BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Politik luar negeri Indonesia adalah
bebas aktif, bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu blok
yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara
manapun asal tanpa ada unsur iktan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa
Indonesia mempunyai cara sendiri dalam ikut mengusahakan terwujudnya perdamaian
dunia. Negara Indonesia memilih sifat politik luar negerinya bebas aktif sebab
setelah Perang Dunia II berakhir di dunia telah muncul dua kekuatan adidaya
baru yang saling berhadapan, yaitu negara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Amerika Serikat memelopori berdirinya Blok atau Blok Kapasitas (Libera),
sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Tmur atau Blok Sosialis (Komunis).
Dalam upaya meredakan ketegangan dan
untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan
menyelesaikan KAA. Usaha ini mendapat dukungan dari negara-negara di Asia
Afrika. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada umumnya pernah menderita karena
penindasan imperalisme Barat. Persamaan nasib itu menimbulkan rasa setia kawan.
Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak negara di Asia dan Afrika yang
berhasil mencapai kemerdekaan.
Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika
yang telah merdeka tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap merasa senasib
dan sependeritaan. Rasa setia kawan itu dicetuskan dalam Konferensi Asia
Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan sebagai usaha untuk menjaga
perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika mempunyai arti penting,
baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya, maupun dunia pada
umumnya.
1.2 Tujuan
1.
Agar
para pembaca mengetahui sejarah terjadinya Konferensi Asia Afrika.
2.
Agar
menambah wawasan dan ilmu bagi pembaca.
3.
Memberikan
manfaat bagi pembaca serta bisa menelaah atau mengkaji tentang perdamaian dunia
yang selalu diharapkan.
4.
Agar
terciptanya tingkat kesadaran solidaritas dalam bnerbangsa dan bernegara.
5.
Mewujudkan
generasi bangsa yang selalu sadar akan pentingnya kerjasama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Konferensi Asia Afrika
Berakhirnya Perang Dunia I membawa
pengaruh terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk memperoleh kemerdekaan
dan mempertahankan kemerdekaan. Di samplng itu juga dltandai dengan munculnya
dua kekuatan ideologis, politis, dan militer termasuk pengembangan senjata
nuklir. Negara Republik Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara selalu berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
Salah satu bentuk penyetenggaraan kehidupan bernegara adalah menjalin kerja
sama dengan negara lain. Kebijakan yang menyangkut hubungan dengan negara lain
terangkum dalam kebijakan politik luar negeri. Oleh karena itu, pelaksanaan
politik luar negeri Indonesia juga harus berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Indonesia
mencetuskan gagasannya untuk menggalang kerja sama dan solidaritas antarbangsa
dengan menyelenggarakan KAA.
Politik luar negeri Indonesia adalah
bebas aktif. Bebas. artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu blok
vang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana
pun asat tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa
Indonesia mempunyai cara sendiri dalam menanggapi masalah internasional. Aktif
berarti bahwa bangsa Indonesia secara aktif ikut mengusahakan terwujudnya
perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih sifat politik luar negerinya bebas
aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir di dunia telah muncul dua kekuatan
adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu negara Amerika Serikat dan Uni
Soviet. Amerika Serikat memelopori berdirinya Blok Barat atau Blok kapitalis
(liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Timur atau blok
sosialis (kortiunis).
Dalam upaya meredakan ketegangan dan
untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dan
negara-negara di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada umumnya
pernah menderita karena penindasan imperialis Barat. Persamaan nasib itu
memmbulkan rasa setia kawan. Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak negara di
Asia dan Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan, di antaranya adalah India,
Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma (Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, dan Libia.
Sementara itu, masih banyak pula negara yang berada di kawasan Asia dan Afrika
belum dapat mencapai kemerdekaan. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang telah
merdeka tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap merasa senasib dan
sependeritaan. Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak negara di Asia dan
Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu dicetuskan dalam Konferensi
Asia Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan sebagai usaha untuk menjaga
perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika mempunyai arti penting,
baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya maupun dunia pada
umumnya.
Prakarsa untuk mengadakan Konferensi
Asia Afrika dikemukakan pertama kali oleh Perdana Menteri Rl AU Sastroamijoyo
yang kemudian mendapat dukungan dari negara India, Pakistan, Sri Lanka, dan
Burma (Myanmar) dalam Konferensi Colombo.
2.2 Konferensi Sebelum Konferensi Asia Afrika
Sebelum Konferensi Asia Afrika
dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan konferensi pendahuluan sebagai
persiapan. Konferensi pendahuluan tersebut, antara lain sebagai berikut.
1. Konferensi Kolombo (Konferensi
Pancanegara I).
Konferensi pendahuluan yang pertama
diselenggarakan di Kolombo, ibu kota negara Sri Lanka pada tanggal 28 April-2
Mei 1954. Konferensi dihadiri oleh lima orang perdana menteri dari negara
sebagai berikut.
a) Perdana Menteri
Pakistan : Muhammad Alt Jinnah
b) Perdana Menteri
Sri Lanka : Sir John Kotelawala
c) Perdana Menteri
Burma (Myanmar) : U Nu
d) Perdana Menteri
Indonesia : Ali Sastroamijoyo
e) Perdana Menteri
India : Jawaharlal Nehru
Konferensi Kolombo membahas masalah
Vietnam, sebagai persiapan untuk menghadapi Konferensi di Jenewa. Di samping
itu Konferensi Kolombo secara aklamasi memutuskan akan mengadakan Konferensi
Asia Afrika dan pemerintah Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggaranya. Kelima
negara yang wakilnva hadir dalam Konferensi Kotombo kemudian dikenat dengan
nama Pancanegara. Kelima negara itu disebut sebagai negara sponsor. Konferensi
Koiombo luga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara I.
2. Konferensi Bogor (Konferensi
Pancanegara II).
Konferensi pendahuluan yang kedua
diselenggarakan di Bogor pada tanggal 22-29 Desember 1954. Konferensi itu
dihadiri pula oleh perdana menteri negara-negara peserta Konferensi Kolombo.
Konferensi Bogor memutuskan hal-hal sebagai berikut.
a)
Konferensi
Asia Afrika akan diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24 April 1955.
b)
Penetapan
tujuan KAA dan menetapkan negara-negara yang akan diundang sebagai peserta
Konferensi Asia Afrika.
c)
Hal-hal
yang akan dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika.
d)
Pemberian
dukungan terhadap tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat.
Konferensi Bogor juga terkenal
dengan nama Konferensi Pancanegara II.
2.3 Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Sesuai dengan rencana, Konferensi
Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955.
Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29 negara yang terdiri
atas negara pengundang dan negara yang diundang. Negara pengundang metiputi:
Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar). Negara yang
diundang 24 negara terdiri atas 6 negara Afrika dan 18 negara meliputi Asia
(Filipina, Thailand, Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam
Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria (Suriah),
Yordania, Lebanon, Turki, Yaman),' dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia,
Libia, dan Pantai Em as/Gold Coast).
Negara yang diundang, tetapi tidak
hadir pada Konferensi Asia Afrika adalah Rhodesia/Federasi Afrika Tengah.
Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi Afrika Tengah masih dilanda pertikaian
dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris. Semua persidangan Konferensi
Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung. Latar belakang dan
dasar pertimbanaan diadakan KAA adalah sebagai berikut.
1.
Kenangan
kejayaan masa lampau dari beberapa negara di kawasan Asia Afrika.
2.
Perasaan
senasib sepenanggungan karena sama-sama merasakan masa penjajahan dan
penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand.
3.
Meningkatnya
kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan elite nasional/terpelajar dan
intelektual.
4.
Adanya
Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
5.
Memiliki
pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, dan budaya.
6.
Secara
geografis letaknya berdekatan dan sating melengkapi satu sama lain.
Tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika. antara lain:
1.
Memajukan
kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidang sosial, ekonomi, dan
kebudayaan;
2.
Memberantas
diskriminasi ras dan kolonialisme,
3.
Memperbesar
peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut serta mengusahakan perdamaian
dunia dan kerja sama internasional,
4.
Bekerja
sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya,
5.
membicarakan
masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama seperti kedaulatan
negara, rasionalisme, dan kolonialisme.
Konferensi Asia Afrika membicarakan
hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama negara-negara di Asia dan Afrika,
terutama kerja sama ekonomi dan kebudayaan, serta masalah kolonialisme dan
perdamaian dunia. Kerja sama ekonomi dalam lingkungan bangsa-bangsa Asia dan
Afrika dilakukan dengan saling memberikan bantuan teknik dan tenaga ahli.
Konferensi berpendapat bahwa negara-negara di Asia dan Afrika perlu memperluas
perdagangan dan pertukaran delegasi dagang. Dalam konferensi tersebut
ditegaskan juga pentingnya masalah perhubungan antarnegara karena kelancaran
perhubungan dapat memajukan ekonomi. Konferensi juga menyetujui penggunaan
beberapa organisasi internasional yang tetah ada untuk memajukan ekonomi.
Konferensi Asia Afrika menyokong
sepenuhnya prinsip dasar hak asasi manusia yang tercantum dalam Piagam PBB.
Oleh karena itu, sangat disesalkan masih adanya rasialisme dan diskriminasi
warna kulit di beberapa negara. Konferensi mendukung usaha untuk melenyapkan
rasialisme dan diskriminasi warna kulit di mana pun di dunia ini. Konferensi
juga menyatakan bahwa kolonialisme dalam segala bentuk hams diakhiri dan setiap
perjuangan kemerdekaan harus dibantu sampai berhasil. Oemi perdamaian dunia,
konferensi mendukung adanya perlucutan senjata. Juga diserukan agar percobaan
senjata nuklir dihentikan dan masalah perdamaian juga merupakan masalah yang
sangat penting dalam pergaulan internasional. Oleh karena itu, semua bangsa di
dunia hendaknya menjalankan toleransi dan hidup berdampingan secara damai. Oemi
perdamaian pula, konferensi menganjurkan agar negara yang memenuhi syarat
segera dapat diterima menjadi anggota PBB.
Konferensi setelah membicarakan
beberapa masalah yang menyangkut kepentingan negara-negara Asia Afrika
khususnya dan negara-negara di dunia pada umumnya, segera mengambil beberapa
keputusan penting, antara lain:
1.
Memajukan
kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
2.
Menuntut
kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, dan Maroko;
3.
Mendukung
tuntutan Indonesia atas I nan Barat dan tuntutan Yaman atas Aden;
4.
Menentang
diskriminasi ras dan kolonialisme dalam segala bentuk;
5.
Aktif
mengusahakan perdamaian dunia.
Selain menetapkan keputusan
tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia untuk menjalankan
beberapa prinsip bersama, seperti:
1.
Menghormati
hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat daiam Piasam PBB;
2.
Menghormati
kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa;
3.
Mengakui
persamaan ras dan persamaan semua bangsa, balk bangsa besar maupun bangsa
kecit;
4.
Tidak
metakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri
negara lain;
5.
menghormati
hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan din, bark secara sendirian maupun
secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
6.
a)tidak
menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif
untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar;
b)tidak melakukan tekanan terhadap negara lain;
7.
Tidak
melakukan tindakan atau ancaman ogres? ataupun
penggunaan kekerasan terhadap integrates teritorial atas
kemerdekaan politik suatu negara;
8.
Menyelesaikan
sega/o perselisihan internasional secara damai sesuai dengan Piagam PBB;
9.
Memajukan
kepentingan bersama dan kerja sama internasional;
10.
Menghormati
hukum dan kewajiban internasionai lainnya.
Kesepuluh prinsip yang dinyatakan
dalam Konferensi Asia Afhka itu dikenal dengan nama Dasa Sila Bandung atau
Bandung Deklaration.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan sejarah Konferensi Asia
Afrika dapat disimpulkan bahwa sejak dilaksanakan Konferensi Asia Afrika telah
mencetuskan rasa setia kawan dan sebagai usaha untuk menjaga perdamaian dunia,
pelaksanaan Konferensi Asia Afrika mempunyai arti penting, baik bagi
bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya maupun dunia pada umumnya. Konferensi
Asia Afrika juga sangat berperan penting dalam hal kerja sama ekonomi dan
kebudayaan, serta masalah kolonialisme dan perdamaian dunia. Selain itu juga
Konferensi Asia Afrika membawa pengaruh yang besar bagi solidaritas dan
perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika. Konferensi Asia Afrika dan
pengaruhnya terhadap solidaritas antar bangsa tidak hanya berdampak pada
negara-negara di Asia dan Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh dunia.
3.2 Saran
Jika Anda ingin mengetahui atau
mengkaji lebih dalam tentang Konferensi Asia Afrika, sebaiknya banyak-banyaklah
membaca buku tentang sejarah dunia. Serta bergemarlah dalam menuntut ilmu yang
berkaitan dengan sejarah dunia.
Daftar isinya mana kak
BalasHapus