Rabu, 11 April 2018

MAKALAH PERISTIWA TRI SAKTI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mahasiswa sebagai agent of change dan social control dalam kehidupan bermasyarakat menempatkan mahasiswa sebagai basis intelektual menuju perubahan yang lebih baik dan dalam praktiknya dilakukan dengan membentuk suatu gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya (wikipedia.com). Dalam konteks transisi politik Indonesia, gerakan mahasiswa telah memainkan peranan yang secara nyata mampu mendobrak rezim otoritarian (Prasetyantoko, 2001: 1).
Ini dapat di lihat dari pengalaman historis bangsa Indonesia bahwa mahasiswa selalu mendapat peranan penting dalam setiap perjuangan bangsa Indonesia. Seperti pada masa kolonialisme Belanda di Indonesia, kaum-kaum terpelajar atau mahasiswa Indonesia sejak tahun 1915 telah mengenal nasionalisme dan memulai gerakan-gerakan mereka dengan mendirikan TRIKORO-DARMO yang kemudian gerakan-gerakan mahasiswa tersebut terus berspora ke seluruh pelosok Nusantara. Pada masa pendudukan Jepang muncul Gerakan Bawah Tanah (GBT) yang dilakukan oleh pemuda-pemuda Indonesia yang bertujuan untuk secepatnya memerdekakan diri tanpa bantuan Jepang.
Demonstrasi digulirkan sejak sebelum Sidang Umum (SU) MPR 1998 diadakan oleh mahasiswa Yogyakarta dan menjelang serta saat diselenggarakan SU MPR 1998 demonstrasi mahasiswa semakin menjadi-jadi di banyak kota di Indonesia termasuk Jakarta, sampai akhirnya berlanjut terus hingga bulan Mei 1998. Insiden besar pertama kali adalah pada tanggal 2 Mei 1998 di depan kampus IKIP Rawamangun Jakarta karena mahasiswa dihadang Brimob dan di Bogor karena mahasiswa non-IPB ditolak masuk ke dalam kampus IPB sehingga bentrok dengan aparat.
Mahasiswa bergerak dari Kampus Trisakti di Grogol menuju ke Gedung DPR/MPR di Slipi. Dihadang oleh aparat kepolisian mengharuskan mereka kembali ke kampus dan sore harinya terjadilah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti. Penembakan itu berlangsung sepanjang sore hari dan mengakibatkan 4 mahasiswa Trisakti meninggal dunia dan puluhan orang lainnya baik mahasiswa dan masyarakat masuk rumah sakit karena terluka. Sepanjang malam tanggal 12 Mei 1998 hingga pagi hari, masyarakat mengamuk dan melakukan perusakan di daerah Grogol dan terus menyebar hingga ke seluruh kota Jakarta. Mereka kecewa dengan tindakan aparat yang menembak mati mahasiswa. Jakarta geger dan mencekam. Mahasiswa-mahasiswa yang gugur sebagai pahlawan reformasi pada saat terjadinya Tragedi Trisakti adalah Elang Mulya, Hafidin Royan, Hendriawan Sie, Hery Hartanto.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok pikiran diatas, terdapat masalah utama yang menjadi kajian penulisan makalah ini, yaitu: “Bagaimana Gerakan Mahasiswa tahun 1998 yang mengakibatkan keruntuhan Orde Baru?”. Untuk lebih memfokuskan masalah dari masalah utama maka penulis membatasi permasalahan yang dirumuskan dalam beberapa pernyataan sebagai berikut:
a.         Bagaimana latar belakang peristiwa tragedi Trisakti Mei 1998?
b.        Bagaimana proses terjadinya peristiwa tragedi Trisakti Mei 1998?
c.         Bagaimana dampak dari peristiwa tragedi Trisakti Mei 1998?

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
a.         Menjelaskan bagaimana latar belakang gerakan Trisakti Mei 1998.
b.        Menjelaskan proses tragedi Trisakti Mei 1998.
c.         Menjelaskan dampak tragedi Trisakti Mei 1998.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Elang Mulya Lesmana
       Description: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/3/3c/Elang_mulia.jpg
Informasi pribadi
Lahir
Meninggal
Kebangsaan
Profesi
Elang Mulia Lesmana (lahir di Jakarta, 5 Juli 1978 – meninggal di Jakarta, 12 Mei 1998 pada umur 19 tahun) adalah seorang mahasiswa Fakultas Arsitektur Universitas Trisakti angkatan 1996 yang meninggal karena terkena peluru tajam pada Tragedi Trisakti. Pada tragedi ini beberapa mahasiswa gugur ketika menyampaikan aspirasi untuk memperjuangkan reformasi
Kronologi Meninggalnya Elang Mulia Lesmana
Kronologi meninggalnya Elang Mulia Lesmana diingat jelas oleh Arfianda Bachtiar atau dikenal dengan nama Frankie, pria lulusan Fakultas Teknik Industri, Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti, angkatan 1996, yang merupakan sahabat karib Elang. Sehari sebelum tragedi atau tepatnya pada 11 Mei 1998, Frankie dan Elang berniat mengerjakan tugas kelompok yang harus dikumpulkan esok hari. Frankie memang kerap menginap di rumah Elang untuk belajar bersama, terlebih minggu itu akan diadakan ujian tengah semester. Ketika hujan deras, keduanya berboncengan menuju rumah Elang di kawasan Ciputat, Tangerang.  
Malam itu, Elang menunjukkan sikap yang berbeda dari biasanya, sosok ceria dan pandainya menghilang. Elang lebih banyak melamun, sehingga Frankie harus menegur berkali-kali saat Elang mengacuhkan pertanyaan Frankie.  Keesokan harinya, pada pukul 09.00 WIB, keduanya berangkat ke kampus. Sebelum pergi, ibunda Elang sempat berpesan pada Frankie agar berhati-hati mengendarai motor.Mendengar pesan ibunda Elang yang begitu mengkhawatirkan keduanya, Elang membalasnya dengan candaan,"Mami jangan ngomong gitu dong ke Frankie, Elang kan jadi malu,". Hari itu, ujian tengah semester dibatalkan karena mahasiswa diharapkan berpartisipasi dalam demonstrasi di kampus.
Keduanya memang telah berniat untuk ikut serta dalam aksi tersebut. Frankie langsung mengeluarkan jaket almamater yang telah disiapkan, begitu juga seharusnya Elang. Tetapi ternyata Elang lupa untuk membawa jaket almamaternya. Di situlah Frankie melihat bahwa Elang seperti orang yang banyak pikiran yang mengakibatkan lupa terhadap sesuatu hal yang lain. Sebelum ikut berorasi, Frankie mengajak Elang melihat proyek kos-kosan milik orang tuanya yang tengah dibangun persis di seberang gedung kampus. Setelah berjalan kaki lima menit keduanya sampai di lokasi proyek, lalu menghabiskan waktu di sana sekitar sejam. Menjelang siang, keduanya kembali ke kampus.
Ketika akan meninggalkan lokasi proyek tiba-tiba salah satu tukang bangunan memanggil Frankie dan memberikan pensil gambar kesayangan Elang yang terjatuh. Kejadian aneh pun kembali dirasakan Frankie, saat keduanya melewati halte bis di tikungan Jalan Letjen S Parman, tiba-tiba ada seorang perempuan yang menangis ketika Elang melintasinya. Namun, ketika orasi tengah berlangsung di tengah-tengah parkiran kampus, Frankie kembali menemukan sosok perempuan lain di antara rapatnya peserta demo di sana yang menangis saat berada di dekat Elang.
Hari semakin sore, perlahan seluruh mahasiswa bergerak ke luar kampus untuk menuju ke gedung DPR. Namun, aksi para mahasiswa dihadang aparat keamanan. Negoisasi antara mahasiswa dan aparat pun berlangsung alot. Selama kurang lebih tiga jam para demonstran menghabiskan waktu di jalanan, beberapa mahasiswa menyempatkan mengabadikan momen tersebut dengan berfoto bersama. Frankie memutuskan untuk meminta bantuan seorang temannya yang saat itu membawa kamera untuk mengambil gambar dirinya bersama Elang dan satu sahabatnya lagi, Adny. Suasana kian memanas, aparat memaksa para demonstran untuk kembali masuk ke kampus. Melihat kondisi yang mulai tak terkendali, Frankie berpesan pada dua sahabatnya yakni Elang dan Adny, jika terpisah ketiganya berjanji akan berkumpul di pos satpam di depan pintu masuk kampus.
Peluru Menembus Jantung Elang
Description: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/95/May_1998_Trisakti_incident.jpg/200px-May_1998_Trisakti_incident.jpg
Aparat keamanan dan mahasiswa di luar Trisakti
Aparat mulai menyerang para demonstran dengan gas air mata dan peluru karet serta tembakan peringatan ke atas. Mendengar suara tembakan tersebut, ribuan mahasiswa serentak berlari dan berebut untuk masuk kampus melalui gerbang di Jalan S Parman. Karena Frankie dan Elang posisinya di depan polisi, Frankie melihat tidak ada peluang untuk masuk kampus karena posisinya paling belakang, sedangkan polisi semakin dekat jaraknya.
Oleh sebab itu, Frankie memutuskan untuk segera memanjat pagar kampus yang pada saat itu terkunci. Ketika dalam posisi memanjat, Frankie merasakan panas pada bagian perut. Ternyata ia terkena puluru karet yang meleset dan mengenai kancing celananya. Frankie mencoba kembali ke kampusnya dengan memanjat tembok pembatas kedua kampus (Universitas Tarumanegara dan Universitas Trisakti) yang letaknya bersebelahan. Ia mencoba mencari keberadaan kedua sahabatnya. Seperti yang dijanjikan ketiganya akan berkumpul di pos satpam. Bergegas ia menuju tempat tersebut. Namun ia hanya mendapati dirinya sendiri, tak ada Elang maupun Adny.
Description: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/9/9d/Peristiwa_trisakti.jpg/220px-Peristiwa_trisakti.jpg
Tak lama kemudian, Frankie mendengar kabar bahwa Elang terkena tembak. Ia bertanya kepada temannya di bagian mana Elang tertembak, lalu temannya menunjuk ke arah jantungnya. Dengan emosi Frankie menuju ke Rumah Sakit Sumber Waras, di mana semua korban dilarikan ke rumah sakit tersebut. Di sana Frankie menemukan sosok sahabatnya telah terbaring di kamar jenazah dengan terbalut kain tubuhnya telah kaku dan dingin. Luka peluru Elang menembus jantung hingga punggung.
Peluru tajam yang menembus jantung Elang ditemukan di dalam tas punggung yang dibawanya. Di dalam tas itu ada botol parfum yang juga pecah terkena peluru. Parfum itu merupakan kado ulang tahun untuk teman wanitanya yang belum sempat Elang berikan.
Penghargaan Bagi Elang Mulia Lesmana
Description: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/7/7d/Penghargaan_trisakti.jpg/200px-Penghargaan_trisakti.jpg
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada hari Senin pagi tanggal 15 Agustus 2005 memberikan Bintang Jasa Pratama kepada 4 orang mahasiswa Trisakti yang tewas dalam kerusuhan massa Mei 1998 lalu yakni Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hery Heriyanto dan Hendriawan Sie. Pemberian penghargaan kehormatan dilakukan di Istana Negara dalam suatu upacara penghormatan. Mereka dianggap berjasa sebagai pejuang reformasi karena pengorbanan jiwa mereka dapat mendorong terjadinya perubahan besar dalam kehidupan bernegara.

2.2  Hafidin Royan
Idhin tertembak di dahi dan tak sempat diselamatkan di rumah sakit. Menurut orang tuanya, hari itu berjalan biasa saja dan mereka baru menyadari setelah mendapat kabar dari teman Idhin. Seperti juga pahlawan lainnya, Idhin tertembak di sekitar kampus.
Hafidhin Royan lahir di Bandung pada tanggal 28 September 1976. Dia adalah mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Trisakti, angkatan 1995. Royan adalah anak keempat dari lima bersaudara. Selain itu, dia juga anak laki-laki satu-satunya. Ayahnya bernama Ir. H. Enus Yunus dan ibunya bernama Ir. Sunarmi.Tak lama setelah Soeharto terpilih kembali menjadi presiden pada bulan April 1998 bangsa Indonesia dilanda berbagai krisis moneter yang menyengsarakan rakyat.
Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran menuntut agar Presiden Soeharto mundur. Demonstrasi dan pengrusakan terjadi di mana-mana. Ketika itu, Presiden Soeharto mempercepat kepulangannya dari Mesir karena demonstrasi sudah semakin meluas. Bahkan, para demonstran mahasiswa sudah menduduki gedung DPR/MPR.
Pada tanggal 12 Mei 1998, Mahasiswa melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju gedung DPR/MPR. Namun, aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer. Beberapa mahasiswa pun mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri. Akhirnya, pada pukul 17.15 WIB para mahasiswa bergerak mundur menuju kampusnya. Namun, tidak dengan aparat keamanan yang berjaga-jaga. Aparat polisi militer malah ikut bergerak maju menuju kampus Universitas Trisakti dengan menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para
mahasiswa panik dan berlarian, sebagian besar berlindung di Universitas Trisakti. Mahasiswa yang marah atas peristiwa tersebut, kemudian melempari petugas dari dalam kampus. Pelemparan tersebut kemudian dibalas oleh aparat keamanan dengan melepaskan gas air mata dan menembaki para mahasiswa yang telah berada di dalam kampus.
Pada malam tanggal 12 Mei 1998, Hafidhin Royan tewas terkena tembakan peluru di bagian punggungnya. Pada peringatan Kemerdekaan RI ke-60, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan Bintang Jasa Pratama kepada Hafidhin Royan

·         Hendriawan Sie
Mahasiswa jurusan Manajemen, perantau asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Hendri adalah putra tunggal dari pasangan Hendrik Sie dan Karsiyah, kelahiran 3 Mei 1998. Kepada kakeknya, ia selalu mengatakan akan selalu berada digaris depan dalam setiap aksi demonstrasi (wawancara John Mohammad/3/8/2010).
·         Hery Hartanto
Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Trisakti angkatan 1995. Ia dikenal dengan getol berwirausaha. Sebelum nyawanya terenggut, Heri sempat mengajukan pinjaman kredit sebesar Rp. 200 juta untuk usahanya. Sebagai usaha yang tak pernah ia wujudkan (wawancara John Mohammad/3/8/2010).

            Kini, museum tragedi itulah yang menyampaikan aspirasi, perjuangan pengorbanan mereka hingga titik darah penghabisan. Berbagai barang kenangan almarhum juga terpajang disebuah meja kaca. Catatan kuliah, sepatu, pakaian, dan topi. Saksi bisu perjuangan mereka, yang hidupnya diakhiri sebuah peluru.
Monumen Tragedi Trisakti adalah sebuah monument yang dibangun sebagai penghargaan bagi keempat mahasiswa Trisakti yang meninggal di dalam kampus sebagai pahlawan reformasi. Monument Trisakti dibangun empat pilar utama yang mencirikan empat orang mahasiswa yang tewas ketika peristiwa 12 Mei 1998. Dalam setiap pilar terdapat satu bentuk cekungan sebagai symbol tembakan yang diterima oleh para korban, apabila cekungan tersebut berada diatas hal tersebut seolah menjelaskan bahwa tembakan yang diterima di bagian kepala (Siti Jubaedah, 2006:134 dalam wawancara John Mohammad/3/8/2010).  
Pada tanggal 12 November 1998 ratusan ribu mahasiswa dan masyarakat bergerak menuju ke gedung DPR atau MPR dari segala arah, Semanggi-Slipi-Kuningan, tetapi tidak ada yang berhasil menembus ke sana karena dikawal dengan sangat ketat oleh tentara, Brimob dan juga Pamswakarsa (pengamanan sipil yang bersenjata bambu runcing untuk diadu dengan mahasiswa). Pada malam harinya terjadi bentrok pertama kali di daerah Slipi dan puluhan mahasiswa masuk rumah sakit. Satu orang pelajar, yaitu Lukman Firdaus, terluka berat dan masuk rumah sakit. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia (http://semanggipeduli.com/Sejarah/frame/semanggi.html).
Yang kemudian akan disusul peristiwa semanggi 1 dan semanggi 2 yang mengakibatkan peristiwa ini, sejumlah petinggi TNI Polri sedang diburu hukum. Mereka adalah Jenderal Wiranto (Pangab), Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin (mantan Pangdam Jaya), Irjen (Pol) Hamami Nata (mantan kapolda Metro Jaya), Letjen Djaja Suparman (mantan Pangdan jaya) dan Noegroho Djajoesman (mantan Kapolda Metro Jaya) (http://dwisetiyono23.blogspot.com/2011/02/tragedi-trisakti-semanggi-1-dan-2.html).

2.3.3. Dampak gerakan mahasiswa Trisakti 1998 terhadap perubahan sosial di Masyarakat Indonesia
Mengutip dari Skripsi Siti Jubaedah Halaman 139-141 mengatakan bahwa Proses reformasi pada tahun 1998 telah berdampak besar dalam kehidupan masyarakat di Indonesia secara umum. Pertama, yang paling dapat dirasakan dan dapat dilihat dengan jelas adalah jatuhnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Selama berkuasa, Rezim Orde Baru telah menjadi orde kekerasan, yang selalu mengedapankan tindakan represif dalam menjaga kelanggengan kekuasaannya. Mundurnya Presiden Soeharto sebagai symbol dari Orde Baru telah menjadi tolak ukur dari perubahan tersebut.
Kedua, seiring dengan jatuhnya Rezim Orde Baru maka berdampak pada struktur pemerintah. Ketiga, perubahan system politik di Indonesia. Walaupun sering dikatakan bahwa paham yang dianut oleh system politik di Indonesia adalah demokrasi, ini jauh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Perbedaan pendapat kerap kali dianggap mengganggu stabilitas nasional, menjadi hal yang dilarang pada masa Orde Baru. Perubahan sosial juga mempengaruhi sistem nilai, sikap, dan perilaku dalam sistem masyarakat di Indonesia. Dalam konteks Reformasi pada tahun 1998 terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengekangan yang dulu dilakukan pada masa Rezim Orde Baru diberbagai bidang berangsur-angsur sudah mulai dihilangkan. Sebagai salah satu contohnya kebebasan berpendapat yang dilarang sekarang sudah mulai terbuka. Kemudian, mulai dilindungi Hak Asasi Manusia menjadi salah satu indikator perubahan sosial di Indonesia setelah jatuhnya Orde Baru.
Perubahan yang diharapkan dalam gerakan mahasiswa adalah sebuah perubahan yang menyeluruh di masyarakat. Tujuannnya adalah semua kebijaksanaan politik dan ekonomi berada ditangan rakyat. Walaupun pada akhirnya gerakan mahasiswa di Indonesia menjadi gerakan moral yang menyuarakan masalah-masalah sosial masyarakat kemudian berubah menjadi sebuah gerakan politik. Gerakan mahasiswa sebaiknya kembali menjadi gerakan yang mempunyai pandangan lebih mendalam pada berbagai masalah sosial yang melanda bangsa ini (Siti Jubaedah, 2006:139-141).











BAB III
PENUTUP

Gerakan mahasiswa muncul ketika golongan terpelajar yang memiliki pemikiran jauh kedepan melihat keadaan negara yang sedang kacau. Krisis multidimensi yang melanda Indonesia menjadi penyebab inti timbulnya demontrasi besar-besaran hampir di seluruh wilayah Indonesia yang dimulai oleh mahasiswa. Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa tuntutan, seperti:
·                     Adili Soeharto dan kroni-kroninya,
·                     Laksanakan amandemen UUD 1945,
·                     Penghapusan Dwi Fungsi ABRI,
·                     Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya,
·                     Tegakkan supremasi hukum,
·                     Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN.
Dengan tuntutan-tuntutan diatas mahasiswa tidak hanya melakukan aksi di dalam kampus tetapi juga turun ke jalan. Begitu juga dengan mahasiswa Trisakti. Mereka melakukan aksi hingga terjadi bentrok dengan aparat keamanan dan terjadilah penembakan terhadap 4 mahasiswa Trisakti. Dengan adanya penembakan tersebut maka suasana hampir di seluruh Indonesia mulai bergejolak. Terutama di Jakarta, mahasiswa semakin lantang menyuarakan aspirasinya dan banyak terjadi bentrokan-bentrokan hingga ada juga oknum yang memanfaatkan situasi tersebut dengan melakukan penjarahan ataupun perampokan.
Mahasiswa yang tergabung dalam Forkot (forum kota) berhasil menduduki gedung DPR dan MPR dan dari sanalah berhasil mendesak Soeharto lengser dari kursi Presidennya. Struktur dan tatanan pemerintah juga ikut berubah. Selain itu di masyarakat juga terjadi perubahan sosial. Dimana masyarakat yang tadinya kurang memiliki kebebasan dalam menyuarakan aspirasi akibat resresifnya pemerintah menjadi terbuka.   Kemudian, mulai dilindungi Hak Asasi Manusia menjadi salah satu indikator perubahan sosial di Indonesia setelah jatuhnya Orde Baru. Satu catatan yang harus digaris bawahi dari peristiwa tersebut bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan jangan hanya menyuarakan hal-hal yang berbau politik saja tetapi sebaiknya juga memberikan porsi lebih untuk menyuarakan nasib masyarakat.
















DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku :
Adam, Asvi Warman. (2009). Membongkar Manipulasi Sejarah, Kontroversi Pelaku dan Peristiwa. Jakarta : Kompas
Baharudin, JH. (2006). Detik-Detik yang Menentukan:  Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi. Jakarta: TCH Mandiri.
Pambudi, A. (2007). Kontroversi Kudeta Prabowo. Yogyakarta: Media Pressindo.
Poesponegoro, MD dan Nugroho Notosusanto. (1993). Seajarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta : Balai Pustaka.
Prasetyantoko, A dan Ign. Wahyu Indriyo. (2001). Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi di Indonesia. Bandung: Yayasan Hak Asasi Manusia, Demokrasi dan Supremasi Hukum.
Ricklef, MC. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta : Serambi.
Zen, Kiplan. (2004). Konflik dan Integrasi TNI AD. Jakarta: Instute for Policy Studies.
Zon, Fadli. (2009). Politik Huru Hara Mei 1998. Jakarta : Instute for Policy Studies

Sumber Skripsi :


2 komentar: