebab yang berkaitan pada sisi yang lain. Dia mengetahui dengan baik
masalah-masalah penelitian dan laporan-laporan penelitian. Laporan penelitian
menurut Ibnu Khaldun hendaklah diperkuat oleh dalil-dalil yang meyakinkan. Dia
telah mengkaji prilaku manusia dan pengaruh iklim dan berbagai aspek pencarian
nafkah beserta penjelasan pengaruhnya pada konstitusi tubuh manusia dan
intelektual manusia dan masyarakat.
Dalam kajian pendekatan sosiologi dalam studi Islam, banyak para penulis
baik penulis dari barat maupun penulis muslim itu sendiri, yang telah
menghasilkan karyanya tentang sosiologi yang ada hubungannya dalam memahami
agama. Diantaranya adalah Clifford Geertz
dalam bukunya; The religion of Java, tulisannya
ini sangat menberikan kontribusi yang luar biasa meskipun banyak kritikan yang
dilontarkan kepadanya. Namun dari segi metodologi banyak manfaatnya yang bisa
diambil dalam karyanya ini.Geertz menemukan adanya pengaruh agama dalam pojok
dan celah kehidupan Jawa. Masih banyak lagi karya Geertz yang lain seperti; Religion as a cultural system dalam Anthropological approachhes to the study of
religion, juga karyanya yang lain; Tafsir
kebudayaan, after the fact, politik kebudayaan Islam serta karya-karya
Geertz yang lainnya.
Menurut Akbar S.Ahmad tokoh-tokoh sosiologi dalam dunia Islam telah tumbuh
dengan pesat jauh sebelum tokoh-tokoh dari barat muncul, seperti seorang tokoh
muslim Abu Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni al-Khawarizmi. Menurut sumber-sumber otentik, karya
al-Biruni lebih dari 200 buah, namun hanya sekitar 180 saja yang diketahui dan
terlacak.beberapa diantara bukunya terbilang sebagai karya monumental. Selain
yang telah tersebut di atas . Seperti buku al-Atsar al-Baqiyah ‘an al-Qurun
al-Khaliyah (peninggalan bangsa-bangsa kuno) yang ditulisnya pada 998 M, ketika
dia merantau ke-Jurjan, daerah tenggara laut Kaspia. Dalam karyanya tersebut,
al-Biruni antara lain mengupas sekitar upacara-upacara ritual, pesta dan
festival bangsa-bangsa kuno.[9]
Ali Syari’ati merupakan salah satu
tokoh sosiologi, yang menyatukan ide dan praktik yang menjelma dalam revolusi
Islam Iran. Kekuatan idenya itulah yang menggerakkan pemimpin spiritual Iran,
Ali Khomeini memimpin gerakan masa yang melahirkan Republik Islam Iran pada tahun
1979.[10] Sebagai sang sosiolog yang tertarik pada dialektis
antara teori dan praktik : antara ide dan kekuatan-kekuatan sosial dan antara
kesadaran dan eksistensi kemanusiaan. Dua tahun sebelum revolusi Iran-
Syari’ati telah menulis beberapa buku, diantaranya : Marxisme and other western Fallacies, On the Sociology of Islam,
Al-Ummah wa Al-Imamah, Intizar Madab I’tiraz dan Role of Intellectual in Society.
Selanjutnya Ibnu Batutah, adapun
karyanya yang berjudul Tuhfah al-Nuzzar
fi Ghara’ib al-Amsar wa Ajaib al-Asfar (persembahan seorang pengamat
tentang kota-kota asing dan perjalanan yang mengagumkan) Kemudian tokoh
sosiologi yang tidak asing lagi yaitu Ibnu Khaldun, pemikiran dan teori-teori
politiknya yang sangat maju telah mempengaruhi karya-karya para pemikir politik
terkemuka sesudahnya seperti Machiavelli dan Vico. Dia mampu menembus ke dalam
fenomena sosial sebagai filsuf dan ahli ekonomi yang dalam ilmunya. Dia juga
peletak dasar ilmu sosiologi dan politik melalui karya magnum opus-nya, Al-Muqaddimah.
Adapun teori yang dikemukakan Ibnu Khaldun dikenal orang dengan teori disintegrasi (ancaman perpecahan
suatu masyarakat/bangsa). Dia menulis soal itu lantaran melihat secara faktual
ancaman disintegrasi akan membayangi dan mengintai umat manusia bila
mengabaikan dimensi stabilitas sosial dan politik dalam masyarakatnya.
Setidaknya, berkat dialah dasar-dasar ilmu sosiologi politik dan filsafat
dibangun. Tidak heran jika warisannya itu banyak diterjemahkan keberbagai
bahasa, termasuk bahasa Indonesia.[11] Juga banyak tokoh-tokoh sosiologi Indonesia seperti:
Soerjono Soekanto, diantara karyanya; sosiologi suatu pengantar. Di antara
hasil karyanya; masyarakat desa di Indonesia masa ini, beberapa pokok
antropologi sosial dan lain-lain.
Beberapa
tokoh-tokoh yang mempengaruhi
perkembangan ilmu sosiologi lainnya diantaranya yaitu:
a. Agust
Comte (1798–1857), seorang Perancis yang merupakan bapak sosiologi yang pertama
kali memberi nama pada ilmu tersebut yaitu dari kata-kata socius dan logos. Hasil
karyanya adalah; The scisntific labors
necessary for the reorganization of society (1822). The positive philosophy (6 Jilid 1830–1840), subjective synthesis (1820–1903).
b. Herbert
Spencer (1820–1903), karyanya yang
terkenal; The principles of sociology, yang
menguraikan materi sosiologi secara sistematis.
c. Emile
Durkheim (1858 –1917), adapun karyanya; The
social division of labor, The rules
of sociological method dan The
elementary forms of religious life.
d. Max
Weber (1864–1920), sosiologi dikatakan sebagai suatu ilmu yang berusaha untuk
memberikan pengertian tentang aksi-aksi sosial untuk memperoleh gambaran dan
pengaruhnya. Diantara karyanya adalah; Economic
and society, collected essays on sosiology of religion dan lain-lain.
e. Charles
Horton Cooley (1864–1929), yang mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbal
balik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dan masyarakat.
Karyanya adalah; Human ature and society
order, social organization dan social process.
f. Ferdinand
Tonnis, hasil karyanya; Sociological
studies and critism (3 jilid, 1952).
g. Vilfredo
Pareto (1848–1923), hasil karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dengan judul; The mind and society.[12]
h. Thomas
F. O’deo, hasil karyanya; The sociology
of religion.
i.
Karl Marx (1818–1883) adalah tokoh yang
sangat terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis internasional
1.3 Integrasi islam dengan ilmu tgeografi
Islam mulai berkembang pada masa era kekhalifahan Abbasiyah
yang berpusat di Baghdad. Ketika itu, Khalifah Harun Ar-Rasyid mendorong para
sarjana Muslim menerjemahkan naskah-naskah kuno dari Yunani ke dalam bahasa
Arab. Diantara buku yang diterjemahkan adalah Alemagest dan Geographia. Kedua
buku ini membahas tentang ilmu geografi. Dari sinilah kemudian banyak pelajar
yang mempelajari ilmu tersebut sehingga dalam waktu yang tidak lama lahir para
pakar geografi.
Ketertarikan kaum Muslimin terhadap geografi diawali dengan
kegandrungannya kepada astronomi. Dari ilmu inilah kemudian membawa mereka
menggeluti ilmu bumi. Peta yang dibuat bangsa Yunani dan Romawi menarik minat
pelajar Muslim untuk mempelajarinya.
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara
aktif menjelajahi geografi. Beberapa tokoh Yunani yang berjasa mengeksplorasi geografi
sebagai ilmu dan filosofi antara lain; Thales dari Miletus, Herodotus,
Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan
Ptolemy. Sedang bangsa Romawi turut memberi sumbangan pada pemetaan setelah
mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu
tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan, dan daratan sepanjang
garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai.
Namun para sarjana Muslim tidak hanya menerjemahkan dan
mempelajari karya-karya Yunani tetapi juga mengkombinasikannya dengan
pengetahuan yang telah berkembang di pusat kebudayaan di Mesir, India, dan
Persia. Inilah yang membuat ilmu geografi di tangan kaum Muslimin maju pesat.
Demikian pula ilmu-ilmu yang berhubungan dengan geografi seperti perpetaan dan
kosmografi mengalami kemajuan yang besar. Dari sinilah kemudian muncul istilah
mil untuk mengukur jarak. Sedangkan orang Yunani menggunakan istilah stadion.
Dalam hal ini seorang sarjana Barat seperti Gustave Le Bon
dalam bukunya Arabs Civilization hal 468 mengatakan bahwa meski geografi
sebagai ilmu pengetahuan dimulai sebelum Islam, namun kontribusi umat Islam
sangatlah besar. “Meski kaum Muslimin belajar geografi kepada ilmuwan Yunani
seperti Ptolemy, namun ilmu mereka melampaui guru mereka,” jelas Gustave.
Sederet geografer Muslim telah banyak memberi kontribusi
bagi pengembangan ilmu bumi. Al-Kindi diakui begitu berjasa sebagai geografer
pertama yang memperkenalkan percobaan ke dalam ilmu bumi. Sedangkan, Al-Biruni
didapuk sebagai ‘bapak geodesi’ yang banyak memberi kontribusi terhadap
geografi dan juga geologi.
John J O’Connor dan Edmund F Robertson menuliskan
pengakuannya terhadap kontribusi Al-Biruni dalam MacTutor History of
Mathematics. Menurut mereka, ‘’Al-Biruni telah menyumbangkan kontribusi penting
bagi pengembangan geografi dan geodesi. Dialah yang memperkenalkan teknik
pengukuran bumi dan jaraknya dengan menggunakan triangulation.’’
Al-Biruni-lah yang menemukan radius bumi mencapai 6.339,6
km. Hingga abad ke-16 M, Barat belum mampu mengukur radius bumi seperti yang
dilakukan Al-Biruni.Bapak sejarah sains, George Sarton, juga mengakui
kontribusi sarjana Muslim dalam pengembangan geografi dan geologi.
‘’Kita menemukan dalam tulisannya metedo penelitian kimia,
sebuah teori tentang pembentukan besi.’’ Salah satu kekhasan yang dikembangkan
geografer Muslim adalah munculnya bio-geografi. Hal itu didorong oleh banyaknya
orang Arab di era kekhalifahan yangtertarik untuk mendistribusi dan
mengklasifikasi tanaman, binatang, dan evolusi kehidupan. Para sarjana Muslim
mencoba menganalisis beragam jenis tanaman.
2.4
Dukungan Penguasa
Geliat mempelajari ilmu geografi semakin besar ketika
Khalifah Al-Mam’un, penerus Harul Al-Rasyid memerintahkan para geografer Muslim
untuk mengukur kembali jarak bumi. Untuk mendukung proyek tersebut, Al-Ma’mun
juga membiayai semua perjalanan yang dilakukan dalam menjelajahi dunia.
Tentu saja dukungan ini mendapat sambutan yang luar biasa
dari para sarjana islam. Apalagi mereka melakukan ekespedisi juga dalam rangka
menyebarkan dakwah Islam. Tak pelak umat Islam pun mulai mengarungi lautan dan
menjelajah daratan untuk menyebarkan agama Allah Subhanahu Wata’ala. Seiring
meluasnya ekspansi dan ekspedisi rute-rute perjalanan melalui darat dan laut
pun mulai bertambah. Tak heran, jika sejak abad ke-8 M, kawasan Mediterania
telah menjadi jalur utama umat Islam.
Atas upaya dan kerja keras para geografer Muslim, akhirnya
apa yang diharapkan Al-Ma’mun bisa terwujud. Para sarjana Muslim mampu
menghitung volume dan keliling bumi. Berbekal keberhasilan itu, Khalifah
Al-Ma’mun memerintahkan untuk menciptakan peta bumi yang besar. Adalah Musa
Al-Khawarizmi bersama 70 geografer lainnya mampu membuat peta globe pertama
pada tahun 830 M.
Khawarizmi juga berhasil menulis kitab geografi yang
berjudul Surah Al- Ard (Morfologi Bumi) sebuah koreksi terhadap karya
Ptolemaeus. Kitab itu menjadi landasan ilmiah bagi geografi Muslim tradisional.
Pada abad yang sama, Al-Kindi juga menulis sebuah buku
bertajuk ‘Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni’. Sejak saat itu, geografi
pun berkembang pesat. Sejumlah geografer Muslim berhasil melakukan terobosan
dan penemuan penting. Di awal abad ke-10 M, secara khusus, Abu Zayd Al-Balkhi
yang berasal dari Balkh mendirikan sekolah di kota Baghdadyang secara khusus
mengkaji dan membuat peta bumi.
Di abad ke-11 M, seorang geografer termasyhur dari Spanyol,
Abu Ubaid Al- Bakri berhasil menulis kitab di bidang geografi, yakni Mu’jam
Al-Ista’jam (EksiklopediGeografi) dan Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalan dan
Kerajaan). Buku pertama berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab. Sedangkan yang
kedua berisi pemetaan geografis dunia Arab zaman dahulu. Pada abad ke-12,
geografer Muslim, Al-Idrisi berhasil membuat peta dunia. Al-Idrisi yang lahir
pada tahun 1100 di Ceuta Spanyol itu juga menulis kitab geografi berjudul Kitab
Nazhah Al- Muslak fi Ikhtira Al-Falak (Tempat Orang yang Rindu
MenembusCakrawala). Kitab ini begitu berpengaruh sehingga diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin, Geographia Nubiensis.
Seabad kemudian, dua geografer Muslim yakni, Qutubuddin
Asy-Syirazi (1236 M -1311 M) dan Yaqut Ar-Rumi (1179 M -1229 M) berhasil
melakukan terobosan baru. Qutubuddin mampu membuat peta Laut Putih/Laut Tengah
yang dihadiahkan kepada Raja Persia. Sedangkan, Yaqut berhasil menulis enam
jilid ensiklopedi bertajuk Mu’jam Al-Buldan (Ensiklopedi Negeri-negeri).
Penjelajah Muslim asal Maroko, Ibnu Battuta di abad ke-14 M
memberi sumbangan dalam menemukan rute perjalanan baru. Hampir selama 30 tahun,
Ibnu Battuta menjelajahi daratan dan mengarungi lautan untuk berkeliling dunia.
Penjelajah Muslim lainnya yang mampu mengubah rute perjalanan laut adalah
Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok. Dia melakukan ekspedisi sebanyak tujuh kali
mulai daritahun 1405 hingga 1433 M.Dengan menguasai geografi, di era keemasan
umat Islam mampu menggenggam dunia.
Tak pelak, Islam banyak memberi kontribusi bagi pengembangan
geografi. Sumbangan dunia Islam meliputi pengetahuan klimatologi (termasuk
angin munson), morfologi, proses geologi, sistem mata pencaharian, organisasi
kemasyarakatann, mobilitas penduduk, serta koreksi akan kesalahan yang tertulis
pada buku yang ditulis ptolomeus.
Karya-karya sarjana Muslim seperti Al-Biruni, Ibnu Sina, Ai
Istakhiri, Al Idrisi, Ibn Khaldun dan Ibn Batuta telah menjadi dasar pemicu
kembalinya perkembangan ilmu pengetahuan. Bukan hanya geografi namun juga dalam
berbagai ilmu lain. Karena demikian besar jasanya dalam geografi dan
Kartografi, Al-Idrisi diangkat diangkat sebagai penasihat dan pengajar di
istana raja Sicilia, Roger II (1154), dan akhir-akhir ini namanya (Idrisi)
diabadikan untuk nama perangkat lunak yang dikembangkan Universitas Clark di
Worcester (Amerika Serikat) untuk alat bantu analsisis geografi, citra digital,
kartografi, dan sistem informasi geografis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beberapa objek pendekatan sosiologi yang digunakan oleh para sosiolog
ternyata menghasilkan cara untuk memahami agama dengan mudah. Selain itu memang
menurut beberapa sosiolog dan ahli metodologi studi-studi ke-Islaman bahwa
agama Islam itu sendiri sangat mementingkan peranan aspek sosial dalam
kehidupan beragama.
Karena objek sosiologi adalah masyarakat, maka ilmu ini sangat cepat
berkembang dan bercabang kepada bidang-bidang keilmuan lainnya, sosiologi
hukum, sosiologi perkotaan, sosiologi pedesaan, sastra dan lain sebagainya, dan
tidak menutup kemungkinan bahwa cabang-cabang sosiologi akan bertambah.
Kajian-kajian ke-Islaman yang menggunakan pendekatan sosiologi sangat
menarik dan lebih dapat mendekatkan pemahaman terhadap universalitas ajaran
Islam itu sendiri. Tetapi kajian-kajian tersebut masih membutuhkan uluran
tangan sarjana-sarjana Islam untuk mengembangkannya.
Objek bahasan pendekatan sosiologi dalam studi Islam seperti dalam
pembahasan makalah ini, terdapat tiga pendekatan utama sosiologi, yaitu : 1)
pendekatan struktural–fungsional, 2) pendekatan konflik atau marxien dan 3) pendekatan
interaksionisme–simbolis.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. Mukti. Ibnu Khaldun dan Asal-usul Sosiolog. Yogyakarta:
Yayasan Nida, 1970.
Bahreisi, Hussein. Hadits Bukhari-Muslim. Surabaya : Karya
Utama, tt.
Bastaman, Hanna Djumhana. Integrasi Psikologi Dengan
Islam: Menuju Psikologi Islami. Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil dan Pustaka
Pelajar. 1996.
Ba-Yunus, Ilyas, Farid Ahmad. Islamic Sosiology; An Introduction. terj. Hamid Basyaib. Bandung:
Mizan, 1996.
MGMP, Tim. Sosiologi
SUMUT. Sosiologi. Medan : Kurnia, 1999.
Nata, Abuddin. Metodelogi
Studi Islam. Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2002.
Rahmat, Jalaluddin.
Islam alternatif. Bandung : Mizan,
1986.
Ridwan, Deden.
(ed). Tradisi Baru Penelitian Agama Islam
Tinjauan Antar Disiplin Ilmu. Bandung: Nuansa, 2001.
Sanderson, Stepen. Sosiologi Makro. edisi Indonesia. Hotman
M. Siahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Soekanto, Soerjono.
Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :
Rajawali, 1987.
Sucipto, Hery. Ensiklopedi
Tokoh Islam. Bandung : Mizan
2003.
Syani, Abdul. Sosiologi
dan Perubahan Masyarakat. Lampung :
Pustaka Jaya, 1995.
Werren, Joseph
Roucek, Rolan. Sosiologi An Introduction.
terj. Sehat Simamora. Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984.
[1]
Baca Alim Ruswantoro,
“Paradigma Keilmuan UIN Yogyakarta” dalam M. Yusuf dan Mustofa (ed.), Mengukir
Prestasi di Jalur Khusus, (Yogyakarta: Penerbit Pendi Pontren Depag RI, 2007),
hlm. 39.
[3]Tim MGMP, Sosiologi
SUMUT, Sosiologi (Medan : Kurnia, 1999) h. 3.
[5]Stepen Sanderson, Sosiologi
Makro, edisi Indonesia, Hotman M. Siahaan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1995), h. 2.
[6]Joseph Roucek dan Rolan Werren, Sosiologi An Introduction, terj. Sehat Simamora,
(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984), h. 253.
[7] A. Mukti
Ali, Ibnu Khaldun dan Asal-usul Sosiolog (Yogyakarta:
Yayasan Nida, 1970), h. 12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar