BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa sebagai agent of change dan social
control dalam kehidupan bermasyarakat menempatkan mahasiswa sebagai basis
intelektual menuju perubahan yang lebih baik dan dalam praktiknya dilakukan
dengan membentuk suatu gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar
perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas
dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya
(wikipedia.com). Dalam konteks transisi politik Indonesia, gerakan mahasiswa
telah memainkan peranan yang secara nyata mampu mendobrak rezim otoritarian
(Prasetyantoko, 2001: 1).
Ini dapat di lihat
dari pengalaman historis bangsa Indonesia bahwa mahasiswa selalu mendapat
peranan penting dalam setiap perjuangan bangsa Indonesia. Seperti pada masa
kolonialisme Belanda di Indonesia, kaum-kaum terpelajar atau mahasiswa
Indonesia sejak tahun 1915 telah mengenal nasionalisme dan memulai
gerakan-gerakan mereka dengan mendirikan TRIKORO-DARMO yang kemudian
gerakan-gerakan mahasiswa tersebut terus berspora ke seluruh pelosok Nusantara.
Pada masa pendudukan Jepang muncul Gerakan Bawah Tanah (GBT) yang dilakukan
oleh pemuda-pemuda Indonesia yang bertujuan untuk secepatnya memerdekakan diri
tanpa bantuan Jepang.
Demonstrasi digulirkan sejak sebelum
Sidang Umum (SU) MPR 1998 diadakan oleh mahasiswa Yogyakarta dan menjelang
serta saat diselenggarakan SU MPR 1998 demonstrasi mahasiswa semakin
menjadi-jadi di banyak kota di Indonesia termasuk Jakarta, sampai akhirnya
berlanjut terus hingga bulan Mei 1998. Insiden besar pertama kali adalah pada
tanggal 2 Mei 1998 di depan kampus IKIP Rawamangun Jakarta karena mahasiswa
dihadang Brimob dan di Bogor karena mahasiswa non-IPB ditolak masuk ke dalam
kampus IPB sehingga bentrok dengan aparat.
Mahasiswa bergerak dari Kampus Trisakti
di Grogol menuju ke Gedung DPR/MPR di Slipi. Dihadang oleh aparat kepolisian
mengharuskan mereka kembali ke kampus dan sore harinya terjadilah penembakan
terhadap mahasiswa Trisakti. Penembakan itu berlangsung sepanjang sore hari dan
mengakibatkan 4 mahasiswa Trisakti meninggal dunia dan puluhan orang lainnya
baik mahasiswa dan masyarakat masuk rumah sakit karena terluka. Sepanjang malam
tanggal 12 Mei 1998 hingga pagi hari, masyarakat mengamuk dan melakukan
perusakan di daerah Grogol dan terus menyebar hingga ke seluruh kota Jakarta.
Mereka kecewa dengan tindakan aparat yang menembak mati mahasiswa. Jakarta
geger dan mencekam.
Mahasiswa-mahasiswa
yang gugur sebagai pahlawan reformasi pada saat terjadinya Tragedi Trisakti
adalah Elang Mulya, Hafidin Royan, Hendriawan Sie, Hery
Hartanto.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok pikiran diatas, terdapat
masalah utama yang menjadi kajian penulisan makalah ini, yaitu: “Bagaimana
Gerakan Mahasiswa tahun 1998 yang mengakibatkan keruntuhan Orde Baru?”. Untuk
lebih memfokuskan masalah dari masalah utama maka penulis membatasi
permasalahan yang dirumuskan dalam beberapa pernyataan sebagai berikut:
a.
Bagaimana latar belakang peristiwa tragedi
Trisakti Mei 1998?
b.
Bagaimana proses terjadinya peristiwa tragedi
Trisakti Mei 1998?
c.
Bagaimana dampak dari peristiwa tragedi Trisakti
Mei 1998?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
a.
Menjelaskan bagaimana latar belakang gerakan
Trisakti Mei 1998.
b.
Menjelaskan proses tragedi Trisakti Mei 1998.
c.
Menjelaskan dampak tragedi Trisakti Mei 1998.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Elang Mulya
Lesmana
Informasi
pribadi
|
|
Lahir
|
|
Meninggal
|
|
Kebangsaan
|
|
Profesi
|
Elang Mulia Lesmana (lahir di Jakarta, 5 Juli 1978 – meninggal di Jakarta, 12 Mei 1998 pada umur 19 tahun) adalah seorang mahasiswa Fakultas
Arsitektur Universitas Trisakti angkatan 1996 yang meninggal karena terkena peluru
tajam pada Tragedi Trisakti. Pada tragedi ini beberapa mahasiswa gugur ketika
menyampaikan aspirasi untuk memperjuangkan reformasi
Kronologi
Meninggalnya Elang Mulia Lesmana
Kronologi meninggalnya Elang Mulia Lesmana diingat jelas
oleh Arfianda Bachtiar atau dikenal dengan nama Frankie,
pria lulusan Fakultas Teknik Industri, Jurusan Arsitektur Universitas
Trisakti, angkatan 1996, yang merupakan sahabat karib Elang. Sehari sebelum
tragedi atau tepatnya pada 11 Mei 1998, Frankie dan Elang berniat mengerjakan tugas kelompok yang
harus dikumpulkan esok hari. Frankie memang kerap menginap di rumah Elang untuk
belajar bersama, terlebih minggu itu akan diadakan ujian tengah semester.
Ketika hujan deras, keduanya berboncengan menuju rumah Elang di kawasan Ciputat, Tangerang.
Malam itu, Elang menunjukkan sikap yang berbeda dari
biasanya, sosok ceria dan pandainya menghilang. Elang lebih banyak melamun,
sehingga Frankie harus menegur berkali-kali saat Elang mengacuhkan pertanyaan
Frankie. Keesokan harinya, pada pukul
09.00 WIB, keduanya berangkat ke kampus.
Sebelum pergi, ibunda Elang sempat berpesan pada Frankie agar berhati-hati
mengendarai motor.Mendengar pesan ibunda Elang yang begitu mengkhawatirkan
keduanya, Elang membalasnya dengan candaan,"Mami jangan ngomong gitu dong
ke Frankie, Elang kan jadi malu,". Hari itu, ujian tengah semester
dibatalkan karena mahasiswa diharapkan berpartisipasi dalam demonstrasi di kampus.
Keduanya memang telah berniat untuk ikut serta dalam aksi
tersebut.
Frankie langsung mengeluarkan jaket almamater yang telah disiapkan, begitu juga seharusnya Elang.
Tetapi ternyata Elang lupa untuk membawa jaket almamaternya.
Di situlah Frankie melihat bahwa Elang seperti orang yang banyak pikiran yang
mengakibatkan lupa terhadap sesuatu hal yang lain. Sebelum ikut berorasi, Frankie
mengajak Elang melihat proyek kos-kosan milik orang tuanya yang tengah dibangun
persis di seberang gedung kampus.
Setelah berjalan kaki lima menit keduanya sampai di lokasi proyek, lalu
menghabiskan waktu di sana sekitar sejam. Menjelang siang, keduanya kembali
ke kampus.
Ketika akan meninggalkan lokasi proyek tiba-tiba salah satu
tukang bangunan memanggil Frankie dan memberikan pensil gambar kesayangan Elang
yang terjatuh. Kejadian aneh pun kembali dirasakan
Frankie, saat keduanya melewati halte bis di tikungan Jalan Letjen S Parman, tiba-tiba ada seorang perempuan
yang menangis ketika Elang melintasinya. Namun, ketika orasi tengah berlangsung di tengah-tengah parkiran kampus,
Frankie kembali menemukan sosok perempuan lain di antara rapatnya peserta demo
di sana yang menangis saat berada di dekat Elang.
Hari semakin sore, perlahan seluruh mahasiswa bergerak ke
luar kampus untuk menuju ke gedung DPR.
Namun, aksi para mahasiswa dihadang aparat keamanan.
Negoisasi antara mahasiswa dan aparat pun berlangsung alot.
Selama kurang lebih tiga jam para demonstran menghabiskan waktu di jalanan,
beberapa mahasiswa menyempatkan mengabadikan momen tersebut dengan berfoto
bersama. Frankie memutuskan untuk meminta
bantuan seorang temannya yang saat itu membawa kamera untuk mengambil gambar
dirinya bersama Elang dan satu sahabatnya lagi, Adny.
Suasana kian memanas, aparat memaksa para demonstran untuk kembali masuk ke
kampus.
Melihat kondisi yang mulai tak terkendali, Frankie berpesan pada dua sahabatnya
yakni Elang dan Adny, jika terpisah ketiganya berjanji akan berkumpul di pos satpam di depan pintu masuk kampus.
Peluru
Menembus Jantung Elang
Aparat keamanan dan mahasiswa di luar Trisakti
Aparat mulai menyerang para demonstran dengan gas air mata dan peluru karet serta tembakan peringatan ke atas.
Mendengar suara tembakan tersebut, ribuan mahasiswa serentak berlari dan
berebut untuk masuk kampus melalui gerbang di Jalan S Parman.
Karena Frankie dan Elang posisinya di depan polisi, Frankie melihat tidak ada
peluang untuk masuk kampus karena posisinya paling belakang, sedangkan polisi
semakin dekat jaraknya.
Oleh sebab itu, Frankie memutuskan untuk segera memanjat
pagar kampus yang pada saat itu terkunci.
Ketika dalam posisi memanjat, Frankie merasakan panas pada bagian perut.
Ternyata ia terkena puluru karet yang meleset dan mengenai kancing celananya. Frankie mencoba kembali ke
kampusnya dengan memanjat tembok pembatas kedua kampus (Universitas Tarumanegara dan Universitas Trisakti) yang letaknya bersebelahan.
Ia mencoba mencari keberadaan kedua sahabatnya. Seperti yang dijanjikan ketiganya
akan berkumpul di pos satpam. Bergegas ia menuju tempat tersebut. Namun ia hanya mendapati dirinya
sendiri, tak ada Elang maupun Adny.
Tak lama kemudian, Frankie mendengar kabar bahwa Elang
terkena tembak.
Ia bertanya kepada temannya di bagian mana Elang tertembak, lalu temannya
menunjuk ke arah jantungnya. Dengan emosi Frankie menuju ke Rumah Sakit Sumber Waras, di mana semua korban dilarikan ke
rumah sakit tersebut.
Di sana Frankie menemukan sosok sahabatnya telah terbaring di kamar jenazah
dengan terbalut kain tubuhnya telah kaku dan dingin. Luka peluru Elang menembus jantung
hingga punggung.
Peluru tajam yang menembus jantung Elang ditemukan di dalam
tas punggung yang dibawanya. Di dalam tas itu ada botol parfum
yang juga pecah terkena peluru. Parfum itu merupakan kado ulang
tahun untuk teman wanitanya yang belum sempat Elang berikan.
Penghargaan
Bagi Elang Mulia Lesmana
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada hari Senin pagi tanggal 15 Agustus 2005 memberikan Bintang Jasa Pratama kepada 4 orang mahasiswa Trisakti yang tewas dalam
kerusuhan massa Mei 1998 lalu yakni Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hery Heriyanto dan Hendriawan Sie. Pemberian penghargaan kehormatan
dilakukan di Istana Negara
dalam suatu upacara penghormatan.
Mereka dianggap berjasa sebagai pejuang reformasi karena pengorbanan jiwa
mereka dapat mendorong terjadinya perubahan besar dalam kehidupan bernegara.
2.2 Hafidin Royan
Idhin tertembak di dahi dan tak sempat diselamatkan di rumah
sakit. Menurut orang tuanya, hari itu berjalan biasa saja dan mereka baru
menyadari setelah mendapat kabar dari teman Idhin. Seperti juga pahlawan
lainnya, Idhin tertembak di sekitar kampus.
Hafidhin Royan lahir di Bandung pada tanggal 28 September
1976. Dia adalah mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Trisakti, angkatan 1995.
Royan adalah anak keempat dari lima bersaudara. Selain itu, dia juga anak
laki-laki satu-satunya. Ayahnya bernama Ir. H. Enus Yunus dan ibunya bernama
Ir. Sunarmi.Tak lama setelah Soeharto terpilih kembali menjadi presiden pada
bulan April 1998 bangsa Indonesia dilanda berbagai krisis moneter yang
menyengsarakan rakyat.
Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran
menuntut agar Presiden Soeharto mundur. Demonstrasi dan pengrusakan terjadi di
mana-mana. Ketika itu, Presiden Soeharto mempercepat kepulangannya dari Mesir
karena demonstrasi sudah semakin meluas. Bahkan, para demonstran mahasiswa
sudah menduduki gedung DPR/MPR.
Pada tanggal 12 Mei 1998, Mahasiswa melakukan aksi damai
dari kampus Trisakti menuju gedung DPR/MPR. Namun, aksi mereka dihambat oleh
blokade dari Polri dan militer. Beberapa mahasiswa pun mencoba bernegosiasi
dengan pihak Polri. Akhirnya, pada pukul 17.15 WIB para mahasiswa bergerak
mundur menuju kampusnya. Namun, tidak dengan aparat keamanan yang berjaga-jaga.
Aparat polisi militer malah ikut bergerak maju menuju kampus Universitas
Trisakti dengan menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para
mahasiswa panik dan berlarian, sebagian besar berlindung di Universitas Trisakti. Mahasiswa yang marah atas peristiwa tersebut, kemudian melempari petugas dari dalam kampus. Pelemparan tersebut kemudian dibalas oleh aparat keamanan dengan melepaskan gas air mata dan menembaki para mahasiswa yang telah berada di dalam kampus.
mahasiswa panik dan berlarian, sebagian besar berlindung di Universitas Trisakti. Mahasiswa yang marah atas peristiwa tersebut, kemudian melempari petugas dari dalam kampus. Pelemparan tersebut kemudian dibalas oleh aparat keamanan dengan melepaskan gas air mata dan menembaki para mahasiswa yang telah berada di dalam kampus.
Pada malam tanggal 12 Mei 1998, Hafidhin Royan tewas terkena
tembakan peluru di bagian punggungnya. Pada peringatan Kemerdekaan RI ke-60,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan Bintang Jasa Pratama kepada
Hafidhin Royan
·
Hendriawan Sie
Mahasiswa jurusan Manajemen, perantau asal Balikpapan, Kalimantan Timur.
Hendri adalah putra tunggal dari pasangan Hendrik Sie dan Karsiyah, kelahiran 3
Mei 1998. Kepada kakeknya, ia selalu mengatakan akan selalu berada digaris
depan dalam setiap aksi demonstrasi (wawancara John Mohammad/3/8/2010).
·
Hery Hartanto
Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Trisakti angkatan 1995. Ia dikenal dengan
getol berwirausaha. Sebelum nyawanya terenggut, Heri sempat mengajukan pinjaman
kredit sebesar Rp. 200 juta untuk usahanya. Sebagai usaha yang tak pernah ia
wujudkan (wawancara John Mohammad/3/8/2010).
Kini, museum tragedi
itulah yang menyampaikan aspirasi, perjuangan pengorbanan mereka hingga titik
darah penghabisan. Berbagai barang kenangan almarhum juga terpajang disebuah
meja kaca. Catatan kuliah, sepatu, pakaian, dan topi. Saksi bisu perjuangan
mereka, yang hidupnya diakhiri sebuah peluru.
Monumen Tragedi Trisakti adalah sebuah monument yang dibangun sebagai
penghargaan bagi keempat mahasiswa Trisakti yang meninggal di dalam kampus
sebagai pahlawan reformasi. Monument Trisakti dibangun empat pilar utama yang mencirikan
empat orang mahasiswa yang tewas ketika peristiwa 12 Mei 1998. Dalam setiap
pilar terdapat satu bentuk cekungan sebagai symbol tembakan yang diterima oleh
para korban, apabila cekungan tersebut berada diatas hal tersebut seolah
menjelaskan bahwa tembakan yang diterima di bagian kepala (Siti Jubaedah,
2006:134 dalam wawancara John Mohammad/3/8/2010).
Pada tanggal 12
November 1998 ratusan ribu mahasiswa dan masyarakat bergerak menuju ke gedung
DPR atau MPR dari segala arah, Semanggi-Slipi-Kuningan, tetapi tidak ada yang
berhasil menembus ke sana karena dikawal dengan sangat ketat oleh tentara,
Brimob dan juga Pamswakarsa (pengamanan sipil yang bersenjata bambu runcing
untuk diadu dengan mahasiswa). Pada malam harinya terjadi bentrok pertama kali
di daerah Slipi dan puluhan mahasiswa masuk rumah sakit. Satu orang pelajar,
yaitu Lukman Firdaus, terluka berat
dan masuk rumah sakit. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia (http://semanggipeduli.com/Sejarah/frame/semanggi.html).
Yang kemudian
akan disusul peristiwa semanggi 1 dan semanggi 2 yang mengakibatkan peristiwa
ini, sejumlah petinggi TNI Polri sedang diburu hukum. Mereka adalah Jenderal
Wiranto (Pangab), Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin (mantan Pangdam Jaya), Irjen (Pol)
Hamami Nata (mantan kapolda Metro Jaya), Letjen Djaja Suparman (mantan Pangdan
jaya) dan Noegroho Djajoesman (mantan Kapolda Metro Jaya) (http://dwisetiyono23.blogspot.com/2011/02/tragedi-trisakti-semanggi-1-dan-2.html).
2.3.3. Dampak
gerakan mahasiswa Trisakti 1998 terhadap perubahan sosial di Masyarakat
Indonesia
Mengutip dari Skripsi Siti Jubaedah Halaman 139-141
mengatakan bahwa Proses reformasi pada tahun 1998 telah berdampak besar dalam
kehidupan masyarakat di Indonesia secara umum. Pertama, yang paling dapat
dirasakan dan dapat dilihat dengan jelas adalah jatuhnya rezim Orde Baru yang
telah berkuasa selama 32 tahun. Selama berkuasa, Rezim Orde Baru telah menjadi
orde kekerasan, yang selalu mengedapankan tindakan represif dalam menjaga
kelanggengan kekuasaannya. Mundurnya Presiden Soeharto sebagai symbol dari Orde
Baru telah menjadi tolak ukur dari perubahan tersebut.
Kedua, seiring dengan jatuhnya Rezim Orde Baru maka
berdampak pada struktur pemerintah. Ketiga, perubahan system politik di
Indonesia. Walaupun sering dikatakan bahwa paham yang dianut oleh system
politik di Indonesia adalah demokrasi, ini jauh berbeda dengan apa yang
dirasakan oleh masyarakat. Perbedaan pendapat kerap kali dianggap mengganggu
stabilitas nasional, menjadi hal yang dilarang pada masa Orde Baru. Perubahan
sosial juga mempengaruhi sistem nilai, sikap, dan perilaku dalam sistem
masyarakat di Indonesia. Dalam konteks Reformasi pada tahun 1998 terjadi
perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengekangan yang dulu dilakukan pada masa Rezim Orde Baru diberbagai bidang
berangsur-angsur sudah mulai dihilangkan. Sebagai salah satu contohnya
kebebasan berpendapat yang dilarang sekarang sudah mulai terbuka. Kemudian,
mulai dilindungi Hak Asasi Manusia menjadi salah satu indikator perubahan
sosial di Indonesia setelah jatuhnya Orde Baru.
Perubahan yang diharapkan dalam gerakan mahasiswa adalah
sebuah perubahan yang menyeluruh di masyarakat. Tujuannnya adalah semua
kebijaksanaan politik dan ekonomi berada ditangan rakyat. Walaupun pada
akhirnya gerakan mahasiswa di Indonesia menjadi gerakan moral yang menyuarakan
masalah-masalah sosial masyarakat kemudian berubah menjadi sebuah gerakan
politik. Gerakan mahasiswa sebaiknya kembali menjadi gerakan yang mempunyai
pandangan lebih mendalam pada berbagai masalah sosial yang melanda bangsa ini
(Siti Jubaedah, 2006:139-141).
BAB III
PENUTUP
Gerakan mahasiswa muncul ketika golongan terpelajar yang
memiliki pemikiran jauh kedepan melihat keadaan negara yang sedang kacau.
Krisis multidimensi yang melanda Indonesia menjadi penyebab inti timbulnya
demontrasi besar-besaran hampir di seluruh wilayah Indonesia yang dimulai oleh
mahasiswa. Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup
beberapa tuntutan, seperti:
·
Adili Soeharto dan kroni-kroninya,
·
Penghapusan Dwi Fungsi ABRI,
·
Pelaksanaan otonomi daerah yang
seluas-luasnya,
·
Tegakkan supremasi hukum,
Dengan tuntutan-tuntutan diatas mahasiswa tidak hanya
melakukan aksi di dalam kampus tetapi juga turun ke jalan. Begitu juga dengan
mahasiswa Trisakti. Mereka melakukan aksi hingga terjadi bentrok dengan aparat
keamanan dan terjadilah penembakan terhadap 4 mahasiswa Trisakti. Dengan adanya
penembakan tersebut maka suasana hampir di seluruh Indonesia mulai bergejolak.
Terutama di Jakarta, mahasiswa semakin lantang menyuarakan aspirasinya dan
banyak terjadi bentrokan-bentrokan hingga ada juga oknum yang memanfaatkan
situasi tersebut dengan melakukan penjarahan ataupun perampokan.
Mahasiswa yang tergabung dalam Forkot (forum kota)
berhasil menduduki gedung DPR dan MPR dan dari sanalah berhasil mendesak
Soeharto lengser dari kursi Presidennya. Struktur dan tatanan pemerintah juga
ikut berubah. Selain itu di masyarakat juga terjadi perubahan sosial. Dimana
masyarakat yang tadinya kurang memiliki kebebasan dalam menyuarakan aspirasi
akibat resresifnya pemerintah menjadi terbuka.
Kemudian, mulai dilindungi Hak Asasi Manusia menjadi salah satu
indikator perubahan sosial di Indonesia setelah jatuhnya Orde Baru. Satu
catatan yang harus digaris bawahi dari peristiwa tersebut bahwa mahasiswa
sebagai agen perubahan jangan hanya menyuarakan hal-hal yang berbau politik
saja tetapi sebaiknya juga memberikan porsi lebih untuk menyuarakan nasib
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku :
Adam, Asvi Warman. (2009). Membongkar Manipulasi Sejarah, Kontroversi Pelaku dan Peristiwa.
Jakarta : Kompas
Baharudin, JH. (2006). Detik-Detik yang Menentukan:
Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi. Jakarta: TCH Mandiri.
Pambudi, A. (2007). Kontroversi
Kudeta Prabowo. Yogyakarta: Media Pressindo.
Poesponegoro, MD dan Nugroho
Notosusanto. (1993). Seajarah Nasional
Indonesia Jilid V. Jakarta : Balai Pustaka.
Prasetyantoko, A dan Ign. Wahyu Indriyo. (2001). Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi di
Indonesia. Bandung: Yayasan Hak Asasi Manusia, Demokrasi dan Supremasi
Hukum.
Ricklef, MC. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008.
Jakarta : Serambi.
Zen, Kiplan. (2004). Konflik
dan Integrasi TNI AD. Jakarta: Instute for
Policy Studies.
Zon, Fadli. (2009). Politik Huru Hara Mei 1998. Jakarta :
Instute for Policy Studies
Sumber Skripsi :
http://sahabatqq.in/
BalasHapusalt sahabatqq
Sangat membantu
BalasHapus