Rabu, 11 April 2018

MAKALAH AGRIBISNIS SEBAGAI WADAH PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Agribisnis Sebagai Wadah Pembangunan Ekonomi Indonesia” Pada makalah ini Penulis banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…



Teluk Kuantan,  November  2017



Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I  PENDAHULUAN................................................................................... 1
          1.1  Latar Belakang...................................................................................... 1
          1.2  Rumusan Masalah................................................................................. 2
          1.3  Tujuan.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
          2.1  Pengertian Sistem Agribisnis...........................................................     3
          2.2  Strategi Pengembangan Agribisnis........................................................ 4
2.3  Peranan Agribisnis Sebagai Suatu Sistem Dalam
       Pengembangan Sektor Pertanian Di Indonesia................................ .... 9
2.4  Kendala Atau Hambatan Dalam Membangun Agribisnis..................... 10
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 12
          3.1  Kesimpulan............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 13
















BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pada awal pemenuhan kebutuhannya, manusia hanya mengambil dari alam sekitar tanpa kegiatan budidaya (farming), dengan demikian belum memerlukan sarana produksi pertanian. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, alam tidak dapat menyediakan semua kebutuhan itu sehingga manusia mulai membudidayakan (farming) secara ekstensif berbagai tanaman, hewan dan ikan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahap ini kegiatan budidaya mulai menggunakan sarana produksi, dilakukan dalarn pertanian itu sendiri (on farm) dan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri (home consumption).
Tahap selanjutnya, ditandai dengan adanya spesialisasi dalam kegiatan budidaya sebagai akibat pengaruh perkembangan diluar sektor pertanian dan adanya perbedaan potensi sumberdaya alam (natural endowment) antar daerah, perbedaan ketrampilan (skill )dalam masyarakat serta terbukanya hubungan lalulintaantar daerah. Pada tahap ini, selain dikonsumsi sendiri, hasil-hasil pertanian mulaidipasarkan dan diolah secara sederhana sebelum dijual.
 Perkembangan sektor pertanian selanjutnya dipacu oleh kemajuan teknologi yang sangat pesat di sektor industri (kimia dan mekanik) dan transportasi. Pertanian menjadi semakin maju dan kompleks dengan ciri produktivitas per hektar yang semakin tinggi berkat penggunaan sarana produksi pertanian yang dihasilkan oleh industri (pupuk dan pestisida). Kegiatan pertanian semakin terspesialisasi menurut komoditi dan kegiatannya.
Namun, petani hanya melakukan kegiatan budidaya saja, sementara pengadaan sarana produksi pertanian didominasi oleh sektor industri. Dipihak lain karena proses pengolahan hasil-hasil pertanian untuk berbagai keperluan membutuhkan teknologi yang semakin canggih dan skala yang besar agar ekonomis, maka kegiatan ini pun didominasi oleh sektor industri pengolahan. Melalui prosespengolahan, produk-produk pertanian menjadi lebih beragam penggunaan dan pemasarannyapun menjadi lebih mudah (storable and transportable) sehingga dapat diekspor.Pada tahap ini pembagian kerja di dalam kegiatan pertanian menjadi semakin jelas, yaitu:kegiatan budidaya (farming) sebagai kegiatan pertanian dalam arti sempit, kegiatan produksi sarana pertanian (farm supplies) sebagai industri hulu dan kegiatan pengolahan komoditi pertanian sebagai industri hilir. Spesialisasi fungsional dalam kegiatan pertanian seperti yang telah dikemukakan diatas meliputi seluruh kegiatan usaha yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pertanian dan keseluruhannya disebut sistem "Agribisnis'.


1.2  Rumusan Masalah
1.       Apa Pengertian agribisnis terhadap pertanian ?
2.       Apa saja Strategidalammengembangkan kegiatan agribisnis ?
3.       Apa saja Peranan agribisnis sebagai suatu sistem dalam pengembangan sektor pertanian di Indonesia ?
4.       Apa saja Kendala atau hambatan dalam membangun agribisnis ?

1.3  Tujuan
1.       Untuk mengetahui Pengertian agribisnis terhadap pertanian
2.       Untuk mengetahui mengembangkan kegiatan agribisnis
3.       Untuk mengetahui Peranan agribisnis sebagai suatu sistem dalam pengembangan sektor pertanian di Indonesia
4.       MemaparkanKendala atau hambatan dalam membangun agribisnis










BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Sistem Agribisnis
 Agribisnis merupakan sistem pertanian yang saling terkait mulai dari sistem hulu sampai dengan sistem hilir yang memanfaatkan sumber daya yang ada dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. (Saragih,1997) Industri hulu adalah sektor yang memproduksi alat-alat dan mesin pertanian serta industri sarana produksi yang digunakan dalam proses budidaya pertanian. Sementara industri hilir merupakan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang yang siap dikonsumsi atau merupakan industry pascapanen dan pengolahan hasil pertanian. Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a.        Subsistem Penyediaan Sarana Produksi
Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
b.        Subsistem Usahatani atau proses produksi
Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air.
Disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka
c.        Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.
d.       Subsistem Pemasaran
Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.
e.        Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :
§  Sarana Tataniaga
§  Perbankan/perkreditan
§  Penyuluhan Agribisnis
§  Kelompok tani
§  Infrastruktur agribisnis
§  Koperasi Agribisnis
§  BUMN
§  Swasta
§  Penelitian dan Pengembangan
§  Pendidikan dan Pelatihan
§  Transportasi
§  Kebijakan Pemerintah

2.2  Strategi Pengembangan Agribisnis
Ada beberapa aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan kegiatan agribisnis diantaranya : Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis.
Yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan (Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor. Dipihak lain, peningkatan produksi pertanian tidak diikuti oleh perkembangan industri pengolahan ( Membangun industri berbasis sumberdaya domestik/lokal). Sehingga perlu pengembangan Agribisnis Vertikal.Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas keunggulan komparatif.
Dalam arti bahwa membangun daya saing produk agribisnis melalui transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, yaitu dengan cara:Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia) dan pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman industri pengolahan ke lebih hilir dan membangun jaringan pemasaran secara internasional, sehingga pada tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem agribisnis didominasi oleh produk-produk lanjutan atau bersifat capital and skill labor intensive.
Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi. Dengan demikian produk utama dari sistem agribisnis pada tahap ini merupakan produk bersifat Technology intensive and knowledge based.Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini hanya pada peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan permintaan pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen secara efisien.
1.         Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan harmonis.
Untuk  menggerakkan Sistem agribisnis perlu dukungan semua pihak yang berkaitan dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari Petani, Koperasi, BUMN dan swasta serta perlu seorang Dirigent yang mengkoordinasi keharmonisan Sistem Agribisnis.
2.         Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector.
Agroindustri adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri.
Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan baku(input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll. Dalam mengembangkan agroindustri, tidak akan berhasil tanpa didukung oleh agroindustri penunjang lain seperti industri pupuk, industri pestisida, industri bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian dan pengolahan agroindustri seperti industri mesin perontok dan industri mesin pengolah lain.
3.         Membangun Sistem agribisnis melaluiIndustri Perbenihan
Industri Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut produk agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk agribisnis seperti atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai (ukuran, penampakan, rasa, aroma dan sebagainya) serta atribut keamanan dari produk bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu pestisida, kandungan racun juga ditentukan pada industri perbenihan. Oleh karena itu Pemda perlu mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas unggulan masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi industri perbenihan modern.
4.         Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis.
Perlu  adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani atau perusahaanagro-otomotif itu sendiri.
5.         Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.
Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem Networking baik vertikal (dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama perusahaan pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat pada satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan pupuk harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing satu sama lain dalam mengembangkan usahanya. Sehingga terjadi harmonisasi integrasi dalam sistem agribisnis.
Serta perlu dikembangkan pupuk majemuk, bukan pupuk tunggal yang selama ini dikembangkan.
6.         Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis.
Koperasi perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya terutama menjadi koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya sebagai koperasi agribisnis. Untuk  memperoleh citra positif layaknya sebuah koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri atau Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai dari hulu sampai ke hilir.
7.         Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi agribisnis.
Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi, dan informasi pengolahan serta informasi pasar.
8.         Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah
Pembangunan Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan industri berbasis Sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan terjadi di setiap daerah.
9.         Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah.
Untuk membangun agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga pembiayaan memegang peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya agribisnis daerah. Selama ini yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada agribisnis daerah, khususnya pada on farm agribisnis.
10.     Pengembangan strategi pemasaran
Pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat penting peranannya terutama menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahan, keadaan pasar heterogen. Dari hal tersebut, sekarang sudah mulai mengubah paradigma pemasaran menjadi menjual apa yang diinginkan oleh pasar (konsumen).


11.     Pengembangan sumberdaya agribisnis.
Dalam pengembangan sektor agribisnis agar dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM) Agribisnis sebagai aktor pengembangan agribisnis.
12.     Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis.
Perlu pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis komoditas unggulan yang didasarkan pada peta perkembangan komoditas agribisnis, potensi perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi.
13.     Pengembangan Infrastruktur Agribisnis.
Dalam pengembangan pusat pertumbuhan Agribisnis, perlu dukungan pengembangan Infrastruktur seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, darat, sungai dan udara), jaringan listrik, air, pelabuhan domestik dan pelabuhan ekspor dan lain-lain.
14.     Kebijaksanaan terpadu pengembangan
Ada beberapa bentuk kebijaksanaan terpadu dalam pengembangan agribisnis.
a.          Kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat perusahaan.
b.         Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan usaha sejenis.
c.          Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnis yang mengatur keterkaitan antara beberapa sektor.
d.         Kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan perekonomian yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap agribisnis.
15.     Pengembangan agribisnis berskala kecil.
Ada 3 kebijaksanaan yang harus dilakukan adalah:
a.         Farming Reorganization
Reorganisasi jenis kegiatan usaha yang produktif dan diversifikasi usaha yang menyertakan komoditas yang bernilai tinggi serta reorganisasi manajemen usahatani. Dalam hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan yang rata-rata kepemilikan hanya 0,1 Ha.
b.        Small-scale Industrial Modernization
Modernisasi teknologi, modernisasi sistem, organisasi dan manajemen, serta modernisasidalam pola hubungan dan orientasi pasar.
c.         Services Rasionalization
Pengembangan layanan agribisnis dengan rasionalisasi lembaga penunjang kegiatan agribisnis untuk menuju pada efisiensi dan daya saing lembaga tersebut. Terutama adalah lembaga keuangan pedesaan, lembaga litbang khususnya penyuluhan.
16.     Pembinaan Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan agribisnis dan ekonomi
17.     Dalam era Agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan aktor pendukung pembangunan agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan aspek bisnis, manajerial dan berorganisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan agribisnis. Dalam hal ini perlu reorientasi peran penyuluhan pertanian yang merupakan lembaga pembinaan SDM petani. Oleh karena itu perlu peningkatan pendidikan penyuluh baik melalui pendidikan formal, kursus singkat, studi banding. Serta perlu perubahan fungsi BPP yang selama ini sebagai lembaga penyuluhan agro-teknis, menjadi KlinikKonsultasiAgribisnis

2.3  Peranan Agribisnis Sebagai Suatu Sistem Dalam Pengembangan Sektor Pertanian Di Indonesia
Sektor pertanian memiliki peranan penting di Indonesia karena sektor pertanian mampu menyediakan lapangan kerja, mampu mendukung sektor industri baik industri hulu maupun industri hilir, mampu menyediakan keragaman menu pangan dan karenanya sektor pertanian sangat mempengaruhi konsumsi dan gizi masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif.
Peranan agribisnis sektor pertanian misalnya dalam penyediaan bahan pangan.  Ketersediaan berbagai ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada waktu dan tempat yang terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan pem-bangunan di Indonesia. Sejarah modern Indonesia menunjukkan bahwa krisis pangan secara langsung mempengaruhi kondisi sosial, politik, dan keamanan nasional.  
 Pada dasarnya tidak perlu diragukan lagi, bahwa pembangunan ekonomi yang berbasiskan kepada sektor pertanian (agribisnis), telah memberikan bukti dan dan peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian bangsa, dan tentunya lebih dari itu.
 Manfaat pembangunan sistem agribisnis dalam meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan perekonomian adalah
a)      Banyak melibatkan tenaga kerja karena sistem agribisnis menggunakan sumberdaya alam yang ada yang dapat diperbaharui serta lebih banyak tenaga kerja yang dilibatkan baik yang berpendidikan maupun yang tidak berpendidikan.
b)      Mampu meningkatkan efisiensi sektor pertanian hingga hingga menjadi kegiatan yang sangat produktif melalui proses modernisasi pertanian.
c)      Agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam PDB non-migas.
d)     Mampu meningkatkan ketahanan dan keamanan bahan  pangan.
e)      Mewujudkan pemerataan hasil pembangunan. Untuk mewujudkan pemerataan di Indonesia perlu digunakan teknologi produksi output nasional yang banyak menggunakan sumberdaya tersebut.
Melalui pembangunan agribisnis, yang sumberdayanya tersebar di seluruh pelosok tanah air, diharapkan mampu melibatkan partisipasi seluruh wilayah dan rakyat Indonesia dan sekaligus ikut menikmati outputnya melalui pendapatan yang diperoleh dari pembayaran faktor produksi.  

Ada beberapa kendala atau hambatan dalam membangun agribisnis yang ada di Indonesia yaitu sebagai berikut :
1.      Iklim tidak bisa dikendalikan sehingga perlu membangun strategi dalam   membangunagribisnis.
2.      Kurangnya modal bagi para pelaku agribisnis.
3.      Infrastruktur yang belum berkembang dengan baik sehingga menghambat distribusi dalam pemasaran.
4.      Kurangnya pendampingan agribisnis bagi para pelakunya secara profesional.
5.      Kurangnya partisipasi masyarakat dalam membangun agribisnis dan minimnya pengetahuan dalam pengembangan agribisnis sebagai pelaku utama.
Upaya konkrit yang perlu dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut adalah:
1.      Melakukan penelitian dan mencari strategi dengan teknologi yang tepat dalam mengantisipasi iklim yang terjadi.
2.      Adanya kebijakan pemerintah bagi dunia perbankan untuk memudahkan permodalan bagi para pelaku agribisnis.
3.      Membangun dan membenahi infrastruktur khususnya di pedesaan yang menunjang kegiatan agribisnis.
4.      Melakukan pendampingan agribisnis kepada pelaku utama secara profesional dan berkelanjutan.
5.      Memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai keuntungan agribisnis kepada pelaku utama












BAB III
PENUTUP

3.1   Simpulan
Konsep agribisnis merupakan suatu konsep yang terikat dari subsystem hulu hingga hilir yang berorientasi pada pasar  dengan memperhatikan kuantitas, kualitas dan kontuinitas serta berdaya saing tinggi untuk dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan pelaku agribisnis. Jika konsep agribisnis dapat diterapkan dengan baik secara tidak langsung dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan perekonomian baik dalam pemanfaatan tenaga kerja yang banyak dari masing-masing subsitem hingga penyediaan pangan nasional.
Aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan kegiatan agribisnis diantaranya : Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis.Yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan (Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor.beberapakendalaatauhambatandalammembangunagribisnis yang ada di Indonesia, 1.Iklim tidak bisa dikendalikan sehingga perlu membangun strategi dalam   membangunagribisnis. 2.Kurangnya modal bagi para pelaku agribisnis. 3.Infrastruktur yang belum berkembang dengan baik sehingga menghambat distribusi dalam pemasaran. 4.Kurangnya pendampingan agribisnis bagi para pelakunya secara profesional. 5.Kurangnya partisipasi masyarakat dalam membangun agribisnis dan minimnya pengetahuan dalam pengembangan agribisnis sebagai pelaku utama.
Peranan agribisnis sektor pertanian misalnya dalam penyediaan bahan pangan.  Ketersediaan berbagai ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada waktu dan tempat yang terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan pem-bangunan di Indonesia. Sejarah modern Indonesia menunjukkan bahwa krisis pangan secara langsung mempengaruhi kondisi sosial, politik, dan keamanan nasional.


DAFTAR PUSTAKA

Saragih, bungaran, siswono Yudo Husodo, dkk. 2005. Pertanian Mandiri. Penebar swadaya, Jakarta.
Saragih, bungaran. Refleksi Agribisnis. Bogor: IPB Press.http://www.mb.ipb.ac.id/artikel/view/id/fdabc8a88141a4c1c81d24bbf7927db0.html
http://agribisnis.umm.ac.id/id/umm-news-2489-bidang-ilmu-agribisnis-apa-itu-agribisnis-.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar