MAKALAH
TENTANG
TAMBULAMPOT (Tanaman Buah Dalam Pot)
OLEH :
DWI
PERNANDO
DOSEN : TRI
NOPSAGIARTI, SP.,M.Si
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
ISLAM KUANTAN SINGINGI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Tambulampot.” Pada makalah ini Penulis banyak mengambil dari berbagai sumber
dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. oleh sebab itu, dalam
kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Teluk Kuantan, Desember
2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
2.1 Pengertian Tambulampot.................................................................
3
2.2 Grownwore........................................................................................... 5
2.3 Contoh Tanaman Tambulampot............................................................ 6
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 9
3.2 Saran...................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tabulampot adalah istilah yang baru sekitar
sepuluh tahun terakhir muncul di masyarakat. Sebenarnya tabulampot merupakan
akronim dari tanaman buah dalam pot. Tanaman buah yang lazim ditanam dalam pot
adalah jeruk (keprok, siam dan manis), mangga, belimbing, rambutan sampai ke
nangka. Mula-mula, tanaman buah ini ditanam dalam pot dalam rangka pembenihan
(penangkaran). Secara tradisional, para penangkar benih tanaman buah, menyemai
biji di lahan sawah, kemudian menyambungnya dengan mata tempel maupun sambung
pucuk.
Sebelum polybag (kantong plastik
hitam) diketemukan, para penangkar memindahkan benih tanaman buah ini ke dalam
keranjang bambu agar tidak mengalami kerusakan ketika diangkut jarak jauh. Agar
benih bisa lebih tahan lama sebelum dipasarkan, maka tanaman tersebut juga ditaruh
dalam pot gerabah maupun drum bekas. Sampai sekarang pun, para penangkar di
Lampung dan beberapa tempat lainnya masih tetap menggunakan keranjang bambu
untuk menampung benih yang baru saja dicabut dari lahan sawah.
Pemangkasan
adalah penghilangan beberapa bagian tanaman. Dalam suatu kebun
hal ini biasanya berkaitan dengan pemotongan bagian-bagian tanaman yang
berpenyakit, tidak produktif, atau yang tidak diinginkan. Secara alami,
kondisi-kondisi alam seperti angin, salju,
atau kabut dari air laut dapat mengakibatkan pemangkasan alami. Tujuan dari
pemangkasan adalah untuk membentuk tanaman dengan cara mengontrol atau
mengarahkan pertumbuhan tanaman, untuk menjaga kesehatan tanaman, atau untuk
meningkatkan hasil atau kualitas bua atau bunga yang dihasilkan.
Secara umum, semakin kecil luka yang
diakibatkan (semakin kecil ranting yang dipotong), semakin kecil pula luka yang
dialami oleh pohon. Maka dari itu biasanya lebih baik sebuah pohon dipangkas
ketika masih remaja, daripada memangkas dahan pohon yang sudah dewasa. Jika
sebuah pohon yang kecil dipangkas dengan salah dan rantingnya patah, hal
tersebut tidak akan mengakibatkan kerugian yang banyak. Namun jika sebuah pohon
besar di samping rumah dipangkas dengan (cara yang) salah, dan sebuah dahan
jatuh dari ketinggian 15 meter.
1.2. Tujuan
1.
Mepelajari
teknik budidaya tanaman buah dalam pot
2.
Mengenal dan
mempelajari cara–cara memelihara tanaman buah dalam pot.
3.
Mengetahui
pemeliharaan dan perawatan tanaman buah dalam pot yang telah dewasa sehingga
tanaman dapat berbunga dan berbuah
4.
Mengetahui
keterampilan budidaya tanaman buah dalam pot, sehingga mahasiswa mampu
melakukan dan mengembakannya sendiri
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanaman
Buah Dalam Pot
Budidaya tabulampot, tidak hanya
sekedar berbudidaya tanaman seperti pada umumnya. Namun, perlu pengembangan
teknologi maju. Untuk itu, para pakar dan praktisi lapangan dituntut untuk
mampu merekayasa teknik tabulampot yang efisien dan tepat guna. Soalnya banyak komponen
teknologi yang harus diperhatikan dan diaplikasikan. Tujuannya, agar tabulampot
berbentuk bagus, pendek, serasi, sehat, mampu berbunga dan berbuah sesuai
dengan keinginan. Melakukan budidaya tabulampot perlu diimbangi dengan
pemilihan atau penggunaan bibit varietas unggul sebagai bahan pertanaman. Mutu
bibitnya ditentukan oleh faktor genetik (pohon induk unggul) dan lingkungan
(ketinggian tempat, curah hujan, kesuburan tanah) (BPTP Sumatera Barat, 2007).
Budidaya tanaman buah dalam pot
(tabulampot) merupakan salah satu solusi bagi para pecinta tanaman di perkotaan
yang notabene memiliki lahan yang sempit untuk dapat digunakan sebagai lahan
pertanaman. Dari segi perawatan, tabulampot tidak tergolong sulit. Sama halnya
dengan tanaman tanpa media pot, harus dipupuk dan diberi air. Menumbuhkan
tanaman buah dalam pot yang dapat tumbuh secara baik batang dan daun sangat
mudah dan hampir semua orang bisa melakukannya (BPTP Sumatera Barat, 2007).
Tetapi, permasalahan yang timbul adalah bila tabulampot harus tumbuh batang,
daun, serta keluar bunga dan buah maka tidak semua orang bisa. Hanya dengan
pemeliharaan tanaman dan perawatan tanaman yang tekun yang bisa membuat tanaman
berbunga dan berbuah. Perawatan dan pemeliharaan tabulampot tidak dapat dapat
dilakukan sembarangan, ada trik-trik khusus yang dapat dilakukan agar
tabulampot mampu berbunga dan banyak berbuah.
Ada beberapa latar belakang yang
mendasari mengapa tanaman harus dipangkas, pertama tanaman cenderung akan
tumbuh terus, baik tumbuh ke atas maupun tumbuh ke samping. Pertumbuhan yang
tidak diarahkan pada beberapa jenis tanaman buah, akan menghasilkan tajuk
tanaman yang umumnya tumbuh memanjang ke arah atas (Jawa : nglancir), dengan
batang atau cabang tunggal. Kuatnya dominasi apikal (tunas ujung) di bagian
ujung tanaman, memacu tanaman untuk terus tumbuh meninggi ke arah atas, dan
salah satu cara untuk mematahkan dominasi apikal tersebut adalah dengan cara
pemangkasan, yang akan merangsang keluarnya pertumbuhan tunas-tunas samping
atau tunas lateral (BPTP Sumatera Barat, 2007).
Bentuk tanaman sebagai manifestasi
pertumbuhan tanaman menjadi lebih ideal dan seimbang, baik pertumbuhan ke arah
atas maupun ke arah samping. Kesehatan tanaman secara keseluruhan juga sangat
dipengaruhi oleh bentuk tanamannya. Banyak dahan dan ranting yang tumbuh tidak
teratur dan bersilangan di bagian tengah tanaman dengan daun-daun yang umumnya
tidak terkena sinar matahari secara langsung (Dahlia. 2001). Daun-daun yang
tidak terkena sinar matahari secara langsung, lebih bersifat parasit bagi
tanaman secara keseluruhan karena tidak melakukan proses fotosintesis namun
tetap mendapatkan fotosintat (hasil fotosintesis) dari daun-daun di bagian
terluar yang terkena sinar matahari langsung. Itu sebabnya, banyak tanaman yang
secara keseluruhan tumbuh dengan lebat, daunnya rimbun dengan warna daun yang
hijau pekat, namun teramat sangat jarang memunculkan bunga/buah (BPTP Sumatera
Barat, 2007).
Bunga dan buah yang muncul jumlahnya
terbatas atau sedikit sekali. Fotosintat yang terbentuk hanya dialokasikan
untuk pertumbuhan tanaman, khususnya ke bagian tanaman yang bersifat parasit
tersebut, dan pada akhirnya hanya sangat sedikit jumlah fotosintat yang
akhirnya dialokasikan oleh tanaman untuk memunculkan bunga dan buah. Tanaman
yang dipangkas teratur akan memberikan lingkungan mikro yang baik bagi
pertumbuhan tanaman itu sendiri, di mana sinar matahari sebagai sumber energy
utama dapat menembus semua bagian tanaman, memberikan iklim mikro yang baik,
mengurangi kelembaban yang berlebihan, juga dapat meminimalkan perkembangan
jamur dan organism pengganggu tanaman (OPT) lainnya. Dengan demikian
pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal untuk memberikan hasil yang optimal
pula (Dahlia. 2001).
2.2 Growmore
Growmore
atau Pupuk daun adalah pupuk yang diberikan ke tanaman
melalui daun. Pupuk ini umumnya tergolong pupuk anorganik yang diproduksi dalam
skala besar dari bahan-bahan anorganik. Dalam pengaplikasiannya pupuk ini
terlebih dahulu diencerkan dalam pelarut dengan konsentrasi tertentu untuk
kemudian di semprotkan ke tanaman. Pupuk daun lebih mudah diserap oleh tanaman jika dibandingkan pupuk akar karena
stomata pada daun lebih responsif dalam menyerap unsur hara yang terlarut di
dalam pelarut yang disemprotkan ke daun. Tidak seperti akar yang membutuhkan
waktu yang lama dalam penyerapan unsur hara karena beberapa hal seperti unsur
hara yang terkandung dalam pupuk belum terurai dan menjadi tersedia, letak akar
dan pupuk saling berjauhan, fiksasi unsur hara oleh beberapa mikroorganisme dan
kation tanah, pupuk terleaching oleh air hujan, penguapan, dan lain-lain
(Dwidjoseputro, 1990).
Keuntungan
lain dari penggunaan pupuk daun adalah kandungan unsur mikro yang ada padanya.
Seperti diketahui bahwa unsur hara mikro seperti Zn, Mn, Fe, dan lain
sebagainya sangat dibutuhkan oleh tanaman meski dalam jumlah yang sedikit.
Meski sangat dibutuhkan, petani seringkali tidak memperhatikan ketersediaannya
bagi tanaman dan apa mau dikata pupuk akar yang sering diberikan hanya
menyediakan unsur hara makro saja seperti N, P, K, Mg, dan lain-lain. Dengan
penggunaan pupuk daun, masalah tersebut akan secara langsung teratasi
(Dwidjoseputro, 1990)..
Pupuk
daun juga dapat memberikan unsur hara dengan jumlah dan
jenis yang sesuai seperti yang dibutuhkan tanaman. Dengan kelarutannya yang
tinggi, pupuk daun lebih mudah diserap dan ditranslokasikan oleh tanaman untuk
pertumbuhannya. Karena penyerapannya yang mudah itulah kemudian efek penggunaan
pupuk ini lebih cepat terlihat dibandingkan penggunaan pupuk akar. Pupuk daun
juga dalam aplikasinya dapat lebih merata karena dalam penggunaannya yang
menggunakan alat semprot (Dwidjoseputro, 1990)..
Dalam
mengaplikasikan pupuk daun ke
tanaman, kita membutuhkan alat semprot atau sprayer agar kemudahan,
efektivitas, dan efisiensi penggunaan pupuk ini dapat optimal. Tidak
seperti pupuk akar, aplikasi pupuk daun dilakukan dengan terlebih dahulu
mengencerkan pupuk ini pada pelarut hingga konsentrasi tertentu yang telah
dianjurkan. Pengenceran dilakukan di dalam sebuah wadah dan di aduk hingga
merata sama seperti pengenceran yang dilakukan pada aplikasi pestisida. Setelah
pupuk daun diencerkan dengan merata, larutan tersebut kemudian dimasukan ke
dalam tangki semprot untuk kemudian di semprotkan ke daun tanaman (Pracaya. 2002).
Dalam
kegiatan penyemprotan, ada satu hal yang umumnya tidak dipahami oleh petani.
Hal tersebut adalah mengenai letak atau bagian daun yang disemprot. Kebanyakan
petani mengaplikasikan pupuk daun dengan cara menyemprotkannya pada bagian daun
yang menghadap ke atas. Hal ini dipilih karena dari segi aplikasinya, cara ini
lebih mudah diterapkan. Padahal sebetulnya, untuk memperoleh hasil yang optimal
dari pemupukan dengan pupuk daun, bagian daun yang disemprot adalah helaian
daun yang menghadap ke bawah. Helaian daun yang menghadap ke bawah adalah
bagian daun yang memiliki jumlah stomata yang terbanyak dan seperti yang kita
ketahui bahwa pupuk daun diserap oleh tanaman melalui stomata yang terdapat di daun (Pracaya.
2002).
2.3 Contoh
Tanaman Tambulampot
·
Buah
Naga
Buah
naga masuk atau mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 2000, dan bukan dari
budidaya sendiri melainkan di impor dari Thailand. Padahal pembudidayaan
tanaman ini relatif mudah dan iklim tropis di Indonesia sangat mendukung
pengembangannya. Tanaman ini mulai dikembangkan sekitar tahun 2001, dibeberapa
daerah di Jawa Timur di antaranya Mojokerto, Pasuruan, Jember dan sekitarnya.
Tetapi sampai saat inipun areal penanaman buah naga masih bisa dibilang sedikit
dan hanya ada di daerah tertentu karena memang masih tergolong langka dan belum
dikenal masyarakat luas (Rahardi, F. 2004).
Menurut BPTP
Sumatera Barat (2007), Klasifikasi Buah Naga yaitu:
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi
:
Agiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo
: Cactales
Famili
: Cactaceae
Subfamily
:
Hylocereanea
Genus
: Hylocereus
Species
: - Hylocereus undatus (daging putih)
- Hylocereus polyrhizus ( daging merah)
- Hylocereus costaricensis (daging merah super)
- Selenicereus megalanthus (kulit kuning, tanpa sisik)
Buah
naga termasuk kelompok tanaman kaktus atau family Cactaceae dan subfamily
Hylocereanea. Termasuk genus Hylocereus yang terdiri dari dari beberapa
species, dan diantaranya adalah buah naga yang biasa dibudidayakan dan bernilai
komersial. Tanaman buah naga merupakan jenis tanaman memanjat. Di habitat
aslinya tanaman ini memanjat tanaman lainnya untuk menopang dan bersifat epifit
masih bisa hidup meskipun akarnya yang ditanah dicabut karena masih bisa
memperoleh makanan dari udara melalui akar yang tumbuh dibatangnya. Secara morfologis
tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun (Marsono.
2004).
Menurut
Isbandi D. (1983) berikut ini penjelasan lebih lanjut morfologi tanaman buah
naga dari akar, batang dan cabang, bunga , buah dan biji :
1. Akar
Perakaran buah naga bersifat epifit,
merambat dan menempel pada tanaman lain. Dalam pembudidayaannya, dibuat tiang
penopang untuk merambatkan batang tanaman buah naga ini. Perakaran buah naga
tahan terhadap kekeringan tetapi tidak tahan dalam genangan air terlalu lama.
Meskipun akar dicabut dari tanah, masih bisa hidup dengan menyerap makanan dan
air dari akar udara yang tumbuh pada batangnya. Perakaran buah naga bias
dikatakan dangkal, saat menjelang produksi hanya mencapai kedalaman 50-60 cm,
mengikuti perpanjangan batang berwarna coklat yang didalam tanah. Hal inilah
yang bias digunakan sebagai tolak ukur dalam pemupukan.
Supaya pertumbuhan akar bisa normal dan baik memerlukan derajat keasaman
tanah pada kondisi ideal yaitu pH 7. Apabila pH tanah dibawah 5, pertumbuhan
tanaman akan menjadi lambat dan menjadi kerdil. Dalam pembudidayaannya pH tanah
harus diketahui sebelum maupun sesudah tanaman ditanam, karena perakaran
merupakan faktor penting untuk menyerap hara yang ada didalam tanah.
2. Batang dan Cabang
Batang buah naga berwarna hijau kebiru-biruan atau keunguan. Batang
tersebut berbentuk siku atau segitiga dan mengandung air dalam bentuk lender
dan berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Dari batang ini tumbuh cabang yang
bentuk dan warnanya sama dengan batang dan berfungsi sebagai daun untuk proses
asimilasi dan mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Pada
batang dan cabang tanaman ini tumbuh duri-duri yang keras dan pendek. Letak
duri pada tepi siku-siku batang maupun cabang dan terdiri 4-5 buah duri
disetiap titik tumbuh.
3. Bunga
Bunga
buah naga berbentuk corong memanjang berukuran sekitar 30 cm dan akan mulai
mekar di sore hari dan akan mekar sempurna pada malam hari. Setelah mekar warna
mahkota bunga bagian dalam putih bersih dan didalamnya terdapat benangsari
berwarna kuning dan akan mengeluarkan bau yang harum.
4. Buah
Buah
berbentuk bulat panjang dan biasanya terletak mendekati ujung cabang atau
batang. Pada cabang atau batang bisa tumbuh lebih dari satu dan terkadang
berdekatan. Kulit buah tebal sekitar 1-2 cm dan pada permukaan kulit buah
terdapat sirip atau jumbai berukuran sekitar 2 cm.
5. Biji
Biji
berbentuk bulat berukuran kecil dan tipis tetapi sangat keras. Biji dapat
digunakan perbanyakan tanaman secara generatif, tetapi cara ini jarang
dilakukan karena memerlukan waktu yang lama sampai berproduksi. Biasanya biji
digunakan para peneliti untuk memunculkan varietas baru. Setiap buah mengandung
lebih 1000 biji.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1.
Budidaya tanaman
buah dalam pot (tabulampot) merupakan salah satu solusi bagi para pecinta
tanaman di perkotaan yang notabene memiliki lahan yang sempit untuk dapat
digunakan sebagai lahan pertanaman.
2.
Pemberian pupuk
daun (Growmore) bertujuan untuk mempercepat dan melihat pengaruh pupuk daun ini
terhadap pertumbuhan tanaman.
3.
Pengaplikasian
pupuk daun dilakukan pada tanaman buah naga memberikan pegaruh nyata terhadap
peningkatan tinggi tanaman dan pertambahan panjang cabang.
3.2 Saran
Praktikan diharapkan lebih aktif
dalam melaksanakan praktikum tabulampot sehingga hasil yang diinginkan dapat
tercapai. Selain itu, agar lebih praktikum ini bisa berjalan lebih baik,
kordinasi asisten dengan mahasiswa harus bisaa lebih intensif.
DAFTAR PUSTAKA
BPTP Sumatera Barat, 2007, Pengaruh
Waktu Pemotongan Bagian Tanaman Di atas Tongkol (Topping) pada Tanaman.
Sumatera Barat
Dahlia. 2001. Petunjuk
Praktikum Fisiologi Tumbuhan. UM Press: Malang.
Dwidjoseputro. 1990. Growmore.
PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Pracaya. 2002. Aplikasi
growmoreBudidaya Srikaya. Penebar Swadaya : Jakarta
Rahardi, F. 2004. Buah naga Mengurai Benang Kusut Agribisnis
Buah Indonesia. Penebar Swadaya:Jakarta
Isbandi D. 1983. Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman buah naga. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas
Pertanian. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Marsono. 2004. Tabulampot buah naga Solusi Berkebun di Lahan Sempit.
Republika edisi Rabu 06 Oktober, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar